Benarkah Bulan Purnama Bikin Kita Sulit Tidur?

28 Juli 2021 13:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bulan purnama. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bulan purnama. Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan
ADVERTISEMENT
Jika kamu merasa kesulitan untuk tidur, tak perlu terburu-buru untuk mencari tahu penyebabnya. Bisa jadi salah satu pengaruhnya karena fenomena Bulan Purnama. Bagaimana bisa?
ADVERTISEMENT
Sebuah studi yang terbit di jurnal American Association for the Advancement of Science pada 27 Januari 2021 menemukan, siklus bulan ternyata dapat membuat frekuensi tidur kamu berkurang.
Dengan menggunakan monitor pergelangan tangan, para peneliti melacak pola tidur di tiga komunitas adat Toba-Qom di Argentina. Mereka mengumpulkan data tidur 98 orang selama satu hingga dua siklus bulan untuk sekitar 75 persen peserta Toba-Qom.
“Selama beberapa tahun terakhir kami telah mempelajari Toba-Qom yang hidup di komunitas dengan tingkat akses listrik yang berbeda,” kata peneliti utama dan profesor biologi Universitas Washington, Horacio de la Iglesia, PhD, kepada Healthline.
Ilustrasi sulit tidur. Foto: Shutterstock
Komunitas-komunitas ini memiliki perbedaan akses terhadap listrik selama masa studi: 1) tidak memiliki listrik 2) memiliki akses terbatas ke listrik, seperti lewat sumber cahaya buatan 3) tinggal di lingkungan perkotaan dengan akses penuh ke listrik.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, peserta di ketiga komunitas menunjukkan perubahan pola tidur yang sama saat bulan berkembang melalui siklus 29,5 hari. Rata-rata perubahan terasa setidaknya 3 sampai 5 hari sebelum bulan purnama.
Setelah itu, peneliti menganalisis data monitor tidur dari 464 mahasiswa di Seattle, Amerika Serikat (AS), yang dikumpulkan dalam studi terpisah untuk menemukan pola perubahan tidur yang sama.
“Pertama, kami tidak melihat penghambatan maksimal tidur persis selama malam bulan purnama, seperti yang kami prediksi. Sebaliknya, aktivitas nokturnal meningkat dan tidur terpendek mulai di beberapa malam sebelum malam bulan purnama,” tambahnya.
Iglesia menjelaskan, awalnya ia percaya penyebabnya karena lebih banyak cahaya bulan tersedia selama paruh pertama malam, tetapi belum tentu pada malam setelah bulan purnama, karena bulan terbit lebih lambat setiap malam.
Ilustrasi bulan purnama. Foto: pixabay

Penyebab utama diyakini karena cahaya bulan

dr. Alex Dimitriu, yang bersertifikat ganda dalam psikiatri dan obat tidur, mengatakan bulan kemungkinan besar memberikan efek dengan meningkatkan cahayanya. Hal ini mungkin bisa menekan melatonin (hormon tidur), yang mempengaruhi durasi tidur.
ADVERTISEMENT
"Menurut penelitian ini, tampaknya ada penundaan dan penurunan total waktu tidur yang signifikan pada malam menjelang bulan purnama," ucap Dimitriu.
“Kita tahu bahwa cahaya, baik buatan atau alami - dari bulan, atau matahari terbenam - dapat memiliki efek penekan melatonin. "Jadi masuk akal bahwa cahaya bulan bisa memiliki efek mempromosikan bangun alami."
Pendapat ini juga didukung Dr. Steven H Feinsilver, direktur Pusat Pengobatan Tidur di Rumah Sakit Lenox Hill di New York, AS, bahwa kesulitan tidur ini karena manusia sangat sensitif pada cahaya.
"Kita semua memiliki ritme sirkadian, jam tubuh bawaan. Tidak harus berjalan pada siklus 24 jam. Mungkin juga berjalan lebih lambat pada kebanyakan orang - siklus 25 jam," jelasnya.
Ilustrasi anak kurang tidur. Foto: Shutter Stock
Iglesia mengatakan keterbatasan utama penelitian ini adalah mereka tidak dapat membangun hubungan sebab akibat antara fase bulan dan perubahan tidur.
ADVERTISEMENT
“Jelas, waktu tidur disinkronkan dengan fase bulan, tetapi kami masih belum tahu bagaimana ini terjadi,” kata Iglesia.
Tapi, ia meyakini gravitasi bulan mungkin dapat menjelaskannya. Menurutnya, siklus tarikan gravitasi yang terkait dengan bulan lunar dapat mempengaruhi manusia menjadi sangat sensitif terhadap efek cahaya pada malam dekat bulan purnama. Entah pada cahaya bulan atau buatan.

Efek kepada kesehatan

Menurut Dimitriu, kurang tidur selama 20 sampai 30 menit umumnya ditoleransi dengan baik pada seseorang, yang biasanya tidur sekitar 7 sampai 8 jam per malam.
Namun, ia memperingatkan bahwa ini bisa menjadi masalah bagi orang yang tidur rata-rata kurang dari 7 jam atau yang biasanya tidak tidur nyenyak.
“Orang yang tidur dengan sehat kemungkinan besar akan baik-baik saja dengan sedikit penurunan total waktu tidur mereka. Bagi penderita insomnia, kehilangan 20 menit bisa berakibat cedera,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Dimitriu juga menambahkan bahwa kehidupan modern, dengan sumber cahaya buatannya, dan bentuk hiburan seperti ponsel pintar dan TV juga memungkinkan memberikan efek yang jauh lebih besar pada durasi tidur kita daripada fase bulan.