Benarkah Flu Biasa dapat Latih Antibodi Mengenali Virus Corona?

10 Agustus 2020 17:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: NEXU Science Communication/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: NEXU Science Communication/via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Antibodi adalah kunci utama dalam melawan pandemi virus corona. Untuk itu para peneliti di seluruh dunia saat ini tengah sibuk membuat vaksin, zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk antibodi atau kekebalan tubuh pada COVID-19.
ADVERTISEMENT
Dan ternyata, dalam studi baru disebutkan bahwa terinfeksi virus flu biasa dapat melatih sistem kekebalan untuk mengenali virus SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19.
Studi yang diterbitkan 4 Agustus di The Journal Science, menemukan bahwa, sel kekebalan yang dikenal sebagai sel T yang mengenali virus flu biasa juga bisa mengenali situs tertentu SARS-CoV-2, termasuk protein terkenal yang digunakan virus untuk mengikat dan menyerang sel manusia.
Sejatinya, sistem kekebalan memiliki memori pengingat. Menurut peneliti, memori ini dapat menjelaskan mengapa beberapa orang mengalami infeksi COVID-19 yang lebih ringan ketimbang yang lain. Kendati begitu, hipotesis ini masih bersifat spekulatif dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Ilustrasi virus corona di China. Foto: STR / AFP
Itu karena sampai saat ini belum diketahui seberapa besar peran sel T dalam melawan COVID-19. Sel T sendiri hanya satu bagian dari kumpulan molekul dan sel yang kompleks yang membentuk sistem kekebalan tubuh manusia.
ADVERTISEMENT
"Kami sekarang telah membuktikan bahwa pada beberapa orang, memori sel T yang sudah ada sebelumnya terhadap virus flu biasa, dapat mengenali SARS-CoV-2, hingga ke struktur molekul yang tepat," kata Daniela Weiskopf--salah satu penulis utama studi yang merupakan asisten profesor di La Institut Imunologi Jolla, La Jolla, California--seperti dikutip Live Science.
“Ada kemungkinan bahwa reaktivitas imun ini dapat diterjemahkan ke berbagai tingkat perlindungan terhadap COVID-19,” tambah Sette. "Memiliki respons sel-T yang kuat, atau respons sel-T yang lebih baik dapat memberi kamu kesempatan untuk meningkatkan respons yang jauh lebih cepat dan lebih kuat."
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen orang yang tidak pernah terpajan COVID-19 memiliki sel T yang mengenali SARS-CoV-2. Kemampuan ini telah terlihat pada orang-orang di seluruh dunia, seperti di Belanda, Jerman, Inggris, dan Singapura. Ilmuwan berhipotesis bahwa kekebalan yang ada ini dapat disebabkan oleh infeksi sebelumnya dengan virus corona lain, khususnya yang menyebabkan infeksi flu biasa.
Perhatikan cara obati anak pilek. Foto: Shutter Stock
Dalam studi barunya, para peneliti menganalisis sampel darah orang-orang yang dikumpulkan antara tahun 2015 dan 2018, jauh sebelum COVID-19 pertama kali muncul di Wuhan, China. Sampel darah ini mengandung sel T yang bereaksi terhadap lebih dari 100 situs spesifik pada SARS-CoV-2. Para peneliti menunjukkan bahwa sel T ini juga bereaksi terhadap situs serupa pada empat virus corona berbeda yang menyebabkan infeksi flu biasa.
ADVERTISEMENT
"Studi ini memberikan bukti molekuler langsung yang sangat kuat bahwa sel T memori dapat ‘melihat’ urutan yang sangat mirip antara virus corona flu biasa dan SARS-CoV-2," kata rekan penulis studi, Alessandro Sette, seorang profesor di La Jolla Institute for Immunology, mengatakan dalam pernyataan.
Saat ini, sebagian besar kandidat vaksin COVID-19 menargetkan protein spike, tetapi temuan baru menunjukkan bahwa memasukkan protein lain dalam vaksin, selain spike, mungkin memanfaatkan reaktivitas silang sel T ini dan berpotensi meningkatkan potensi vaksin, kata para peneliti, meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut.