Benarkah Indonesia Sedang Dilanda Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG

16 November 2020 13:05 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cuaca panas. Foto: FREDERIC J. BROWN / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cuaca panas. Foto: FREDERIC J. BROWN / AFP
ADVERTISEMENT
Meski sudah memasuki musim penghujan, namun suhu udara di beberapa kota di Indonesia terasa lebih panas dari biasanya dalam beberapa hari terakhir. Sampai-sampai beredar pesan berantai di media sosial yang menyebut bahwa Indonesia sedang dilanda gelombang panas.
ADVERTISEMENT
Dalam pesan tersebut disebutkan cuaca saat ini sangat panas, suhu pada siang hari bisa mencapai 40 derajat celsius, dianjurkan untuk menghindari minum es atau air dingin. Lalu, benarkah Indonesia dilanda gelombang panas?
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah kabar tersebut. Mereka menyebut kondisi suhu panas dan terik saat ini tak bisa dikatakan sebagai gelombang panas.
BMKG menjelaskan, gelombang panas dalam ilmu klimatologi didefinisikan sebagai periode cuaca (suhu) panas yang tidak biasa dan biasanya berlangsung setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih disertai oleh kelembapan udara yang tinggi.
“Untuk dianggap sebagai gelombang panas, suatu lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik, misalnya 5 derajat celsius lebih panas, dari rata-rata klimatologis suhu maksimum, dan setidaknya telah berlangsung dalam lima hari berturut-turut,” ungkap BMKG dalam keterangan yang disampaikan di situs resminya, Senin (16/11).
Seorang warga menggunakan payung guna terhindar dari panasnya matahari, Jakarta, pada Selasa (22/10/2019). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
“Apabila suhu maksimum tersebut terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsung lama maka tidak dikatakan sebagai gelombang panas.”
ADVERTISEMENT
Gelombang panas terjadi ketika pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area berkembang secara persisten dalam beberapa hari. Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, terjadi pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menuju permukaan (subsidensi) sehingga termampatkan dan suhunya meningkat.
Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain masuk ke area tersebut. Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah itu.
Sementara berdasarkan pemantauan BMKG terhadap suhu maksimum di wilayah Indonesia, tercatat suhu siang hari pada 12 November 2020 mengalami peningkatan dengan suhu maksimum mencapai 36-37 derajat celcius di beberapa daerah seperti Bima, Sabu, dan Sumbawa.
Suasana Jalan Margonda, Kota Depok, Jawa Barat, yang mengarah ke Jakarta pada hari ketiga pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Jumat (17/4). Foto: Antara/A Rauf Andar Adipati

Penyebab suhu meningkat

BMKG menyebut, setidaknya ada dua faktor kenapa suhu udara di Indonesia terjadi peningkatan. Pertama, pada bulan November, kedudukan semu gerak Matahari berada tepat di atas Pulau Jawa dalam perjalannya menuju posisi 23 lintang selatan setelah meninggalkan ekuator.
ADVERTISEMENT
Posisi semu Matahari di atas Pulau Jawa ini bakal terjadi 2 kali yaitu November dan April 2021, sehingga puncak suhu maksimal mulai dari Jawa hingga NTT terjadi di bulan-bulan tersebut.
Cuaca cerah juga menyebabkan penyinaran langsung sinar matahari ke permukaan lebih optimal sehingga terjadi pemanasan suhu permukaan. Cuaca cerah di Jakarta dalam dua hari terakhir berkaitan dengan berkembangnya siklon tropis VAMCO di Laut Cina Selatan yang menarik masa udara dan awan-awan sehingga menjauhi wilayah Indonesia bagian selatan sehingga cuaca cenderung menjadi lebih cerah dalam 2 hari terakhir.