Benarkah Pasien Sembuh COVID-19 Jadi Kebal Virus Corona?

27 Maret 2020 16:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kontingen darurat dokter dan perawat Kuba tiba di bandara Malpensa, Milan, Italia, Minggu (22/3). Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
zoom-in-whitePerbesar
Kontingen darurat dokter dan perawat Kuba tiba di bandara Malpensa, Milan, Italia, Minggu (22/3). Foto: REUTERS/Daniele Mascolo
ADVERTISEMENT
Jumlah kasus virus corona SARS-CoV-2 di berbagai negara terus bertambah, namun laporan pasien yang berhasil sembuh juga semakin banyak. Menurut data terbaru dari Johns Hopkins University, 122.627 orang dari 532.253 pasien dinyatakan pulih.
ADVERTISEMENT
Terkait apakah penyintas COVID-19 akan menjadi kebal virus corona, ilmuwan belum punya jawab pasti. Mereka menduga imunitas dalam tubuh orang yang pernah terinfeksi SARS-CoV-2 akan membuatnya kebal selama beberapa tahun, bukan seumur hidup.
Sistem imun kuat sejauh ini baru ditemukan pada orang-orang yang pernah terinfeksi virus polio dan campak. Berbeda dengan antibodi yang dihasilkan sebagai respons terhadap infeksi keluarga virus corona secara keseluruhan. Daya tahan tubuh terhadap infeksi selanjutnya hanya berlangsung sementara.

Berapa Lama Kekebalan Tubuh terhadap Virus Corona Terbentuk?

Petugas medis membawa pasien virus corona dari ambulans menuju rumah sakit S Thomas di London, Inggris. Foto: REUTERS/Hannah McKay
Keluarga virus corona ini menyebabkan penyakit ringan seperti pilek biasa hingga penyakit mematikan macam SARS, MERS, dan COVID-19 yang kini tengah mewabah. Laporan The New York Times menyebut, antibodi virus penyebab pilek biasa hanya bertahan satu sampai tiga tahun.
ADVERTISEMENT
Sedangkan pasien yang terinfeksi virus penyebab SARS, yang disebut SARS-CoV, tubuhnya bisa menghasilkan imunitas dalam jangka waktu lebih panjang, yakni delapan hingga 10 tahun. Hal itu menurut catatan selama epidemi SARS pada 2003, sebagaimana diungkapkan oleh Vineet D. Menachery, ahli virologi di University of Texas Medical Branch di Galveston, AS.
SARS-CoV menyebabkan sindrom pernapasan akut berat dan disebut-sebut sebagai “sepupu” terdekat virus SARS-CoV-2 karena kemiripan karakteristiknya.
Sementara mereka yang pulih dari MERS punya sistem perlindungan dalam periode lebih singkat lagi. Namun kisaran jangka waktunya belum bisa diprediksi oleh ilmuwan. Virus corona penyebabnya, MERS-CoV, juga baru teridentifikasi pada 2012. Unta menjadi inang tempat MERS-CoV bersarang sebelum menginfeksi manusia.
Petugas memeriksa suhu tubuh seorang wanita di depan kapal pesiar Splendid yang akan digunakan untuk rumah sakit sementara pasien virus corona di Genoa, Italia. Foto: REUTERS / Massimo Pinca
Menachery menjelaskan, orang yang terinfeksi virus corona jenis baru, SARS-CoV-2, mungkin memiliki sistem imun yang kuat setidaknya satu hingga dua tahun. Estimasi tersebut memang masih perlu kajian lebih lanjut, mengingat virus baru muncul empat bulan belakangan. Inang yang menjadi sumber penularan virus pun masih belum terungkap.
ADVERTISEMENT
“Selain itu, kami tidak dapat memprediksi,” tutur Menachery, dikutip The New York Times.
Menurut Dr. Florian Krammer, ahli mikrobiologi di Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York, menyebut perlindungan antibodi terhadap virus corona yang berlangsung singkat memungkinkan pasien kembali tertular. Kendati begitu, ia mengatakan pertarungan imun tubuh penyintas dalam melawan virus yang sama akan jauh lebih ringan dari infeksi pertama.
“Anda mungkin akan menunjukkan respons kekebalan yang baik sebelum muncul gejala lagi, dan (bahkan) mungkin benar-benar menumpulkan jalannya penyakit,” ujar Krammer.
Tak hanya itu, sistem kekebalan tubuh yang terbentuk dalam tubuh pasien juga bermanfaat dalam pengembangan vaksin. Badan Pengawas Makanan dan Obat AS pada Selasa (24/3) lalu telah menyetujui penggunaan plasma darah pasien yang telah pulih untuk mengobati pasien dengan kondisi lebih parah. Bagian trombosit darah ini digunakan karena mengandung antibodi terhadap virus.
ADVERTISEMENT
New York akan menjadi negara bagian AS pertama yang memulai terapi eksperimental untuk menyembuhkan pasien COVID-19 yang kritis.
“Ini adalah uji coba untuk orang-orang yang berada dalam kondisi serius, tetapi Departemen Kesehatan Negara Bagian New York telah mengerjakan hal ini dengan beberapa agensi perawatan kesehatan terbaik New York, dan kami pikir itu menjanjikan,” kata Gubernur New York, Andrew M. Cuomo.

Bagaimana Tubuh Membangun Sistem Imun Usai Terinfeksi?

Sebuah mikrograf elektron transmisi yang tidak bertanggal dari partikel virus SARS-CoV-2 yang diambil dari pasien yang diisolasi di Amerika Serikat. Foto: NIAID Integrated Research Facility (IRF) via REUTERS
Garis pertahanan pertama tubuh terhadap virus menular adalah antibodi bernama imunoglobulin M atau IgM. Tugas IgM sebagai petarung yang selalu waspada di dalam tubuh dan mengingatkan seluruh sistem imun terhadap kedatangan penyusup asing seperti virus dan bakteri.
Berhari-hari setelah kuman menginfeksi, sistem imun secara alami memurnikan antibodi IgM menjadi tipe kedua, yang disebut imunoglobulin G atau IgG. Antibodi jenis ini dirancang untuk mengenali dan menetralkan virus tertentu.
ADVERTISEMENT
Proses penetralan akan turut memperbaiki kerusakan sel akibat serangan virus, memakan waktu setidaknya hingga satu minggu. Durasinya berbeda-beda pada setiap orang. Beberapa orang menghasilkan antibodi penawar yang kuat terhadap infeksi, sementara yang lain merespons dengan lebih lambat.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!