Benarkah Penyakit COVID-19 Disebabkan Bakteri Bukan Virus Corona?

2 Juni 2020 8:06 WIB
comment
18
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Beredar sebuah pesan berantai di grup percakapan WhatsApp yang menyebut bahwa penyebab penyakit COVID-19 bukanlah dari virus corona sebagaimana diketahui sekarang, melainkan dari bakteri yang bisa diobati oleh antibiotik.
ADVERTISEMENT
Klaim COVID-19 berasal dari bakteri itu disebut-sebut hasil dari penelitian tim dokter Italia yang melakukan autopsi jenazah pasien positif corona. Pesan itu juga menuduh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan China berbohong. Keduanya disebut telah mencoba menutup-nutupi kebenaran ini dengan mengimbau seluruh perawat dan dokter di dunia untuk tidak mengautopsi jenazah korban corona karena berpotensi menginfeksi.
Klaim lain mengatakan bahwa kematian pasien COVID-19 disebabkan oleh adanya penggumpalan darah yang disebut koagulasi intravaskular diseminata (DIC) atau trombosis. Penyakit ini sebenarnya bisa disembuhkan dengan beberapa obat yang banyak dijual di apotek seperti antibiotik, antiinflamasi, dan antikoagulan. Berikut isi pesan yang beredar di grup WhatsApp tersebut:
ADVERTISEMENT

Klaim 1

Benarkah penyakit COVID-19 disebabkan oleh bakteri dan bisa diobati menggunakan antibiotik?

Fakta

Pesan berantai yang sekarang ramai dibicarakan di grup WA ternyata telah menyebar terlebih dahulu di media sosial Facebook dengan menggunakan Bahasa Inggris. Hal itu diungkap dalam laman India Today pada 25 Mei 2020.
Klaim COVID-19 berasal bakteri adalah keliru. Itu diungkapkan oleh Sharad Joshi, ahli pulmonologi dari Max Hospital India. Menurutnya, COVID-19 disebabkan oleh infeksi virus.
Infeksi bakteri sekunder, sepsis, DIC, memang bisa terjadi ketika pasien COVID-19 mengalami komplikasi. Saat itu terjadi, biasanya dokter akan memberikan antibiotik. Tapi bukan untuk menyembuhkan COVID-19, melainkan untuk melawan infeksi bakteri sekunder.
Senada dengan Joshi, Dr Suresh Kumar, Direktur Rumah Sakit Lok Nayak Jai Prakash Narayan India mengatakan, secara ilmiah tidak ada peran antibiotik untuk mengobati penyakit COVID-19. Adapun penggunaan antibiotik bisa diberikan jika pasien mengalami komplikasi infeksi bakteri sekunder atau kolesterol.
ADVERTISEMENT
Jadi jelas, antibiotik digunakan untuk melawan infeksi bakteri sekunder yang dapat hidup berdampingan dengan virus corona, dan bagaimanapun antibiotik tidak akan efektif melawan virus corona.
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock

Klaim 2

Benarkah penyebab utama kematian COVID-19 adalah trombosis atau gumpalan darah dan bukan pneumonia?

Fakta

Dalam beberapa jurnal dan studi ilmiah, trombosis atau pembekuan sel darah dapat ditemukan pada pasien corona yang mengalami komplikasi. Namun, tidak benar jika dikatakan pneumonia bukan bagian dari gejala COVID-19. Karena pada faktanya, banyak pasien meninggal karena kesulitan bernapas atau mengalami gangguan pernapasan akut.
Menurut Dr Kumar dari LNJP, kematian pasien COVID-19 akibat mengalami trombosis tercatat kurang dari 20 persen. Biasanya terjadi pada pasien yang menderita kegagalan organ tubuh dan ginjal yang dirawat di ICU.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini tidak ada pula bukti ilmiah yang mengatakan trombosis adalah penyebab utama kematian akibat penyakit COVID-19. Sebaliknya, dalam jurnal Lancet disebutkan kegagalan pernapasan telah menjadi masalah utama penyebab kematian pasien virus corona.

Klaim 3

Benarkah ventilator dan unit perawatan intensif tidak pernah diperlukan untuk merawat pasien COVID-19?

Fakta

Menurut WHO, sekitar 80 persen pasien COVID-19 bisa sembuh tanpa perlu dirawat di rumah sakit. Namun, satu dari enam orang yang sakit parah membutuhkan ventilator untuk mendorong udara dengan meningkatkan kadar oksigen ke paru-paru.
Dilansir BBC, dalam kasus yang parah, virus dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru, menyebabkan kadar oksigen dalam tubuh turun dan membuat pasien sulit bernapas. Ketika semua itu terjadi, ventilator akan sangat dibutuhkan untuk membantu pasien mendapatkan oksigen.
Infografik Evolusi Virus Corona. Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan
Selain itu, ventilator juga memiliki pelembab udara yang menambah panas dan kelembapan pada pasokan udara sehingga sesuai dengan tubuh pasien. Selain diberikan ventilator, biasanya pasien diberikan obat untuk mengendurkan otot-otot pernapasan sehingga napas mereka dapat diatur oleh mesin.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Sederet klaim yang diutarakan dalam pesan berantai dapat dipastikan tidak benar karena beberapa ilmuwan juga telah membantahnya. Agar masyarakat tidak bingung apakah COVID-19 disebabkan oleh bakteri atau virus, Joshi menyarankan agar membaca langsung di jurnal Lancet tentang karakteristik genom dan epidemiologi dari virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit COVID-19.
Jadi, kamu juga jangan mudah percaya dengan kabar yang belum tentu kebenarannya. Apalagi di grup WhatsApp. Sebelum memercayai sebuah kabar, ada baiknya cek terlebih dulu kebenarannya.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
****
Saksikan video menarik di bawah ini: