Benarkah Termometer Gun Bahaya Bisa Rusak Otak Manusia? Begini Faktanya

20 Juli 2020 14:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas sekolah memeriksa suhu tubuh siswa menggunakan termometer non kontak saat sosialisasi di Sekolah Tunas Global, Depok. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
zoom-in-whitePerbesar
Petugas sekolah memeriksa suhu tubuh siswa menggunakan termometer non kontak saat sosialisasi di Sekolah Tunas Global, Depok. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
ADVERTISEMENT
Termometer gun jadi barang yang banyak dipakai publik ketika pandemi virus corona. Setelah berbagai tempat publik kembali buka, termometer gun selalu ditemui di pintu masuk untuk mengukur suhu tubuh seseorang.
ADVERTISEMENT
Namun, baru-baru ini beredar informasi yang menyebut thermo gun berbahayanya terhadap tubuh manusia, termasuk otak, karena dapat memancarkan radiasi yang berbahaya.
Sebuah video tentang termometer gun beredar di aplikasi pesan singkat WhatsApp. Video tersebut menunjukkan wawancara Helmy Yahya dengan ekonom Ichsanuddin Noorsy. Pada wawancara tersebut, Ichsanuddin mengatakan demikian:
"Kalau mau periksa (suhu tubuh) saya, periksa di sini (bagian tangan). Karena termometer itu dipakai untuk memeriksa kabel panas, bukan untuk temperatur manusia. Kita tidak tahu dampak kerusakannya pada otak. Saya tidak mau."
Ichsanuddin Noorsy di Polda Metro Jaya Foto: Ainul Qalbi/kumparan
Berdasarkan cara kerjanya, dapat diketahui bahwa termometer gun tidak memancarkan radiasi apapun. Justru alat tersebut bekerja dengan menangkap radiasi dari suatu objek. Namun, memang terdapat perbedaan antara termometer gun untuk mengukur kabel panas dan tubuh manusia.
ADVERTISEMENT
Termometer gun yang ada di pasaran memang terbagi menjadi dua jenis: termometer untuk kebutuhan industri, dan untuk kebutuhan klinis.
Termometer industri biasanya dimanfaatkan untuk mengukur temperatur alat dan hasil manufaktur di pabrik. Suhu baterai, mesin, trafo, zat-zat kimia, juga kabel, dapat diukur suhunya menggunakan termometer untuk kebutuhan industri ini.
Sementara itu, temometer klinis memang didesain untuk kepentingan medis. Salah satunya adalah untuk mengukur temperatur seorang pasien manusia atau makhluk hidup lainnya.
Penggunaan Termometer Laser kepada karyawan. Foto: Dok. Bank Mandiri
Kendati wujudnya mirip, dan cara kerja juga seperti "menembak" ke objek yang ingin diukur suhunya, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang mendasar.
"Kalau termometer industri akurasinya rendah karena digunakan untuk mengukur jangkauan atau rentang suhu yang lebih besar," kata Prayudi Rizky selaku Brand Manager dari DNR Corporation yang menyediakan alat-alat kesehatan.
ADVERTISEMENT
Jangkauan suhu termometer industri berkisar pada -50 hingga 380 derajat Celsius. Sementara termometer klinis memiliki jangkauan 32 hingga 42 derajat Celsius.
Perbedaan ini membuat termometer gun untuk kebutuhan industri tidak dapat memberikan pembacaan yang akurat. "Kalau pakai yang akurasinya rendah (termometer industri) nanti salah, orang sehat dikira demam," lanjut Prayudi, dalam wawancara dengan kumparanSAINS beberapa waktu lalu.
Ilustrasi termometer air raksa dan termometer digital. Foto: Shutter Stock
Menurut Prayudi, ketelitian konsumen menjadi sangat penting dalam hal pemakaian termometer gun yang memang desain untuk kebutuhan klinis. Ia berpendapat bahwa setiap kemasan termometer biasanya menyertakan keterangan yang jelas. Konsumen dapat membacanya terlebih dahulu sebelum membeli.
"Konsumen harus teliti karena bisa dilihat dari kemasan, buku petunjuk penggunaan, dan data spesifikasi atau jangkauan pengukuran," tutupnya.
Infografik Fakta-Fakta Thermo Gun. Foto: kumparan
(EDR)
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini: