Berhenti Merokok Dapat Perbaiki Kesehatan Paru-paru

2 Juli 2017 7:06 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bahaya asap rokok (Foto: NY Daily News)
zoom-in-whitePerbesar
Bahaya asap rokok (Foto: NY Daily News)
ADVERTISEMENT
Kabar gembira untuk kita semua. Berhenti merokok dapat menyembuhkan kondisi kesehatan paru-paru dan saluran pernapasan Anda.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, merokok dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan tubuh, terutama pada paru-paru dan saluran udara. Tapi kabar baiknya, baru-baru ini Dr. Norman Edelman, seorang penasihat ilmiah senior untuk American Lung Association yang sekaligus spesialis pengobatan paru-paru, mengatakan setelah seseorang berhenti merokok, kondisi kesehatan paru-paru orang tersebut bisa sembuh hingga batas tertentu.
Membersihkan Lendir
Begitu seseorang menghirup bahan kimia yang terkandung di dalam asap rokok, lapisan sensitif paru-paru akan meradang dan teriritasi. Adapun selama beberapa jam setelah seseorang merokok, rambut-rambut halus pelapis paru-paru yang disebut silia, akan memperlambat gerakannya yang seperti kuas.
Bahkan peradangan ini, sebagaimana dikutip dari Live Science pada Jumat (30/6), menyebabkan silia lumpuh sementara dan menjadi kurang efektif dalam membersihkan lendir dan zat lainnya, seperti partikel debu, dari saluran udara.
ADVERTISEMENT
Inilah yang kerap membedakan kondisi perokok dan bukan perokok. Yakni adanya peningkatan ketebalan dan produksi lendir di dalam paru-paru perokok.
Karena silia tidak bisa mengeluarkan lendir dari paru-paru secepat proses pembentukannya, lendir tersebut kemudian menumpuk di dalam saluran udara. Akibat tersumbatnya saluran udara oleh lendir, hal ini memicu batuk pada sang perokok. Selain itu, penumpukan lendir juga dapat menyebabkan infeksi lainnya, seperti penyakit bronkitis kronis.
Edelman memaparkan, secara umum beberapa perubahan inflamasi atau radang jangka pendek pada paru-paru ini dapat membalik saat seseorang telah berhenti merokok. Pembengkakan pada permukaan paru-paru dan saluran udara akan mereda. Sel-sel paru-paru akan menghasilkan lebih sedikit lendir. Silia baru pun dapat tumbuh kembali, dan hal ini berperan baik dalam upaya pembersihan sekresi lendir di dalam saluran udara.
Ilustrasi Rokok. (Foto: Antara/Yusran Uccang)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Rokok. (Foto: Antara/Yusran Uccang)
Sesak Napas Berkurang
ADVERTISEMENT
Tak hanya adanya lendir dalam saluran udara mereka, para perokok juga rentan mengalami sesak napas karena adanya karbon monoksida dalam asap rokok yang mereka isap. Gas kerbon monoksida inilah yang menurut Edelman dapat mengganggu pengangkutan oksigen.
Pasalnya, dalam tubuh para perokok, karbon monoksida biasanya akan berikatan dengan sel darah merah yang menampung senyawa oksigen. Hal inilah, menurut Edelman, yang menjadi merupakan penyebab mengapa sebagian perokok mengalami rentan mengalami sesak napas.
Edelman menyatakan, pada sekian hari hingga minggu setelah berhenti merokok, para mantan perokok akan memiliki sesak napas yang lebih sedikit. Berkurangnya sesak napas ini akan mereka sadari saat mereka berolahraga.
Selain terkait soal gas karbon monoksida, alasan lain mantan perokok bisa memiliki kondisi pernapasan yang membaik adalah lantaran peradangan di lapisan saluran udara mereka telah berkurang. Berkurangnya peradangan pada lapisan tersebut adalah karena daerah tersebut tak lagi terpapar zat iritasi yang ada di dalam asap rokok. Berkurangnya pembengkakan dan peradangan pada daerah itu pada akhirnya akan memberikan lebih banyak ruang untuk udara mengalir melaluinya.
ADVERTISEMENT
Mengurangi Risiko Kanker
Manfaat lain berhenti merokok adalah mengurangi risiko terkena kanker paru-paru. Edelman menjelaskan, semakin lama mantan perokok mengisi umurnya tanpa merokok, semakin rendah risiko mereka terkena kanker sekalipun risiko tersebut tidak pernah hilang sepenuhnya.
Lembaga kesehatan masyarakat nasional yang terkemuka di Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), misalnya menyebut, 10 tahun setelah berhenti merokok, kemungkinan mantan perokok itu terkena kanker paru-paru adalah sekitar setengah dari perokok. Namun begitu, mantan perokok itu masih tetap lebih berisiko meninggal karena kanker paru-paru daripada orang lain yang tidak pernah merokok.
Tidak Semua Hal Membaik
Tubuh manusia memiliki mekanisme dan kemampuan untuk memperbaiki dan menyembuhkan sejumlah kerusakan sel dan jaringan paru-paru akibat merokok. Namun begitu tidak semua kerusakan dapat membaik meski perokok itu telah berhenti merokok. Edelman mengungkapkan, pertahanan paru-paru untuk melindungi dirinya dari kerusakan dapat berkurang akibat paparan jangka panjang bahan kimia berbahaya dalam asap rokok yang terhirup.
ADVERTISEMENT
Kerusakan dan penurunan fungsi pada paru-paru ini berhubungan langsung dengan jumlah bungkus rokok yang mereka isap per hari dalam sekian tahun. Edelman menyebut ukuran ini sebagai "pack-years”. Semakin besar pack-years seseorang, semakin besar kemungkinan paru-paru orang tersebut akan mengalami kerusakan yang ireversibel alias tak dapat membaik.
Perhitungan 1 pack-year (Foto: Wikipedia.org)
zoom-in-whitePerbesar
Perhitungan 1 pack-year (Foto: Wikipedia.org)
Paparan asap rokok dalam jangka waktu yang panjang, misalnya, dapat mengakibatkan emfisema, salah satu tipe penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Emfisema adalah kondisi ketika bagian paru-paru yang dikenal sebagai alveoli hancur. Alveoli ini adalah kantung kecil di dalam paru-peru tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi.
Begitu paru-paru seseorang rusak hingga pada titik emfisema, dinding saluran udara akan kehilangan bentuk dan elastisitasnya sehingga sulit untuk mendorong udara keluar dari paru-paru. Edelman menyebut, perubahan kondisi paru-paru ini bersifat permanen dan tak dapat diubah.
ADVERTISEMENT
Meski ada kerusakan semacam emfisema yang tak dapat membaik, tentunya tetap tak ada kata terlambat untuk berhenti merokok. Berhenti merokok pada usia berapapun dapat membantu setiap orang untuk dapat bernapas dengan lebih baik, melindungi diri dari potensi penyakit yang ditimbulkan oleh asap rokok, serta meningkatkan harapan hidup.
Kapan memutuskan untuk berhenti merokok? (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Kapan memutuskan untuk berhenti merokok? (Foto: Pixabay)