Berjaya Pada Masanya, Mengapa Peradaban Maya Bisa Runtuh?

16 September 2021 15:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kota suku Maya, Meksiko  Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kota suku Maya, Meksiko Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Populer dengan prediksi kiamat tahun 2012, runtuhnya peradaban suku Maya masih menjadi tanda tanya besar. Padahal, saat itu mereka menjadi salah satu yang terbesar dan termaju pada masanya.
ADVERTISEMENT
Suku Maya telah tinggal di Amerika Tengah dan Semenanjung Yucatán setidaknya sejak 1800 SM dan berkembang di wilayah tersebut selama ribuan tahun. Menurut penelitian yang tak terhitung jumlahnya, peradaban Maya runtuh antara 800 dan 1000 M.
Tapi, meskipun istilah "runtuhnya Maya" memunculkan gambaran reruntuhan yang ditumbuhi hutan dengan kota-kotanya jatuh dan ditinggalkan, kenyataan sebenarnya jauh lebih kompleks.
Sebagai permulaan, Maya masih ada hingga kini. "Itu adalah sistem politik Maya yang runtuh, bukan masyarakat [mereka]," jelas Lisa Lucero, profesor antropologi dan studi abad pertengahan dari University Illinois, dikutip Live Science.
"Lebih dari 7 juta suku Maya yang hidup hari ini di Amerika Tengah dan sekitarnya membuktikan fakta ini."
Beberapa artefak yang ditemukan di Gua Balamku di bawah Chichen Itza. Foto: Karla Ortega/Proyecto Gran Acuífero Maya
Sistem peradaban Maya kuno tidak memiliki satu pemimpin pusat, seperti seorang kaisar di Roma kuno. Mereka juga tidak bersatu menjadi satu negara.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, peradaban Maya kuno terdiri dari banyak negara kecil, masing-masing berpusat di sekitar kota — menyebabkan negara-negara ini memiliki pemimpin lokal mereka sendiri. Bahkan beberapa lebih kuat daripada yang lain.
Para ahli menyimpulkan, tak ada ada keruntuhan tunggal untuk pemerintahan Suku Maya. "Runtuh bukan istilah yang harus diterapkan secara universal untuk Maya, yang juga tidak boleh disebut sebagai istilah tunggal," kata Marilyn Masson, profesor dan ketua antropologi di Universitas Albania, Amerika Serikat.
"Wilayah Maya luas, dengan banyak pemerintahan dan lingkungan, dan banyak bahasa digunakan dalam keluarga Maya."

Kekeringan, Dewa, dan Hambatan Berdagang Picu Keruntuhan Maya

Kemungkinan besar, campuran masalah politik dan lingkungan bisa disalahkan atas kemunduran kota-kota Maya. Berdasarkan analisis speleothems atau struktur batuan di gua-gua seperti stalaktit dan stalagmit, terlihat ada kekeringan parah yang melanda 800 dan 930 M di wilayah Mesoamerika selatan.
ADVERTISEMENT
"Dan karena raja Maya yang paling berkuasa mengandalkan waduk perkotaan untuk menarik petani selama musim kemarau tahunan untuk akses ke air minum bersih, penurunan curah hujan berarti membuat tingkat air turun, panen gagal dan raja kehilangan sumber daya mereka," kata Lucero.
Fakta lain bahwa penguasa Maya sering menghubungkan kekuatan mereka sendiri dengan dewa menciptakan lebih banyak masalah politik.
"Masalah yang dialami suku Maya akibat kekeringan menyebabkan orang kehilangan kepercayaan pada penguasa mereka, yang lebih dari sekadar kehilangan kepercayaan pada pemerintah ketika penguasa Anda terikat erat dengan dewa," kata Justine Shaw, profesor antropologi di College of the Redwoods, California.
Ilustrasi bangunan Suku Maya Foto: Shutter Stock
Kekeringan, dikombinasikan dengan gejolak politik, gangguan pertanian, sistem penyimpanan air yang buruk mengakibatkan penguasa Maya membuang-buang sumber daya untuk berperang.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, beberapa daerah Maya juga tercatat mengalami deforestasi, dan tingkat air yang lebih rendah sehingga mempersulit perdagangan barang.
"Curah hujan yang lebih sedikit kemungkinan berdampak pada perdagangan kano karena ketinggian air terlihat turun setiap musim kemarau. Jadi lebih sedikit hujan berarti lebih sedikit perjalanan kano." kata Lucero.