news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Beruang Brutal, Bangkit dari Hibernasi Langsung Bunuh 38 Anak Rusa

31 Januari 2022 9:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi beruang coklat Rumania. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi beruang coklat Rumania. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Seekor beruang cokelat dengan julukan "predator ganas" terbangun dari hibernasi dan membunuh 38 anak rusa kutub dalam satu bulan. Beruang ini kemudian membunuh 18 rusa muda lagi pada bulan berikutnya menurut sebuah studi baru.
ADVERTISEMENT
Beruang betina berusia 13 tahun tersebut adalah satu dari 15 beruang di Swedia utara yang diteliti ilmuwan di alam lepas. Mereka ingin mencari tahu bagaimana beruang mencari makan di lanskap tempat mereka tinggal.
Dalam studi itu, ilmuwan menemukan bahwa beruang mengubah habitat, menyasar anak rusa dan rusa di musim semi. Ruang persis beruang yang ditempati bervariasi tergantung pada berapa banyak mangsa yang mereka buru.
Mengapa beberapa beruang lebih predator? "Ini pasti kombinasi dari berbagai faktor," rekan penulis studi Antonio Uzal Fernandez, dosen senior konservasi satwa liar di Nottingham Trent University di Inggris, menurut laporan Live Science.
"(Salah satunya) seperti perilaku bawaan yang berkaitan dengan kepribadian (untuk misalnya, beberapa orang lebih agresif daripada yang lain)."
ADVERTISEMENT
Tak cuma di Swedia, beruang coklat (Ursus arctos) merupakan beruang yang paling banyak tersebar di Bumi. Menurut catatan International Union for Conservation of Nature (IUCN), hewan tersebut tersebar di 45 negara seperti wilayah Amerika Utara, Eropa dan Asia.
Ilustrasi beruang. Foto: Shutter Stock
Dalam studi ini, para peneliti melacak beruang menggunakan kalung GPS antara 2010 dan 2012. Kalung itu dipasang untuk merekam perburuan mereka.
Saat musim melahirkan rusa kutub dimulai, beruang coklat di Swedia akan pindah ke dataran tinggi yang terjal. Wilayah ini merupakan lanskap favorit bagi rusa kutub muda, dan rusa-rusa lain untuk beranak.
Tim memetakan habitat berbeda yang digunakan beruang dan membandingkan tingkat pembunuhan individu. Peneliti mengkategorikan kelompok beruang pada 2 hal yakni pemangsa ganas dan pemangsa rendah.
ADVERTISEMENT
Beruang disebut "predator ganas" saat mereka membunuh dengan tingkat pembunuhan di atas rata-rata dari semua beruang (0,4 pembunuhan per hari). Sementara "pemangsa rendah" ketika mereka membunuh pada tingkat yang lebih rendah dari itu, menurut penelitian.
Tim menemukan beberapa perbedaan antara ke mana beruang predator ganas dan pemangsa rendah pergi. Misalnya, beruang predator ganas menyukai daerah berhutan yang dihuni lebih banyak rusa daripada daerah terbuka yang dipilih beruang pemangsa rendah.
Delapan dari 15 beruang dianggap sangat predator dan secara teratur membunuh lebih dari 20 anak rusa kutub dan 5 anak rusa dalam satu periode melahirkan. Beruang tidak seefektif berburu mangsa dewasa yang lebih besar sehingga mereka fokus pada berburu anak rusa.
Ilustrasi beruang. Foto: Shutter Stock
Setelah periode melahirkan kelompok rusa berakhir, mereka akan bergantung pada buah beri selama sisa tahun sampai memasuki kembali hibernasi, menurut penelitian tersebut.
ADVERTISEMENT
"Studi kami menunjukkan perbedaan antara perilaku predator beruang dan bagaimana ini membantu menjelaskan variasi individu dalam pemilihan habitat mereka," kata Fernandez.

Tujuan studi: bantu warga jaga hewan ternak

Rusa kutub merupakan hewan semi-domestikasi (sebagian dijadikan hewan ternak) di Swedia. Umumnya hewan ini dibawa oleh penduduk asli Sámi.
Setiap tahun, orang membunuh beruang sebagai respons atas serangan rusa kutub. Temuan baru ini dapat membantu para peneliti memetakan wilayah mana yang menjadi tempat favorit (hotspot) beruang berburu, sehingga manusia dan hewan ternaknya dapat menghindari lokasi tersebut untuk mengurangi konflik.
Hotspot ini dapat memberi tahu pemilik hewan ternak tentang di mana beruang paling mungkin menyerang selama musim melahirkan. Pemetaan ini juga dapat membantu mereka mengambil tindakan pencegahan untuk mengurangi kerugian, seperti meningkatkan kewaspadaan di daerah tersebut, kata para peneliti.
ADVERTISEMENT