Bisakah Pasien Sembuh Corona Terinfeksi Lagi COVID-19? Apakah Lebih Parah?

30 Desember 2020 8:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dinas Kesehatan Pemkot Bandung melakukan simulasi penyuntikan vaksin virus corona, di Balai Kota Bandung, Rabu (23/12). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dinas Kesehatan Pemkot Bandung melakukan simulasi penyuntikan vaksin virus corona, di Balai Kota Bandung, Rabu (23/12). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
ADVERTISEMENT
Kasus virus corona di DKI Jakarta mencatat kasus aktif tertinggi sebanyak 15.077 orang positif COVID-19 pada Selasa (29/12). Sementara sudah 507 tenaga kesehatan yang meninggal karena virus ini.
ADVERTISEMENT
Dunia juga sedang digegerkan dengan munculnya varian baru virus corona yang konon punya tingkat penularan lebih cepat, lalu banyak menginfeksi remaja dan anak-anak, kendati sampai sekarang Indonesia belum melaporkan adanya kasus varian baru tersebut.
Selain muncul gejala-gejala baru yang lebih dominan, seperti kehilangan indra perasa dan penciuman, sejumlah pasien sembuh juga dihadapkan dengan potensi terjadinya reinfeksi atau pasien sembuh corona kembali terinfeksi untuk kedua kalinya. Kasus reinfeksi ini telah ditemukan di Kota Bogor.
"Satu kasus pasien. Satu lagi bidan di RS. Dua orang ini sebelumnya pernah positif kemudian negatif. Dan terinfeksi positif lagi. Sejauh ini ada 2 kasus," kata Dedie A Rachim, Wakil Wali Kota Bogor saat dihubungi kumparan, Selasa (29/12).
ADVERTISEMENT
Dedie menduga terjadinya reinfeksi disebabkan mutasi virus COVID-19. Di sisi lain, pasien berada di lingkungan yang memiliki risiko tinggi penularan corona. Serta pasien kurang menjaga protokol kesehatan saat berangsur pulih.
Yusuf beristirahat sebelum mengangkut pasien corona tanpa gejala ke RS Darurat COVID-19 Wisma Atlet di Jakarta. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS

Benarkah pasien sembuh corona bisa mengalami reinfeksi?

Dijelaskan dr. Erlina Burhan, dokter spesialis paru di Rumah Sakit Persahabatan, bahwa tidak menutup kemungkinan pasien COVID-19 yang sembuh bisa kembali terinfeksi virus corona. Reinfeksi bisa terjadi ketika antibodi pasien sembuh corona mengalami penurunan, dan ia berada di lingkungan yang tinggi akan risiko penularan corona.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Prof., Dr., dr., Iris Rengganis, Ketua Perhimpunan Alergi dan Imunologi Indonesia dan Guru Besar Universitas Indonesia. Ia mengatakan bahwa seseorang yang sembuh dari COVID-19 belum tentu menjadi kebal terhadap virus SARS-CoV-2. Risiko terpapar kembali virus corona masih mungkin terjadi.
ADVERTISEMENT
“Belum bisa dikatakan demikian (kebal terhadap virus). Mereka yang sembuh akan terbentuk kekebalan atau antibodi setelah terkena infeksi, tapi belum dapat dipastikan tidak tertular lagi, kemungkinan terkena reinfeksi masih mungkin terjadi,” ujar Prof Iris saat dihubungi kumparan, beberapa waktu yang lalu.
Ia menjelaskan, pada dasarnya kekebalan tubuh manusia bersifat dinamis, bisa naik dan turun. Imunitas seseorang dipengaruhi oleh usia, nutrisi, vitamin, mineral, hormon, olahraga, dan emosi.
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
Secara sederhana imun tubuh bisa dikatakan memiliki memori, di mana ketika seseorang berhasil sembuh dari COVID-19, tubuh akan mengingat cara melawan virus yang sebelumnya masuk. Kendati begitu, memori tersebut dapat berkurang. Terlebih, tidak pasti sampai kapan antibodi yang baru terbentuk itu bisa bertahan.
ADVERTISEMENT
Tak jauh berbeda dengan Prof. Iris, Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19, Prof., Dr., dr., Syamsul Arifin, mengingatkan agar masyarakat tetap menjaga imunitas tubuh untuk mencegah terjadinya reinfeksi virus corona.
"Tidak ada orang yang mampu terlindungi dari infeksi kedua kecuali imunitasnya bagus," kata dia dikutip dari Antara, Minggu (15/11).
Sejak awal pandemi menyerang, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberi peringatan kalau tidak ada bukti bahwa orang yang telah pulih dari COVID-19 dan memiliki antibodi mampu terlindungi dari COVID-19.
Bahkan penelitian di Munich, Jerman, dan juga Spanyol melaporkan sebagian penyintas COVID-19 memang dapat kembali terinfeksi virus yang sama beberapa bulan kemudian.
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
Demikian pula halnya dengan imunitas yang diperoleh melalui vaksin COVID-19. Menurut Syamsul, vaksin yang telah diuji coba sampai saat ini masih memiliki sejumlah kelemahan. Vaksin COVID-19 memiliki jangka waktu yang terbatas untuk menciptakan sistem imun di tubuh. Masa berlaku efektivitas vaksin saat ini diperkirakan hanya bertahan 6 bulan sampai 2 tahun.
ADVERTISEMENT
"Untuk itulah, peningkatan daya tubuh sangat berperan penting untuk melawan infeksi virus, di samping mematuhi protokol kesehatan," tutur Syamsul, yang juga Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM.

Apakah orang yang reinfeksi corona bakal alami gejala lebih parah?

Menurut Prof. Iris, gejala yang ditimbulkan akan tergantung pada sistem imun tubuh orang yang mengalami reinfeksi corona. Kendati pada umumnya gejala yang dialami lebih ringan dari sebelumnya.
"Bila sistem imun baik, mungkin gejala penyakit tidak seberat sebelumnya, tetapi tetap terkena. Bila sistem imun kurang, bisa terjadi sakit parah. Jadi masih berpotensi tertular," kata Iris.
Maka dari itu, bagi pasien yang telah sembuh ada baiknya untuk tetap berhati-hati dan menjaga kondisi tubuh tetap prima. Sebab, sistem kekebalan tubuh sangat berperan penting dalam memerangi virus yang menjangkiti tubuh manusia.
ADVERTISEMENT
Menurut Syamsul, ada beberapa cara untuk menjaga imunitas tubuh agar tetap dalam kondisi prima, yakni mengelola stres dengan baik, rutin berolahraga, konsumsi makanan bergizi seimbang, konsumsi makanan penunjang sistem imun seperti vitamin, banyak minum air putih dan mineral yang merupakan komponen nutrisi dalam kerja sistem imun tubuh. Tak kalah penting, tetap menjaga protokol kesehatan.