Bocah 9 Tahun di Prancis Meninggal Akibat Penyakit Misterius Terkait Corona

18 Mei 2020 15:12 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di sekitar menara Eiffel, Paris saat lockdown. Foto: REUTERS/Pascal Rossignol
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di sekitar menara Eiffel, Paris saat lockdown. Foto: REUTERS/Pascal Rossignol
ADVERTISEMENT
Seorang bocah laki-laki berusia sembilan tahun di Prancis meninggal dunia karena menderita peradangan misterius dan dikaitkan dengan infeksi virus corona. Ia merupakan salah satu dari 230 anak di Eropa yang mengalami sindrom penyakit langka.
ADVERTISEMENT
Dokter anak berpengalaman di Marseille, Prancis, awalnya mendiagnosis bocah laki-laki itu mengidap demam berdarah. Setelah kondisinya membaik, sang anak diizinkan meninggalkan rumah sakit.
Namun setelah pulang ke rumah, malam harinya bocah itu menderita serangan jantung yang kemudian mengakibatkan kerusakan otak sehingga berujung pada kematiannya.
Peristiwa itu terjadi pada 2 Mei 2020 lalu. Sebelum mengembuskan napas terakhir, bocah itu sempat dilarikan ke perawatan intensif rumah sakit lain di La Timone dan kembali menjalani rawat inap selama enam hari.
Hasil tes darah menunjukkan, ia telah terinfeksi virus corona. Padahal saat dirawat di rumah sakit sebelumnya, ia sama sekali tak menunjukkan gejala COVID-19 sehingga petugas kesehatan tak melakukan deteksi virus corona padanya.
ADVERTISEMENT
Meski tak mengalami gejala COVID-19, bocah itu menderita beberapa kondisi yang kerap dikaitkan dengan penyakit Kawasaki, yakni kelainan pembuluh darah yang langka, seperti yang disebutkan Dr. Fabrice Michel, kepala unit pediatrik di La Timone.
Penyakit Kawasaki diketahui sebagai kondisi peradangan pada sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan pembuluh darah membengkak. Gejalanya meliputi demam, ruam, mata dan bibir merah, serta kemerahan pada telapak tangan dan telapak kaki.
Ada sekitar 125 anak-anak di Prancis, 100 anak di Inggris, dan 100 anak di New York, AS, mengalami gejala seperti kawasaki selama munculnya pandemi, sehingga menimbulkan kecurigaan ada kaitan antara sindrom ini dengan infeksi coronavirus.
Hanya beberapa anak yang terdampak di Prancis yang pada akhirnya dinyatakan positif COVID-19, sehingga para ilmuwan belum yakin apakah gejalanya disebabkan oleh virus corona jenis baru atau hal lain.
ADVERTISEMENT
"Yang pasti penyakit ini untungnya sangat jarang," kata Dr Michel pada hari Jumat (15/5), setelah rumah sakit merilis rincian kasus anak laki-laki itu sebagai kematian pertama di Prancis terkait dengan sindrom tersebut, demikian dikutip Independent.
Pada Jumat (15/5) lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa mereka sedang mempelajari kondisi yang digambarkan memiliki beberapa gejala mirip dengan penyakit Kawasaki dan sindrom syok toksik, serta meminta semua dokter di seluruh dunia untuk waspada dan lebih memahami sindrom ini.
Badan kesehatan Uni Eropa, ECDC, telah setuju untuk memasukkan sindrom ini sebagai kemungkinan komplikasi COVID-19 yang akan dilaporkan untuk pengawasan di seluruh Eropa.
Anak-anak yang terkena dampak telah menunjukkan setidaknya dua dari gejala sebagai berikut: ruam atau tanda-tanda peradangan di sekitar mulut, tangan atau kaki; syok atau tekanan darah rendah; masalah jantung; bukti gangguan perdarahan; dan masalah gastrointestinal akut.
ADVERTISEMENT
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet pada hari Rabu (13/5) menunjukkan, muncul peningkatan sindrom Kawasaki hingga 30 kali lipat di Italia selama sebulan terakhir.
Sindorm ini biasanya menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Namun dari mereka ada pula yang ditemukan telah mengembangkan antibodi terhadap COVID-19 dan juga mengembangkan penyakit seperti Kawasaki di usia 14 tahun.
Peneliti menemukan, dibandingkan dengan penyakit Kawasaki, mereka lebih cenderung memiliki masalah pada jantungnya.
"Wabah serupa penyakit mirip Kawasaki diperkirakan terjadi di negara-negara yang terlibat dalam epidemi SARS-CoV-2," tulis peneliti.
Para ahli mengatakan, kondisi ini masih sangat jarang dan tidak menyebabkan kekhawatiran umum di kalangan orang tua.
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutterstock

Apa itu penyakit Kawasaki?

Penyakit Kawasaki ditandai oleh peradangan pada arteri koroner dan pembuluh darah lainnya. Kebanyakan mempengaruhi anak-anak di sekitar usia dua tahun, tetapi juga telah ditemukan pada beberapa remaja, menurut American Heart Association.
ADVERTISEMENT
Semua anak berisiko dan sindrom ini paling umum terjadi pada orang-orang keturunan Jepang dan Asia. Sebagian besar anak-anak dengan penyakit Kawasaki pulih sepenuhnya, tetapi perawatan medis mendesak diperlukan untuk mencegah masalah jantung yang signifikan.
Gejalanya meliputi demam, ruam, tangan dan kaki bengkak, mata merah dan teriritasi, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, dan mulut, bibir, dan tenggorokan yang teriritasi dan meradang.
Pada pasien sindrom multi-sistem inflamasi di New York, AS, semua mengalami demam, dan lebih dari setengahnya mengalami ruam, sakit perut, muntah, atau diare. Kurang dari setengahnya memiliki masalah dengan sistem pernapasan mereka.
Ilustrasi paru-paru Foto: bykst
Daskalakis mengatakan, jika dokter anak mencurigai seorang pasien memiliki sindrom inflamasi misterius, mereka harus segera dirujuk ke spesialis penyakit menular anak, reumatologi, dan/atau perawatan kritis.
ADVERTISEMENT
"Diagnosis dini dan perawatan pasien yang memenuhi kriteria parsial atau lengkap untuk penyakit Kawasaki sangat penting untuk mencegah kerusakan organ akhir dan komplikasi jangka panjang lainnya," terang Wakil Komisaris dari Divisi Pengendalian Penyakit di New York, Dr. Demetre C. Daskalakis, yang pernah melaporkan penyakit kawasaki atau sindrom radang multi sistem menimpa anak-anak berusia 15 tahun dalam rentang waktu pertengahan April hingga awal Mei 2020 di AS.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.