news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bukan Corona, 8 Orang di Jerman Diduga Tewas Akibat Virus Langka

11 Februari 2020 15:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kelelawar. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kelelawar. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun, hewan liar memang tak layak dimakan. Ya, beberapa kasus penyebaran virus mematikan memang selalu diawali dari hewan liar, entah itu dengan cara dikonsumsi atau kontak langsung dengan hewan-hewan tersebut.
ADVERTISEMENT
Misalnya kelelawar yang menjadi dalang penyebab terjadinya bencana virus mematikan, seperti SARS, ebola, hingga novel coronavirus (2019-nCoV) yang masih tahap penelitian.
Baru-baru ini, para peneliti menemukan fakta terkait kematian 8 orang di Jerman yang menderita ensefalitis atau radang otak. Mereka menyebut, ensefalitis yang diidap ke delapan orang tersebut diduga disebabkan oleh virus langka yang ditularkan dari celurut (sejenis tikus kecil) atau hewan kecil seperti mol, yang telah menyebabkan kondisi pembengkakan otak parah akibat infeksi virus.
Diterbitkan dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases, para ilmuwan meneliti otak dari 56 orang yang menderita ensefalitis antara tahun 1999 hingga 2019. Dari 56 orang yang diteliti, 8 orang di antaranya meninggal karena ensefalitis yang disebabkan oleh virus penyakit Borna 1 (BoDV-1).
Ilustrasi celurut. Foto: pixabay/rhae
Penyakit Borna adalah penyakit neurologis akut yang mempengaruhi kuda dan domba. Ditularkan oleh tikus bergigi putih bicolored dan celurut, pertama kali ditemukan di Jerman Timur ketika membunuh ratusan kuda pada abad ke-19. Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Medicine mengonfirmasi bahwa virus itu dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan ensefalitis yang mematikan.
ADVERTISEMENT
Delapan orang yang terinfeksi penyakit Borna diketahui hidup di daerah pedesaan. Mereka menghabiskan banyak waktu di luar rumah. Peneliti curiga, kucing-kucing yang hidup di sana telah menularkan patogen pada manusia ketika kucing menangkap dan memberikan tikus kepada orang-orang di sana.
Peneliti juga curiga orang-orang terpapar virus langka akibat menghirup debu berisi urine kering dari celurut yang kencing di jerami. Bukan tanpa alasan, sebab kuda dan domba juga terinfeksi akibat urine mamalia kecil ini. Namun, seperti apa virus ditularkan ke manusia masih belum diketahui secara pasti.
Ilustrasi virus. Foto: pixabay
Belum ditemukan pula obat untuk melawan virus langka ini. Saat ini, para peneliti masih berupaya untuk menciptakan vaksin. Adapun virus itu biasanya menyerang sistem kekebalan tubuh seseorang hingga merusak jaringan otak. Gejala-gejala yang ditimbulkan meliputi sakit kepala, demam, kebingungan, kemudian pasien akan koma, dan menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
“Temuan memberikan bahan tambahan untuk pemahaman yang lebih baik tentang penyakit ini,” ujar Martin Beer, penulis penelitian yang juga kepala Institute of Diagnostic Virology di Friedrich Loeffler Institute di Jerman, seperti dikutip dari Business Insider. “Kendati begitu, risiko infeksi pada manusia sangat rendah.”
“Infeksi BoDV-1 harus dianggap sebagai zoonosis yang berpotensi mematikan di daerah endemis dengan infeksi spillover yang dilaporkan pada kuda dan domba. Infeksi BoDV-1 dapat mengakibatkan ensefalitis fatal pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah dan tampak sehat. Akibatnya, semua kasus ensefalitis parah yang penyebabnya tidak jelas harus diuji untuk virus borna terutama di daerah endemis,” tulis peneliti.
Zoonosis sendiri adalah penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya.
ADVERTISEMENT