news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Calon Orang Tua Sebaiknya Setop Minum Alkohol jika Mau Punya Anak

7 Oktober 2019 19:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pasangan suami istri. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasangan suami istri. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol tampaknya harus segera dihentikan ketika kamu dan pasangan memutuskan untuk memiliki momongan. Menurut hasil sebuah penelitian baru yang diterbitkan di European Journal of Preventive Cardiology, para pria disarankan untuk tidak meminum alkohol setidaknya sejak enam bulan sebelum masa pembuahan. Sedangkan para wanita sebaiknya benar-benar berhenti mengonsumsi alkohol setidaknya sejak satu tahun sebelum melakukan hubungan intim untuk memiliki anak.
ADVERTISEMENT
Para calon ayah yang masih nekat mengonsumsi alkohol dalam tiga bulan menjelang masa konsepsi atau pembuahan, menurut hasil riset tersebut, harus membayarnya dengan adanya peningkatan risiko penyakit jantung bawaan pada calon anak mereka. Risikonya adalah 44 persen lebih tinggi dibandingkan pada calon anak yang ayahnya tidak mengonsumsi alkohol.
Ilustrasi pria dan wanita yang gemar pesta minum keras. Foto: Shutter Stock
Pria yang gemar menikmati pesta minuman keras bisa menghabiskan lima gelas atau lebih minuman beralkohol dalam sekali duduk. Kebiasaan buruk ini bisa menyebabkan peningkatan risiko keturunan mereka terlahir cacat 52 persen lebih tinggi dibanding bayi pada umumnya. Sedangkan bagi wanita yang gemar mengikuti pesta minuman keras, peningkatan risiko keturunan mereka terlahir cacat adalah 16 persen lebih tinggi dibanding bayi umumnya.
ADVERTISEMENT
“Pesta minuman keras yang dilakoni calon orang tua merupakan risiko tinggi dan termasuk kebiasaan berbahaya yang tidak hanya dapat meningkatkan kemungkinan bayi mereka terlahir cacat jantung, tetapi juga sangat merusak kesehatan mereka (para calon orang tua itu) sendiri,” papar Jiabi Qin, salah satu periset dari Xiangya School, China, seperti dikutip dari IFL Science.
Alkohol adalah teratogen yang tak lain merupakan agen penyebab malformasi embrio yang kemudian dikenal dengan sindrom alkohol janin (fetal alcohol syndrome/FAS). Satu dari empat anak dengan sindrom alkohol janin menderita penyakit jantung bawaan. IFL Science melansir, Kasus tersebut telah mempengaruhi 1 persen penyebab kematian bayi non-infeksi dari semua kelahiran.
Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Shutterstock
Riset sebelumnya juga pernah mengamati efek alkohol pada janin yang dilahirkan dari ibu yang mengonsumsi minuman keras menjelang dan selama kehamilan. Namun setelah dicek, hasil riset tersebut tidak konsisten. Para peneliti lantas melakukan meta analisis data dengan berfokus pada risiko konsumsi alkohol dari pihak pria. Sejak tahun 1991 hingga 2019, terdapat 55 penelitian yang dilakukan terhadap 41.000 bayi dengan penyakit jantung bawaan dan ada 300.000 bayi yang tidak mengalaminya.
ADVERTISEMENT
Dari seluruh studi, para peneliti mencari kata kunci seperti penyakit jantung bawaan atau malformasi kardiovaskular untuk menemukan hubungannya dengan paparan alkohol. Para peneliti kemudian menemukan, ketika jumlah konsumsi alkohol pada calon ayah meningkat, maka akan meningkat pula risiko keturunan mereka akan mengalami penyakit jantung bawaan. Hanya saja, hubungan ini tidak signifikan secara statistik pada riset yang dilakukan terhadap jumlah pria yang lebih sedikit.
Sementara pada calon ibu yang merupakan pecandu alkohol, risiko tetralogi fallot pada calon anak mereka bisa mencapai 20 persen. Tetralogi fallot merupakan suatu kondisi yang langka yang disebabkan oleh kombinasi dari empat cacat jantung bawaan sehingga menyebabkan kulit bayi yang baru lahir menjadi berwarna biru atau mengalami “sindrom bayi biru”.
ADVERTISEMENT
Para peneliti memberi catatan, riset ini tidak membuktikan bahwa calon ayah yang mengonsumsi alkohol memberikan pengaruh buruk pada calon anak secara lebih berbahaya dibandingkan calon ibu yang mengonsumsi alkohol. Selain itu menurut para peneliti, riset ini perlu dikembangkan lebih jauh.
“Mekanisme yang mendasari hubungan konsumsi alkohol orang tua dengan penyakit jantung bawaan pada keturunan mereka memerlukan penelitian lebih lanjut," kata Qin. "Meskipun analisis kami memiliki keterbatasan --misalnya, jenis alkohol tidak dicatat-- (riset) ini menunjukkan bahwa pria dan wanita yang merencanakan keluarga harus berhenti minum alkohol."