Cara Kelelawar Bisa Hidup dengan Corona dan Ratusan Virus Mematikan di Tubuhnya

26 Juli 2020 17:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
The Giant Golden-crowned Flying Fox atau Kelelawar Mahkota Emas Raksasa. Foto: needpix
zoom-in-whitePerbesar
The Giant Golden-crowned Flying Fox atau Kelelawar Mahkota Emas Raksasa. Foto: needpix
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona telah membawa dampak yang sangat buruk bagi sistem kesehatan dan ekonomi dunia. Asal muasal virus corona pertama kali menyebar masih menjadi perdebatan di kalangan para ilmuwan. Namun yang pasti, ia ditularkan dari hewan ke manusia atau bersifat zoonosis.
ADVERTISEMENT
Salah satu hewan paling dicurigai sebagai dalang di balik penyebaran virus corona adalah kelelawar. Mamalia bersayap itu sudah lama dikenal sebagai hewan yang membawa ratusan virus mematikan dalam tubuhnya. Tapi entah bagaimana, dia masih bertahan dan tetap hidup berbarengan dengan virus di dalam tubuhnya.
Ada banyak hal yang belum diketahui ihwal kemampuan kelelawar yang resisten terhadap virus. Namun, penelitian sekuens genom yang baru-baru ini dilakukan mungkin bisa memberikan petunjuk perihal teka-teki tersebut.
“Berkat serangkaian analisis canggih, kami telah mulai mengungkap genetika di balik kekuatan super kelelawar, termasuk kemampuan mereka yang dapat mengatasi virus RNA,” ujar ahli biologi evolusi dan konservasi dari Stony Brook University, Liliana Davalos, seperti dikutip ScienceAlert.
Ilustrasi virus corona. Foto: NEXU Science Communication/via REUTERS
Dengan membandingkan genom enam spesies kelelawar dengan genom mamalia lain, para peneliti telah menemukan bukti bahwa sistem kekebalan tubuh kelelawar berfungsi secara unik jika dibandingkan mamalia lain. Kelelawar mampu memerangi virus dengan sangat baik sehingga terhindar dari infeksi serius.
ADVERTISEMENT
Keahliannya dalam memerangi virus, membuat kelelawar dapat hidup di berbagai kondisi lingkungan di seluruh dunia. Saat ini, ada lebih dari 1.400 spesies kelelawar yang berhasil diidentifikasi. Mereka mengisi sekitar 20 persen mamalia yang ada di seluruh dunia.
Meski membawa ratusan virus, kelelawar memainkan peran penting dalam ekosistem kehidupan. Setidaknya ada 500 spesies tanaman yang bergantung dari penyerbukan kelelawar, seperti pohon pisang, mangga, dan jambu. Tanaman lain juga bergantung pada kotorannya, bahkan beberapa spesies kelelawar dapat mengendalikan serangga, seperti nyamuk, dengan cara memakannya.
Dalam penelitiannya, Davalos bersama tim mengurutkan dan membandingkan genom dari enam spesies kelelawar yang sangat berbeda: Rhinolophus ferrumequinum, Molossus molossus, Pipistrellus kuhlii, Myotis myotis, frugivorous Rousettus aegyptiacus dan Phyllostomus discnivivous discolor.
ADVERTISEMENT
Dari enam genom tersebut, mereka kemudian membandingkannya dengan 42 genom mamalia lainnya, yang memungkinkan peneliti untuk menemukan bagian-bagian berbeda pada kelelawar. Mereka juga meneliti instruksi genetik yang memberi kode sifat kelelawar.
Ilustrasi kelelawar. Foto: pixabay
Hasilnya, tim menemukan bahwa kelelawar telah kehilangan kelompok gen mamalia terkait dengan sistem kekebalan tubuh. Termasuk beberapa gen peradangan yang merangsang kekebalan terkait penyakit autoimun pada manusia.
Perubahan juga terjadi pada kelompok gen imunitas lain yang disebut APOBEC. Gen-gen ini telah hilang, diganti dengan enzim yang bisa memblokir virus sebelum memasuki inang, lokasi tempat virus bermutasi dan bereproduksi.
“Kami menemukan (kelelawar) yang banyak kehilangan gen sebagai proses penting dalam evolusi dan kemampuan baru untuk bertahan hidup,” ujar Davalos.
ADVERTISEMENT
Dalam genom kelelawar, tim juga menemukan gen yang disebut virus fosil, yakni potongan gen virus lama dalam tubuh kelelawar dan diturunkan dari generasi ke generasi. Manusia juga memiliki virus fosil ini sebagai catatan infeksi virus dari sejarah evolusi manusia, ini disebut sebagai memori genetik.
Secara keseluruhan, temuan ini mendukung bukti yang berkembang bahwa kelelawar dapat menetralkan virus dan bertahan hidup dari infeksi. Kemampuan mereka dalam melawan virus ini jauh lebih baik dari mamalia lain karena sistem kekebalan mereka bekerja secara berbeda.