Cara Kerja Remdesivir, Obat yang Dipakai untuk Pasien Kritis Corona

2 Oktober 2020 13:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Obat Remdesivir. Foto: AFP/ULRICH PERREY
zoom-in-whitePerbesar
Obat Remdesivir. Foto: AFP/ULRICH PERREY
ADVERTISEMENT
PT Kalbe Farma Tbk resmi mendatangkan obat potensial untuk COVID-19 bernama covifor atau remdesivir yang diproduksi oleh perusahaan farmasi India, Hetero India, dan diimpor anak usahanya PT Amarox Pharma Global.
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur Kalbe Farma, Vidjongtius mengatakan, bahwa obat ini dijual sekitar Rp 3 juta per dosis (100 mg). Tapi barangnya tidak dijual secara bebas, melainkan hanya didistribusikan ke rumah sakit.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sendiri telah menyetujui penggunaan remdesivir untuk pasien COVID-19 dengan ketentuan emergency use authorization. Artinya, penggunaan dan distribusi covifor hanya dilakukan di rumah sakit dan tidak diperjualbelikan secara bebas di apotek.

Cara kerja remdesivir

Menyoal cara kerja remdesivir, Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Persahabatan yang juga anggota Satgas Komite Penanganan COVID-19, Erlina Burhan menjelaskan, bahwa saat ini pihaknya telah memberikan obat ini pada 25 pasien COVID-19 di RS Persahabatan. Covifor diberikan kepada pasien yang kritis dan berusia di atas 18 tahun dengan cara diinfus.
ADVERTISEMENT
Pada hari pertama sebanyak 250 ml, hari berikutnya 100 ml, yang diinfus dengan cairan NaCL 0,9 persen. Obat ini bekerja dengan cara menghambat replikasi virus dalam tubuh manusia.
Covifor atau remdesivir untuk obat corona yang diimpor PT Kalbe Farma Tbk dari India. Foto: Dok. Istimewa
Erlina berkata, ketika virus corona masuk ke dalam tubuh manusia, dia akan menempel di reseptor sel. Virus ini banyak ditemukan di saluran pernafasan. Tatkala virus masuk ke tubuh, dia akan menempel serta masuk ke sel dan jaringan baru untuk melakukan replikasi atau berkembang biak.
Obat remdesivir seperti covifor ini berfungsi mencegah virus corona untuk replikasi. Ketika remdesivir masuk ke dalam tubuh, ia akan menghambat sintesis dari RNA virus sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih luas di dalam tubuh manusia. Kendati begitu, kata Erlina, obat ini tidak bisa diberikan pada pasien corona yang mengalami alergi, kelainan liver, hingga kelainan ginjal.
ADVERTISEMENT
Penggunaan remdesivir sebagai obat antivirus sebenarnya bukan kali ini saja terjadi. Obat ini awalnya dibuat untuk mengobati Ebola, wabah yang terjadi di Afrika. Meski tidak lolos uji klinis tahap III, penggunaan remdesivir masih terus dilakukan karena terbukti dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien Ebola. Remdesivir juga pernah digunakan untuk pengobatan penyakit lain, termasuk virus MERS yang masih satu keluarga dengan virus corona SARS-CoV-2.
Penggunaan darurat remdesivir sebagai obat pasien corona sendiri telah disetujui di AS oleh badan pengawas obat dan makanan mereka (Food and Drug Administration/FDA) pada Agustus 2020. Di AS, obat tersebut diberi nama Veklury dan dibanderol dengan harga 3.120 dolar AS per perawatan.