Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Cerita Kanishka Kena GERD: Muntah 30 Kali Sehari Sampai Tak Bisa Bangun (1)
21 Oktober 2021 11:01 WIB
·
waktu baca 4 menitPada 2018 silam, dua bulan setelah sembuh dari tipes, Kanishka Andhina (28) terus alami masalah kesehatan pada bagian perut . Perutnya kembung, diikuti mual dan muntah. Ini berdampak hingga ia sulit makan.
Tak sanggup menahan sakit, ia memeriksakan diri ke dokter. Kanishka divonis kena GERD (Gastroesophageal reflux disease).
Kanishka, yang bekerja sebagai manajer media sosial di perusahaan periklanan di Jakarta, pernah dirawat di rumah sakit. Tubuhnya dehidrasi parah dan kondisi GERD membuatnya bisa muntah sekitar 30 kali dalam sehari. Ia diopname kurang lebih seminggu.
Masalah lain sejak mengidap GERD adalah turunnya berat badan. Ia susah menaikkan berat badan. Bahkan, jika tak makan, beratnya akan turun drastis. Terlebih Kanishka juga punya vertigo.
Alami masalah lambung sejak kecil
Kejadian ini berawal dari keracunan makanan yang dialami Kanishka di masa Sekolah Dasar (SD) dan sejak itu dia sering sakit pada lambung. Orang bilang ini sakit maag. Naik ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Kanishka makin sering mengalami sakit karena asam lambung yang naik, sampai menginjak bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Kanishka merasakan gejala GERD sejak 2016, saat mulai bekerja. Namun, tak ada pemeriksaan lanjutan yang dilakukan hingga penyakit ini membuatnya susah makan.
Tahap awal pemeriksaan ke dokter, Kanishka mengunjungi dokter spesialis di salah satu rumah sakit di Jakarta. Dokter menganjurkan ia mengonsumsi obat khusus. Sebulan berlalu, kesembuhan yang berarti tak kunjung dirasakan.
“Nah, sebulan dikasih obat sama dokter, terus kalau enggak sembuh, berarti harus ada tindakan. Mungkin ada masalah lain di perut,” kata Kanishka.
Dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut. USG dilakukan untuk memastikan apakah ada sesuatu, seperti tumor di perut Kanishka. Jika nihil, tindakan endoskopi diambil.
Endoskopi dilakukan untuk melihat keadaan lambung menggunakan kamera kecil yang dimasukkan ke dalam tabung kecil. Tabung ini dimasukkan melalui mulut ke kerongkongan. Endoskopi memungkinkan dokter untuk melihat lapisan kerongkongan dan lambung.
Jika dibiarkan, GERD bisa picu peradangan di organ
Menurut dr. Dewangga Gegap Gempita, Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia Komisariat Kota Depok, terkadang orang-orang yang mengalami gejala GERD menganggap sakit ini sebelah mata. Padahal, jika dibiarkan terus dan tidak ditangani, inflamasi atau peradangan di organ-organ akan terjadi, salah satunya kerongkongan. Ini dikenal dengan nama penyakit LPR (Laryngopharyngeal reflux).
LPR adalah kondisi ketika asam lambung naik ke kerongkongan lalu masuk ke bagian belakang tenggorokan (faring) atau kotak suara (laring). Ini akan menyebabkan seseorang merasakan rasa terbakar di tenggorokan, sulit menelan, suara serak, batuk, dan postnasal drip kronis, atau bahkan menyebabkan komplikasi seperti muncul jaringan parut, bronkitis, emfisema, hingga kanker.
GERD yang dibiarkan dalam jangka waktu lama juga bisa menyebabkan ulkus peptikum: sakit pada lapisan esofagus, lambung, atau usus kecil.
Jika sudah terjadi kebocoran, maka pembedahan harus dilakukan. Inilah yang tidak diperhatikan dengan baik oleh penderita penyakit maag atau sampai GERD.
Pola hidup sehat jadi kunci utama
GERD, maag, dan asam lambung, bukan merupakan penyakit turunan. Penyakit ini murni timbul karena gaya hidup yang kurang sehat, terutama perihal menjaga pola makan.
“Kalau dibilang kronis, GERD memang penyakit kronis karena bisa berlangsung waktu yang cukup lama. Kondisinya itu bukan karena enggak sembuh-sembuh, ini karena gaya hidup yang enggak berubah. Makanan yang dikonsumsi juga enggak berubah, maka dia akan timbul terus. Jadi dia bisa menjadi penyakit kronis,” jelas Dewangga.
Kesadaran ini juga yang memicu Kanishka mengambil langkah berani demi kesehatan nya sendiri. Kini dia sangat menghindari makanan dan minuman yang bisa memicu penyakit GERD-nya kambuh. Ia berhenti mengonsumsi kopi, makanan olahan dalam kemasan, dan minuman kemasan. Produk yang terbuat dari susu, juga dihindari, karena itu memicu asam lambungnya naik.
Semua dilakukan agar ia tak merasakan sakit yang sama. GERD membuat hidup Kanishka menderita.