Cerita Pasien COVID-19 Berusia 22 Tahun: Usia Muda Bukan Jaminan Bebas Corona

1 April 2020 7:00 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Amy Shircel, mahasiswi di AS yang terjangkit COVID-19. Foto: Instagram @amyshircel  Foto: amyshircel/Instagram
zoom-in-whitePerbesar
Amy Shircel, mahasiswi di AS yang terjangkit COVID-19. Foto: Instagram @amyshircel Foto: amyshircel/Instagram
ADVERTISEMENT
Empat hari usai demam dan muntah-muntah tak karuan, Amy Shircel, dinyatakan positif terinfeksi virus corona COVID-19 pada 17 Maret. Dia baru saja pulang dari Eropa. Riwayat perjalanannya tersebut menjadi alasan Shircel diizinkan ikut tes virus corona di hari kedua gejala penyakitnya muncul.
ADVERTISEMENT
Dalam rangkaian utas yang ia unggah di Twitter pada 28 Maret, Shircel mengisahkan hari-harinya sejak pertama kali menderita gejala COVID-19, didiagnosis positif, hingga kondisinya kian parah sampai harus dilarikan ke Unit Gawat Darurat.
Dengan buka suara soal apa yang dialaminya, Shircel berharap orang-orang yang hingga kini masih sehat tidak menyepelekan imbauan untuk physical distancing. Shircel menjadi bukti hidup penyakit COVID-19 bisa menyerang siapa pun, bahkan orang yang masih muda seperti dirinya dan rutin berolahraga setiap hari.
Mahasiswi University of Wisconsin berusia 22 tahun itu berpesan, agar orang-orang tetap di rumah sampai situasi kondusif. Hingga kini, ia masih berjuang melawan penyakit COVID-19. Gejala-gejala yang dialaminya selama 12 hari belakangan disebutnya sangat tidak manusiawi.
ADVERTISEMENT
“Diagnosis virus corona tidak manusiawi dan (membuatmu merasa) kesepian, dan saya tidak menginginkannya terjadi (bahkan) kepada musuh terbesar saya sekalipun. Anda bukannya tidak terkalahkan hanya karena Anda berusia 20-an. Pegang kata-kata saya, dan lakukan karantina seakan-akan hidup Anda tergantung padanya,” tulisnya lewat Twitter.
Mengutip unggahannya di Twitter, berikut detail kronologi dirinya saat sebelum dan sesudah dinyatakan positif COVID-19.

Hari Pertama

Gejala yang pertama kali ia alami adalah demam, batuk ringan, sakit kepala, menggigil, dan hidung tersumbat.

Hari Kedua

Gejala-gejala tersebut belum mereda. Ia memutuskan tes COVID-19 di rumah sakit.

Hari Ketiga

Sakitnya makin menjadi-jadi. Bahkan, ia mulai muntah-muntah hampir setiap saat. Ia menjadi sulit tidur dan kehilangan nafsu makan. Sementara hasil pemeriksaan laboratorium miliknya belum keluar.
ADVERTISEMENT

Hari Keempat

Hasil tes mengonfirmasi Shirchel positif terinfeksi virus corona SARS-CoV-2. Di hari yang sama, ia mulai kesulitan bernapas. Pengalaman itu disebut sangat menakutkan, seolah-olah paru-parunya tenggelam. Badannya lemas tak karuan dan demamnya mencapai hampir 39 derajat Celsius.

Hari Kelima

Kondisi kesehatannya semakin memburuk. Shirchel menggambarkan hari kelima seakan-akan ia telah sangat dekat dengan kematian.

Hari Keenam

Saking lemasnya, Shirchel sudah tak mampu berjalan. Dia sampai harus merangkak ke kamar mandi setiap ingin muntah. Tubuhnya merasakan dehidrasi luar biasa sehingga ia menelepon 911. Paramedis menjemputnya dengan ambulans menuju UGD. Ia dirawat selama sehari serta diberi sejumlah obat mual.

Hari Ketujuh dan Ke-11

Baru sehari pulang dari rumah sakit, Shircel kembali dilarikan ke UGD. Ia menggigil seharian. Dia selalu bangun dalam keadaan sekujur tubuh berkeringat.
ADVERTISEMENT

Hari ke-12

Gejala-gejala penyakitnya belum sepenuhnya reda, namun nafsu makannya mulai membaik.
Shircel tidak menjelaskan lebih lanjut apakah dokter merawatnya di rumah sakit atau memulangkannya untuk karantina mandiri. Yang pasti, ia mengatakan dirinya belum pulih dari COVID-19 setelah hampir dua minggu berjalan sejak gejala pertama muncul.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!