news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Climate Positive: Apa, Siapa, dan Untuk Apa?

12 Maret 2020 15:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Hutan tanam APRIL Group di Provinsi Riau. Foto: Dok. RAPP
zoom-in-whitePerbesar
com-Hutan tanam APRIL Group di Provinsi Riau. Foto: Dok. RAPP
ADVERTISEMENT
Emisi karbon terus meningkat. WMO Greenhouse Gas Bulletin menunjukkan bahwa konsentrasi karbon dioksida rata-rata global mencapai 407,8 bagian per sejuta (PPM/Parts per Million) pada tahun 2018 — meningkat dari 405,5 PPM pada 2017. Usaha kolektif kita untuk menghentikan laju perubahan iklim jelas masih jauh dari kata ideal.
ADVERTISEMENT
Walau demikian, ada sekelompok kecil perusahaan — yang mengerti pentingnya ilmu pengetahuan, yang mengerti manfaat dari memangkas emisi, yang mengerti risiko dari berdiam diri — meyakini bahwa menurunkan emisi tidak cukup untuk mengatasi krisis iklim, dan karenanya mereka berikrar untuk bersikap dan mengambil langkah-langkah yang climate positive — untuk tidak hanya mencapai target emisi rendah tetapi juga menciptakan manfaat lingkungan.
Beberapa perusahaan yang berikrar untuk climate positive dalam operasional mereka di antaranya adalah Amazon, Microsoft, dan Starbucks; Heathrow Airport, bandara Internasional utama di Inggris, juga tidak mau ketinggalan.

Bukan Hanya Tentang Bisnis

The Cities Climate Leadership Group (C40) adalah grup beranggotakan 96 kota di seluruh dunia yang memiliki tujuan sama: menghentikan laju perubahan iklim dan mendorong kegiatan urban yang mengurangi emisi gas rumah kaca sembari meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan taraf ekonomi masyarakat perkotaan. Pada Mei 2009, C40 meluncurkan Climate Positive Development Program.
ADVERTISEMENT
Program ini mewadahi proyek-proyek regenerasi dan pembangunan baru yang bertujuan mencapai target climate positive di kota-kota di seluruh dunia. Saat ini terdapat 18 proyek Climate Positive Development Program yang tersebar di enam benua dengan harapan dapat memberikan dampak positif kepada lebih dari satu juta orang yang hidup di kota-kota tersebut.
com-Ilustrasi kota climate positive. Foto: Shutterstock
Stockholm Royal Seaport (Stockholm, Swedia), mendorong penurunan emisi karbon dengan mengubah bangunan-bangunan di wilayah tersebut sepenuhnya bergantung kepada energi terbarukan, mengembangkan pusat daur ulang dan pengomposan, serta menciptakan ruang terbuka hijau. Elephant & Castle (London, Inggris), sementara itu, memiliki tata kota yang memungkinkan tercapainya penurunan emisi karbon dioksida hingga 7.000 ton per tahun. Barangaroo South (Sydney, Australia), mengubah bekas terminal kontainer menjadi wilayah komersial dan perumahan terpadu hemat energi.
ADVERTISEMENT
Masing-masing proyek Climate Positive Development Program memiliki profil yang unik karena tantangan ekonomi, politik, dan lingkungannya berbeda dari satu sama lain. Walau demikian, semuanya sama-sama berusaha mencapai tujuan ambisius menekan emisi gas rumah kaca.

Restorasi Ekosistem, Salah Satu Jalan Menuju Climate Positive

Sementara pedoman climate positive untuk tata kota sudah cukup jelas, kerangka acuan climate positive untuk bisnis masih belum begitu jelas. Walau demikian, bukan berarti perusahaan sama sekali tidak memiliki acuan untuk mencapai tujuan tersebut.
Cara mengukur apakah sebuah perusahaan sudah climate positive dimulai dengan menghitung total jejak karbon dan menentukan apa yang perlu dilakukan untuk menjadikannya netral, kemudian menerapkan langkah tambahan yang bisa memberikan dampak lebih besar lagi.
ADVERTISEMENT
Secara umum, perusahaan bisa memenuhi standar tinggi tersebut dengan gabungan beberapa tindakan pengurangan emisi karbon: beralih ke energi terbarukan, mengurangi limbah, mendukung produksi yang lokal untuk mengurangi jarak dan jumlah pengiriman serta mendukung restorasi dan konservasi.
com-Kerinci Central Nursery, di mana APRIL Group merawat bibit untuk produksi terbarukan. Foto: Dok. RAPP
Kegiatan climate positive tersebut dijalankan Grup APRIL. APRIL terus mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan mengubah limbah menjadi energi.
Pada tahun 2018, perusahaan yang berbasis di Pangkalan Kerinci, Riau itu mencatat 80,7 persen kebutuhan energi untuk proses pembuatan bubur kertas dan kertas dipenuhi oleh sumber-sumber terbarukan. Perusahaan pun mengutamakan daur ulang serta mengurangi konsumsi air untuk setiap unit produksi demi meningkatkan efisiensi.
Tidak hanya itu, Grup APRIL memperkuat komitmennya dalam climate action lewat Restorasi Ekosistem Riau (RER). Dijalankan sejak 2013, proyek restorasi dan konservasi hutan raksasa ini berkomitmen menjaga ekosistem dan keanekaragaman hayati dengan melindungi, mengkaji, merestorasi, dan kemudian mengelola keanekaragaman hayati di hamparan hutan gambut utuh terbesar di Sumatera.
ADVERTISEMENT
Mencakup wilayah Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, luas area RER mencapai 150 ribu hektare — dua kali luas Singapura. Selain menjadi rumah bagi lebih dari 55 spesies kelompok terancam (threatened) dunia, RER juga mendorong aksi climate positive melalui pengurangan polusi dan mengelola emisi karbon.
Program restorasi ini adalah perwujudan dari misi APRIL untuk merestorasi satu hektare hutan alami untuk setiap hektare lahan yang digunakan sebagai hutan tanam. Sebagai bentuk komitmennya, APRIL menginvestasikan total USD 100 juta dalam kurun waktu 10 tahun untuk upaya restorasi dan konservasi.
Artikel ini merupakan hasil kerja sama dengan RAPP