news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Cuaca Jakarta Terasa Lebih Panas dan Gerah Belakangan Ini, Apa Penyebabnya?

23 April 2020 11:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cuaca panas. Foto: FREDERIC J. BROWN / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cuaca panas. Foto: FREDERIC J. BROWN / AFP
ADVERTISEMENT
Dalam sepekan terakhir, masyarakat Jakarta dan sekitarnya sering mengeluhkan cuaca yang begitu panas dan membuat gerah. Banyak warga yang mengeluhkan tentang hal ini di media sosial, apalagi saat ini tidak banyak aktivitas di luar ruangan, tapi suasana panas dan gerah tetap terasa. Lantas apa penyebabnya?
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa kombinasi antara kurangnya tutupan awan serta suhu udara yang tinggi dan cenderung berkurang kelembabannya menyebabkan suasana panas dan gerah yang dirasakan masyarakat.
"Suasana terik umumnya disebabkan oleh suhu udara yang tinggi dan disertai oleh kelembapan udara yang rendah, terutama terjadi pada kondisi langit cerah dan kurangnya awan, sehingga pancaran sinar matahari langsung lebih banyak diteruskan ke permukaan bumi," jelas Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, dalam siaran persnya yang diterima kumparan, Kamis (23/4).
matahari terik cuaca panas Foto: Shutterstock
Berkurangnya tutupan awan terutama di wilayah Indonesia bagian selatan pada bulan-bulan ini disebabkan wilayah ini tengah berada pada masa transisi dari musim hujan menuju musim kemarau sebagaimana diprediksikan BMKG sebelumnya, seiring dengan pergerakan semu matahari dari posisi di atas khatulistiwa menuju Belahan Bumi Utara.
ADVERTISEMENT
"Transisi musim itu ditandai oleh mulai berembusnya angin timuran dari Benua Australia (monsun Australia) terutama di wilayah bagian selatan Indonesia. Angin monsun Australia ini bersifat kering kurang membawa uap air, sehingga menghambat pertumbuhan awan," jelas BMKG.
Sesuai dengan prediksi BMKG, di bulan Maret hingga April akan menunjukkan suhu yang terus menghangat, hampir di sebagian besar wilayah di Indonesia. Pemantauan oleh BMKG pada April ini, teridentifikasi banyak daerah yang mengalami suhu maksimum 34 hingga 36 derajat celsius, bahkan yang tertinggi tercatat mencapai 37,3 derajat celsius.
Secara klimatologis, bulan April-Mei-Juni memang tercatat sebagai bulan-bulan di mana suhu maksimum mengalami puncaknya di Jakarta, selain Oktober-November.

Cuaca panas terik dan gerah akibat pemanasan global?

Meskipun tingginya suhu maksimum belakangan ini tidak dapat dikatakan dipicu secara langsung oleh perubahan iklim. Tren suhu udara yang terus meningkat itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di banyak tempat di dunia.
ADVERTISEMENT
Jadi berdasarkan analisis data BMKG sejak 1866, dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim telah terjadi pula di wilayah Indonesia, ditandai dengan adanya kenaikan suhu, serta makin meningkatnya frekuensi kejadian dan intensitas curah hujan ekstrem dalam 30 tahun terakhir, dan makin menghangatnya suhu muka air laut yang dapat memicu makin sering atau semakin menguatnya kejadian badai tropis di sebagian wilayah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun, BMKG memaparkan fenomena suhu udara tinggi yang terjadi saat ini tampaknya lebih dikontrol oleh pengaruh posisi gerak semu matahari dan mulai bertiupnya angin monsun kering dari benua Australia, yang berdampak pada kurangnya tutupan awan di atas wilayah Indonesia, sehingga sinar matahari langsung mencapai permukaan bumi tanpa adanya penghalang awan.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.