Cuaca Terasa Lebih Panas dan Gerah Belakangan, Ini Saran BMKG

27 Mei 2020 9:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peta suhu maksimum harian Indonesia. Smuber: Pusat Metereologi Publik BMKG
zoom-in-whitePerbesar
Peta suhu maksimum harian Indonesia. Smuber: Pusat Metereologi Publik BMKG
ADVERTISEMENT
Beberapa hari belakangan ini masyarakat di Indonesia mengeluhkan cuaca yang panas. Ini menimbulkan ketidaknyamanan dalam menjalani hari-hari.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk tidak panik dengan suasana gerah yang terjadi. Masyarakat diminta tetap menjaga kesehatan dan stamina agar tidak mengalami dehidrasi dan iritasi kulit.
Banyak minum dan makan buah segar sangat dianjurkan, termasuk memakai tabir surya sehingga tidak terpapar langsung sinar Matahari yang berlebih dan lebih banyak berdiam dirumah pada saat pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).
"Dengan mulai berkurangnya tutupan awan dan tingginya radiasi langsung, sehingga peningkatan suhu udara akan terjadi secara sistematis. Tapi hal ini merupakan hal yang normal di wilayah tropis. Hindari dehidrasi saja dengan banyak air putih," ujar Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra, saat dihubungi kumparanSAINS, Rabu (27/5).
ADVERTISEMENT
Menurut BMKG, suasana gerah secara meteorologis terjadi saat suhu udara yang panas disertai dengan kelembapan udara yang tinggi.
Kelembapan udara yang tinggi ini, merujuk pada jumlah uap air yang terkandung pada udara. Artinya begini, semakin banyak uap air yang dikandung dalam udara, maka akan semakin lembab udara tersebut.
“Apabila suhu meningkat akibat pemanasan Matahari langsung karena berkurangnya tutupan awan, suasana akan lebih terasa gerah,” terang Herizal, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, melalui rilis resmi, Selasa (26/5).
matahari terik cuaca panas Foto: Shutterstock
Herizal menuturkan, dalam lima hari terakhir, laporan pencatatan metereologis menunjukkan suhu maksimum udara pada siang hari atau tengah hari berada dalam kisaran 34 sampai 36 derajat Celcius.
Di Sentani Papua, suhu udaranya bahkan beberapa kali sempat mencapai lebih dari 36 derajat Celcius. Sementara di Jabodetabek, pantauan suhu maksimum tertinggi terjadi di kawasan Soekarno/Hatta 35 derajat Celcius, Kemayoran 35 derajat Celcius, Tanjung Priok 34,8 derajat Celcius, dan Ciputat 34,7 derajat Celcius. Demikian juga wilayah lain di Jawa, siang hari di Tanjung Perak suhu udara terukur 35 derajat Celsius.
ADVERTISEMENT
Herizal menyebut, wilayah perkotaan terutama di kota besar umumnya memiliki suhu udara yang lebih panas dibandingkan bukan wilayah perkotaan. Sementara itu catatan kelembapan udara menunjukkan sebagian besar wilayah Indonesia berada pada kisaran lebih dari 80% - 100%, yang termasuk berkelembapan tinggi.
Ilustrasi cuaca panas. Foto: FREDERIC J. BROWN / AFP
“Fenomena udara gerah sebenarnya adalah fenomena biasa pada saat memasuki musim kemarau. Untuk Jabodetabek, periode April-Mei adalah bulan-bulan di mana suhu udara secara statistik berdasarkan data historis memang cukup tinggi, selain periode Oktober-November,” terang Herizal.
Pada musim kemarau suhu udara maksimum di Jakarta umumnya berada pada rentang 32-36 derajat Celcius. Udara panas gerah juga lebih terasa bila hari menjelang hujan, karena udara lembap melepas panas laten dan panas sensibel yang menambah panasnya udara akibat pemanasan permukaan oleh radiasi matahari.
ADVERTISEMENT
Perkembangan musim kemarau hingga Pertengahan Mei 2020 menunjukkan bahwa sebanyak 35 persen wilayah Zona Musim (ZOM) sudah memasuki musim kemarau, di antaranya: sebagian besar wilayah di NTT dan NTB, sebagian Jawa Timur bagian selatan, sebagian Jawa Tengah bagian utara dan timur, sebagian Jawa Barat bagian utara dan timur serta Bekasi bagian utara, Jakarta bagian utara, dan sebagian daerah Papua dan Maluku.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.