Debu Asteroid yang Bakal Ungkap Asal Usul Kehidupan Bumi Akhirnya Tiba

7 Desember 2020 11:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapsul pembawa sampel asteroid Ryugu tiba. Foto: Hayabusa2/JAXA via Twitter
zoom-in-whitePerbesar
Kapsul pembawa sampel asteroid Ryugu tiba. Foto: Hayabusa2/JAXA via Twitter
ADVERTISEMENT
Momen bersejarah baru saja dicatatkan agensi antariksa Jepang, Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), pada Minggu (6/12). Mereka akhirnya berhasil membawa sampel debu asteroid pertama ke Bumi setelah menjalani misi selama tepat 6 tahun.
ADVERTISEMENT
Sampel tersebut, yang diambil dari asteroid Ryugu, diambil oleh pesawat luar angkasa Jepang bernama Hayabusa2. Untuk membawanya ke Bumi, sampel tersebut ditaruh di dalam kapsul sebelum dilempar ke langit Australia pada pukul 04.30 pagi waktu setempat.
Ketika masuk ke atmosfer dengan kecepatan 120 km per jam, kapsul sampel asteroid tersebut tampak seperti bola api kecil di angkasa. Suar sinyal dan parasut mulai menyala seiring kapsul memasuki ketinggian 10 km di atas daratan.
Tim peneliti kemudian berhasil menemukannya setelah melakukan pencarian dengan helikopter. Kapsul itu jatuh di sebuah padang yang dikelola militer Australia, di dekat kota Woomera.
Asteroid Ryugu punya bentuk berlian dengan diameter 870 meter. Foto: Hayabusa2/JAXA via Twitter
Hayabusa2 sendiri tak balik ke daratan. Ia kembali melesat ke luar angkasa setelah melempar kapsul di dekat atmosfer Bumi. Pesawat tersebut masih memiliki banyak tugas untuk kembali mengambil berbagai sampel dari asteroid lain di luar sana.
ADVERTISEMENT
Di dalam kapsul berbobot 16 kg yang dikirim Hayabusa2, tak banyak sampel asteroid Ryuhu yang dibawa. Diperkirakan, hanya ada 1 gram sampel asteroid di dalamnya.
Namun, sampel kecil tersebut sudah cukup bagi kita untuk mempelajari banyak hal soal rumah kita: asal usul kehidupan Bumi dan bagaimana tata surya terbentuk.
"Satu gram mungkin terdengar kecil, tetapi bagi kami, satu gram itu besar," kata Masaki Fujimoto, wakil direktur jenderal departemen ilmu tata surya di JAXA, selama konferensi pers, dikutip dari CNN.
"Itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaan sains kami."
Sampel debu dan batu asteroid Ryugu. Foto: JAXA
Asteroid sendiri pada dasarnya adalah sisa "bahan bangunan" ketika tata surya terbentuk. Mereka terbuat dari bahan yang sama dengan bahan yang membentuk Bumi. Namun, mereka terlalu kecil sehingga tidak masuk ke dalam kategori planet.
ADVERTISEMENT
Nah, dalam misi Hayabusa2, para astronom tertarik dengan asteroid Ryugu karena ia adalah asteroid purba yang lahir saat awal tata surya terbentuk. Melalui misi ini, para ilmuwan yakin sampelnya dapat mengungkap bagaimana air dan komponen lain bisa hadir di Bumi pada masa mudanya.
"Apa yang sebenarnya kami lakukan di sini adalah mencoba mengambil sampel batu murni yang belum disinari oleh matahari,” kata astrofisikawan Lisa Harvey-Smith, kepada ABC News.
Lisa menambahkan, gas yang terperangkap dalam sampel asteroid dapat mengungkap lebih banyak hal tentang kondisi pada 4,6 miliar tahun lalu.
Para peneliti sendiri saat ini sedang mengoleksi gas yang ada di sampel asteroid Ryugu. Setelah itu, sampelnya akan dibawa ke pusat kurasi milik JAXA di Sagamihara, Jepang, untuk dianalisis lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Lisa, astronom dari Universitas Belfast Alan Fitzsimmons, juga menyebut kalau sampel asteroid Ryugu juga akan "mengungkapkan sejumlah hal besar, tidak hanya tentang sejarah tata surya, tetapi juga tentang objek-objek ini".
Selama ini, para ilmuwan berpikir kalau keberadaan air di Bumi dibawa dari komet yang menghantam planet kita pada masa awal kelahirannya.
Namun, Fitzsimmons mengatakan kalau profil kimiawi air di komet terkadang agak berbeda dari profil kimiawi air di lautan Bumi.
Bola api kapsul sampel asteroid Ryugu. Foto: Curtin University, Kouchi University of Technology, Nihon University, Ibaraki University, JAXA
Di sisi lain, komposisi air dari beberapa asteroid yang terletak di bagian luar tata surya lebih cocok dengan profil air planet kita. Ryugu sendiri awalnya berasal dari zona tersebut, sebelum pindah ke antara Bumi dan Mars dalam orbitnya saat ini.
ADVERTISEMENT
"Mungkin selama ini kita mencari komet untuk mengirimkan air ke Bumi di awal tata surya. Mungkin kita seharusnya melihat lebih dekat ke rumah, di asteroid primitif tetapi agak berbatu ini," kata Fitzsimmons kepada BBC.
"Memang itu adalah sesuatu yang akan dilihat dengan sangat hati-hati dalam sampel Ryugu ini."
Selain bisa mengungkap bagaimana material penunjang kehidupan di Bumi muncul, sampel itu juga bisa mengajarkan kita soal bagaimana tata surya terbentuk.
"Memiliki sampel dari asteroid seperti Ryugu akan sangat menarik untuk bidang kami. Kami pikir Ryugu terdiri dari bebatuan super kuno yang akan memberi tahu kami bagaimana tata surya terbentuk," kata Sara Russel, seorang profesor ilmu planet dan pemimpin kelompok bahan planet di Natural History Museum London, dikutip dari BBC.
ADVERTISEMENT