Dengar Musik Sampai Terhanyut atau Merinding? Ini yang Terjadi di Otak

13 Februari 2020 11:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mendengarkan musik. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mendengarkan musik. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mendengarkan musik adalah salah satu jalan keluar untuk merilis penat. Nikmati melodi gitar, dentuman bas dan drum, serta lantunan suara dari penyanyi favorit. Namun, pernahkan kamu merasakan perasaan aneh saat mendengar musik tertentu? Misal, bulu kuduk tiba-tiba “berdiri” dan timbul perasaan senang atau nyaman? Jika iya, kamu mungkin memiliki otak unik.
ADVERTISEMENT
Alissa Der Sarkissian, yang bekerja sebagai asisten peneliti di University of Southern California's (USC) Brain and Creativity Institute, merasakan hal aneh ini ketika dia mendengarkan lagu "Nude" dari Radiohead.
“Saya merasa napas saya seirama dengan lagu itu, jantung saya berdetak lebih lambat dan saya merasa lebih sadar akan lagu tersebut, baik emosi dari lagu itu maupun respons tubuh sayang terhadapnya,” ujarnya.
Ilustrasi anak bermain alat musik. Foto: Pixabay
Sebagai mahasiswa Harvard University, Der Sarkissian lantas menyelidiki fenomena ini dengan seorang rekan bernama Matthew Sachs, mahasiswa PhD di USC. Mereka ingin melihat bagaimana aktivitas otak antara orang yang “merinding” saat mendengarkan lagu, dengan orang yang tidak.
Dilaporkan dalam jurnal Social Cognitive and Affective Neuroscience, mereka menemukan bahwa orang yang bulu kuduknya berdiri saat mendengarkan musik sebenarnya memiliki perbedaan struktural di otak. Mereka memiliki volume serat lebih banyak serat yang menghubungkan korteks pendengaran ke area otak yang berhubungan dengan pemrosesan emosional. Hal ini memungkinkan kedua area berkomunikasi dengan lebih baik dan berarti orang itu mengalami emosi yang berbeda dari mereka yang tidak mengalaminya.
ADVERTISEMENT
Lebih banyak serat akan mendorong peningkatan daya guna antara dua wilayah terkait, dalam hal ini korteks pendengaran dan area otak. Itu berarti terjadi pemrosesan yang lebih berdaya guna di antara mereka.
com-Mendengarkan musik Foto: Shutterstock
“Lebih banyak serat dan peningkatan daya guna antara dua wilayah berarti kamu memiliki pemrosesan yang lebih efisien di antara mereka," ujar Sachs, peneliti utama seperti dikutip dari IFL Science.
Ini adalah fenomena yang sangat aneh bagi ahli saraf dan psikolog karena tidak ada keuntungan evolusi yang jelas ketika seseorang sangat menikmati musik. Namun, penemuan ini berpotensi menjelaskan masalah filosofis yang mendalam.
"Bersama-sama, hasil ini dapat menginformasikan teori-teori ilmiah dan filosofis tentang asal-usul evolusi estetika manusia, khususnya musik: mungkin salah satu alasan mengapa musik adalah artefak yang sangat diperlukan secara lintas budaya, karena ia menarik secara langsung melalui saluran pendengaran untuk pusat pemrosesan emosional dan sosial otak manusia,” tulis Sachs.
ADVERTISEMENT