Detik-detik Harimau Sumatera Dilepasliarkan di Taman Nasional Kerinci Seblat

9 Juni 2022 16:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Harimau Sumatera. Foto: Pemprov DKI Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Harimau Sumatera. Foto: Pemprov DKI Jakarta
ADVERTISEMENT
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membagikan sebuah video di media sosial Twitter, yang memperlihatkan prosesi melepasliarkan harimau Sumatera.
ADVERTISEMENT
“Sobat hijau, masih di momen Hari Lingkungan Hidup (#HLH) 2022, #KLHK bersama Yayasan Parsamuhan Bodichita Mandala Medan (YBMM) serta mitra lainnya, melepasliarkan dua individu harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), di Taman Nasional Kerinci Seblat, pada 7 dan 8 Juni 2022,” tulis KLHK di akun Twitter miliknya.
Lebih lanjut KLHK menjelaskan, harimau yang dilepasliarkan itu bernama Surya Manggala (jantan) dan Citra Kartini (betina). Keduanya berusia kurang lebih 3,5 tahun.
Surya dan Citra dilepas di dua lokasi berbeda, tapi masih masuk Zona Inti Taman Nasional Kerinci Seblat. Hal ini dilakukan untuk menghindari inbreeding atau kawin kerabat yang dapat menurunkan kualitas genetis keturunan harimau di masa depan.
Sebelum dilepas ke alam liar, baik Surya maupun Citra dipasang GPS Collar dari Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik (KKHSG) Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) oleh BBKSDA Sumut dan tim medis.
ADVERTISEMENT
“Pemasangan GPS collar ini bertujuan untuk memantau pergerakan harimau pasca dilepas ke alam liar. Data hasil pemantauan ini sangat penting sebagai bahan evaluasi dan pengelolaan harimau mendatang di habitat alamnya,” papar KLHK.
Setelah dilepasliarkan, kedua harimau ini diharapkan bisa beradaptasi, bertahan hidup, dan berkembang biak secara baik di habitat alaminya. Populasi harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) saat ini kian menurun karena kehilangan habitat dan konflik dengan manusia, terutama perburuan serta terkena ranjau babi.
Data KLHK menyebut, 50 persen populasi harimau berada di luar hutan konservasi atau hutan lindung. Hal itu diperparah dengan jumlah hutan yang hilang di Sumatera, yakni 1,8 persen per tahun. Data KLHK juga menunjukkan ada 1.065 konflik hewan endemik itu dengan manusia sejak 2001 hingga 2016.
ADVERTISEMENT
Konflik yang dimaksud KLHK adalah segala interaksi antara manusia dan satwa liar, yang mengakibatkan efek negatif kepada kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan, konservasi satwa liar dan/atau pada lingkungannya (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:P47/Menhut-II/2008).
Saat ini, Harimau Sumatera mendapat status critically endangered atau kritis, atau dua tingkat sebelum dinyatakan punah oleh International Union for Conservative of Nature (IUCN). Jumlahnya pun kini kian menipis, hanya tinggal sekitar 600 individu di alam liar.
Data juga menyampaikan terdapat 130 harimau tewas setelah berkonflik dengan manusia sepanjang 2001-2016. Sebaliknya, ada 130 orang tewas dan 101 orang terluka akibat konflik dengan harimau.