Dilema Virus Corona: Pandemi yang Turunkan Polusi Udara di Bumi

24 Maret 2020 9:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas medis menaiki ambulans di Wuhan di Provinsi Hubei, China. Foto: Chinatopix via AP
zoom-in-whitePerbesar
Petugas medis menaiki ambulans di Wuhan di Provinsi Hubei, China. Foto: Chinatopix via AP
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona semakin membebani manusia dari hari ke hari, dengan meningkatnya jumlah kematian lebih dari 14.000 orang di seluruh dunia, penutupan akses transportasi dari dalam dan luar negeri, dan merosotnya ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Tetapi di balik penderitaan yang kita alami, ternyata ada sepotong berita tak terduga, tentang bagaimana COVID-19 memberikan dampak yang signifikan dalam pengurangan polusi udara. Hal ini mungkin dapat menyelamatkan ribuan nyawa lainnya.
Pada 8 Maret 2020 lalu, seorang ekonom sumber daya lingkungan dari Stanford University bernama Marshall Burke melakukan perhitungan tentang penurunan polusi udara di beberapa wilayah China. Ia kemudian mengunggah penemuannya dalam blog G-FEED yang berisi tema-tema tulisan tentang dinamika pangan, lingkungan, dan ekonomi global.
Berdasarkan pengamatannya selama dua bulan, China mengalami goncangan akibat coronavirus sehingga seluruh aktivitas manusia yang menyebabkan polusi udara seperti transportasi dan pabrik industri pun dihentikan.
Keadaan ini kemungkinan mampu menyelamatkan nyawa 4.000 anak di bawah usia 5 tahun dan 73.000 orang dewasa di atas 70 tahun di China, melebihi jumlah kematian yang diakibatkan oleh virus corona.
Warga terlihat berjalan di New York, Amerika Serikat saat kota tersebut sedang lockdown. Foto: REUTERS / Eduardo Munoz
"Mengingat sejumlah besar bukti bahwa menghirup udara kotor berkontribusi besar terhadap kematian dini, pertanyaan alami pun muncul--yang mesti diakui memang aneh-- apakah nyawa yang diselamatkan dari pengurangan polusi yang disebabkan oleh gangguan ekonomi dari COVID-19 ini melebihi angka kematian akibat virus itu sendiri. Bahkan di bawah asumsi yang sangat konservatif, saya pikir jawabannya jelas 'ya'," tulis Burke.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya, itu bukanlah hal yang benar-benar mengejutkan, karena berdasarkan penelitian yang telah lama diketahui sebelumnya, polusi udara mampu menurunkan harapan hidup global dan memangkas tiga tahun peluang hidup manusia.
"Sungguh luar biasa bahwa jumlah kematian dan hilangnya harapan hidup dari polusi udara menyaingi efek dari merokok tembakau dan jauh lebih tinggi daripada penyebab kematian lainnya. Polusi udara melebihi malaria sebagai penyebab kematian dini global," ungkap fisikawan Jos Lelieveld dari Cyprus Institute di Nicosia, Siprus.
Jadi, dapat dipastikan bahwa polusi udara adalah ancaman yang benar-benar nyata yang dapat membunuh populasi makhluk hidup di dunia.
Meskipun analisis Burke hanya menggunakan data dari China, dan diselesaikan sebelum ada informasi lebih lanjut tentang bagaimana COVID-19 telah mempengaruhi seluruh dunia, penelitiannya dapat diperkuat dengan kondisi serupa yang terjadi di Italia.
ADVERTISEMENT
Dengan jumlah kasus penyebaran terbesar kedua, Italia memberlakukan tindakan karantina yang ketat. Data satelit di Italia bagian utara pun kini telah menunjukkan penurunan besar dalam polusi udara, khususnya nitrogen dioksida, gas yang sebagian besar dipancarkan oleh mobil, truk, listrik, dan aktivitas industri. Menggunakan instrumen Tropomi pada satelit Copernicus Sentinel-5P, gambar yang diambil dari 1 Januari hingga 11 Maret 2020, menunjukkan nitrogen dioksida menurun secara dramatis.
"Penurunan emisi nitrogen dioksida di atas Lembah Po di Italia utara adalah bukti sangat nyata," jelas Claus Zehner, manajer misi ESA Copernicus Sentinel-5P. "Meskipun mungkin ada sedikit variasi dalam data karena tutupan awan dan perubahan cuaca, kami sangat yakin bahwa pengurangan emisi yang dapat kita lihat, bertepatan dengan Isolasi di Italia yang menyebabkan lebih sedikit lalu lintas dan kegiatan industri."
ADVERTISEMENT
Untuk saat ini, memang belum ada studi peer-review atas hasil simpulan di atas, yang mengukur dampak kesehatan sejati dari pengurangan emisi. Tetapi mengingat apa yang kita ketahui tentang bahaya pencemaran udara yang meluas, kemungkinan akan ada manfaat langsung saat polusi lebih sedikit. Angka kematian pun turut dipengaruhi olehnya.
Bagaimanapun, secara ideal kita tentu tak ingin memilih: meninggal akibat pandemi corona ataupun polusi ialah akhir yang sama-sama merugikan. Jika manusia dapat menanggulangi keduanya, ini akan jadi situasi paling bagus untuk keberlangsungan hidup kita.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!