Sutopo Purwo Nugroho, BNPB

Dokter: Sutopo, Pasien Kanker Stadium 4 yang Semangatnya Harus Ditiru

7 Juli 2019 13:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjawab pertanyaan wartawan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjawab pertanyaan wartawan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak hal yang bisa kita pelajari dari mendiang Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Salah satu di antaranya adalah semangat Sutopo untuk mengobati kanker stadium 4 yang dideritanya.
ADVERTISEMENT
Sutopo pertama kali divonis menderita kanker pada Desember 2017. Sejak saat itu, sampai sekarang, ia terus berjuang melawan dan mengobati kankernya. Semua itu dilakukannya sambil terus memberikan informasi mengenai berbagai bencana alam yang melanda Indonesia.
Selama 19 bulan perjuangannya, tampak tubuh Sutopo berubah akibat kanker. Pada 5 Oktober 2018 lalu, Sutopo pernah mengungkap berat badannya susut hingga 20 kilogram sejak menderita kanker.
Bahkan, Sutopo pernah mengatakan dirinya mengalami skoliosis akibat kanker yang ia derita. Kondisi itu membuat postur tubuhnya terlihat agak bengkok.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Ari Fahrial Syam, memuji semangat Sutopo. Menurutnya, Sutopo adalah contoh pasien yang tetap optimis dan semangat untuk berobat meski sudah mengetahui bahwa kankernya sudah stadium 4.
ADVERTISEMENT
Hal ini ditunjukkan Sutopo dengan menjalani pengobatan kanker paru di Guangzho, China. Padahal, mungkin saja dokter yang menangani Sutopo telah menyampaikan prognosis, prediksi penyakit ke depannya berdasarkan pengamatan pada penyakit serta kondisi pasien, atas sakit kanker Sutopo.
Ari menjelaskan, sebagai paktisi klinis, setiap hari dirinya selalu berhubungan dengan bermacam pasien, termasuk pasien kanker. Ia menambahkan, bahwa pasien kanker setelah menjalani pengobatan akan mengalami tiga hal, yaitu remisi, remisi dengan gejala sisa atau kematian.
Menurutnya, kematian memang bisa diprediksi di awal saat kepastian diagnosis pasien ditegakkan. Cuma, terkadang karena terlalu merasa cemas, pasien kanker yang sebenarnya masih stadium awal selalu memikirkan kematian. Tetapi, ia juga sering menemukan hal sebaliknya.
"Sebaliknya, saya sering juga menghadapi seseorang yang sudah menderita penyakit kanker yang lanjut, misal kanker stadium 4, tetapi tetap semangat dan tidak takut menghadapi kematian," paparnya dalam keterangan yang kumparan terima, Minggu (7/7).
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. dr Ari Fahrial Syam (kanan). Foto: Alfaddillah/kumparan
Meski begitu, pandangan manusia soal menghadapi kematian memang bermacam-macam. Berdasarkan pengalamannya, ada dua hal utama yang pasien pikirkan mengenai kematian.
ADVERTISEMENT
"Ada yang berpikir bahwa upaya pencegahan dan pengobatan merupakan upaya untuk mencegah kematian," ujar Ari.
"Di sisi lain ada yang berpandangan bahwa kematian sudah takdir Allah SWT sehingga tidak sungguh-sungguh di dalam menjalani pengobatan dan tinggal menunggu saja takdir yang diberikan setelah mengalami kesakitan tersebut."
Ari menjelaskan bahwa dokter sudah dibekali dengan ilmu prognosis. Pilihan prognosis bisa baik, buruk atau ragu-ragu. Untuk penyakit kanker penentuan prognosis lebih mudah, apalagi jika pasien sudah jatuh dalam kondisi sakit kanker yang lanjut atau stadium 4.
Ilustrasi pasien kanker paru-paru. (Foto: Thinkstock)
Ia menambahkan bahwa dokter bisa memprediksi angka kelangsungan hidup pasien antara satu tahun sampai lima tahun. Semakin lanjut sakitnya semakin rendah harapan hidupnya.
Menurut Ari, pihak pasien dan keluarga harus mengetahui informasi mengenai harapan hidup. Ini agar pasien dan keluarga lebih siap menghadapi kematian.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan bahwa kanker paru adalah salah satu penyebab kematian terbesar pada laki-laki. Umur harapan hidup kanker paru stadium 4 sekitar 4,7 persen dan kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor pada pasien, seperti umur, jenis kelamin, etnis, dan respons pasien terhadap pengobatan yang diberikan.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten