Donald Trump Resmi Izinkan Perawatan Pasien Corona dengan Plasma Darah

24 Agustus 2020 19:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenakan masker saat mengunjungi Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland, Sabtu (11/7). Foto: Patrick Semansky/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengenakan masker saat mengunjungi Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland, Sabtu (11/7). Foto: Patrick Semansky/AP Photo
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, didampingi komisaris Food Drug and Administration (FDA), Stephen Hahn, resmi mengizinkan penggunaan plasma darah orang sembuh corona untuk merawat pasien COVID-19. Keputusan itu disampaikan dalam konferensi pers pada Minggu (23/8) lalu.
ADVERTISEMENT
Langkah darurat itu diambil ketika Trump menghadapi tekanan kuat, di mana korban corona di AS telah mencapai lebih dari 175.000 jiwa, ekonomi menjadi sangat terpuruk sehingga berpotensi mengubur prospeknya untuk terpilih kembali menjadi presiden.
Gedung Putih telah merekrut banyak ilmuwan untuk mempercepat pengembangan vaksin yang dikenal sebagai Operation Warp Speed, yang ditargetkan rampung pada Oktober sebelum pemilihan presiden 3 November 2020.
Petugas medis menyusun kantong berisi plasma konvalesen dari pasien sembuh COVID-19 di Unit Tranfusi Darah (UTD) RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, Selasa (18/8). Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO
“Inilah yang ingin saya lakukan sejak kemarin,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Minggu (23/8). “Saya senang membuat pengumuman yang benar-benar bersejarah dalam pertempuran kita melawan virus corona yang akan menyelamatkan banyak nyawa.”
FDA mengatakan, lebih dari 70.000 pasien telah dirawat menggunakan plasma darah orang yang sembuh dari virus. Penelitian awal menunjukkan bahwa plasma darah yang mengandung antibodi corona dapat membantu meningkatkan kesembuhan pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Kendati sampai saat ini, pengobatan menggunakan plasma darah masih dilakukan dalam skala kecil. FDA sendiri sebenarnya telah berencana mengeluarkan otoritas darurat penggunaan plasma pada awal Agustus. Namun, rencana itu tertunda setelah penjabat kesehatan menyampaikan kekhawatiran karena belum ada bukti yang menunjukkan keamanannya.
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
Adapun studi plasma darah yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan plasma memiliki tingkat kematian lebih rendah ketimbang yang tidak mendapatkannya. Namun, pasien-pasien itu tidak dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan plasebo.
Oleh karena itu, para ahli masih memperdebatkan keamanan metode dari perawatan tersebut karena belum ada studi mendetail yang menjabarkan dampak dan risikonya. Kendati demikian, FDA percaya manfaat terapi plasma lebih besar ketimbang risikonya.
Sejauh ini, para ilmuwan masih mempelajari apakah plasma darah dapat melindungi orang dari virus corona atau tidak. Sementara penelitian masih berlanjut, ribuan pasien COVID-19 di AS telah dirawat menggunakan plasma melalui uji klinis dan program darurat.
ADVERTISEMENT