Gawat! Ilmuwan Peringatkan Era Kepunahan Massal Keenam Sudah Dimulai

19 Januari 2022 7:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Slug, siput tak bercangkang (hewan invertebrata). Foto: Ratfink1973 via PIxabay
zoom-in-whitePerbesar
Slug, siput tak bercangkang (hewan invertebrata). Foto: Ratfink1973 via PIxabay
ADVERTISEMENT
Sadar atau tidak, dalam beberapa tahun terakhir ada banyak berita yang mengabarkan terjadinya penurunan makhluk hidup secara besar-besaran. Bukan hanya manusia yang karena terdampak pandemi, tapi faktanya hewan jauh lebih menderita, di mana mereka sedang berada di titik nadir kehidupan, bahkan bergerak ke jurang ketiadaan.
ADVERTISEMENT
Kini, para ilmuwan memperingatkan bahwa penurunan populasi keanekaragaman hayati hewan ini menandai awal dari kepunahan massal keenam di Bumi, kendati tak sedikit orang yang tidak setuju dengan penyebutan tersebut.
“Penyangkalan ini didasarkan pada penilaian yang sangat bias terhadap krisis yang fokus pada mamalia dan burung tapi mengabaikan invertebrata, yang merupakan bagian besar dari keanekaragaman hayati.”
Dalam studi baru yang terbit di jurnal Biological Review, Cowie dan rekannya mencoba menjelaskan lebih rinci soal kepunahan keenam yang sangat ini sedang terjadi. Tujuannya agar para penentang melek dengan fakta yang memang sedang terjadi. Mereka menyoroti penurunan invertebrata dalam diskusi hilangnya keanekaragaman hayati.
Bekantan jantan tengah bersantai (contoh makhluk vertebrata). Foto: Niken Nurani/kumparan
Mereka bilang, kepunahan invertebrata ini kurang mendapat perhatian jika dibandingkan dengan hewan vertebrata, bahkan dalam Daftar Merah Spesies Terancam IUCN yang justru lebih menyoroti kepunahan burung, mamalia, dan amfibi.
ADVERTISEMENT
Cowie mengatakan, daftar merah IUCN ini sangat bias. Mereka banyak mendata burung dan mamalia yang punah tapi hanya sedikit invertebrata yang telah dievaluasi berdasarkan kriteria konservasi.
“Asumsi implisit dan kadang-kadang eksplisit, sering dibuat bahwa penilaian tingkat kepunahan mamalia dan burung mencerminkan tingkat kepunahan semua keanekaragaman hayati, asumsi yang diterima tidak hanya di antara media yang berpusat pada vertebrata tetapi juga di antara banyak organisasi ilmiah dan konservasi yang berpusat pada vertebrata," kata Cowie.

Kepunahan besar-besaran invertebrata

Menurut IUCN, sejak 1500 M ada sekitar 1,5 persen spesies mamalia dan burung yang didata telah punah. Namun, jika kita membandingkan dengan kepunahan invertebrata yang tak masuk dalam pertimbangan IUCN, situasinya jauh lebih buruk.
ADVERTISEMENT
Untuk menyoroti kehilangan besar keanekaragaman hayati yang terlewatkan IUCN, para peneliti fokus dalam pendataan moluska yang merupakan filum hewan invertebrata terbesar kedua setelah arthropoda.
Gurita kaca Vitreledonella richardi Foto: Schmidt Ocean Institute
Berdasarkan ekstrapolasi yang diambil dari penelitian sebelumnya yang meneliti penurunan invertebrata, para peneliti mengatakan antara 7,5 hingga 13 persen dari sekitar 2 juta spesies tumbuhan dan hewan yang diketahui di Bumi telah punah sejak tahun 1500 M–jauh lebih besar dari angka yang dikeluarkan IUCN.
Dengan begitu, tingkat kepunahan yang selama ini ditunjukkan oleh Daftar Merah IUCN tidak menceritakan gambaran lengkap dari hilangnya keanekaragaman hayati. Lantas, apakah tren ini bisa dihentikan? Jawaban tidak ada yang tahu, termasuk para peneliti.
Namun peneliti mengatakan, ketika krisis ini tak bisa dihentikan maka ini sepenuhnya tanggung jawab manusia. Yang bisa dilakukan saat ini adalah terus menyerukan para ilmuwan dan konservasionis untuk menarik perhatian orang-orang bahwa kita tengah menghadapi krisis keanekaragaman hayati.
ADVERTISEMENT
Mereka juga bilang, mungkin kita tidak akan bisa menyelamatkan semua spesies yang saat ini akan punah, tapi jika kita bertindak lebih serius dan hati-hati, tidak menutup kemungkinan kita bisa menyelamatkan sebagian makhluk yang tersisa dan mendokumentasikannya untuk generasi masa depan.
“Para ahli biologi konservasi dan lembaga konservasi melakukan apa yang mereka bisa, berfokus terutama pada burung dan mamalia yang terancam, di antaranya beberapa spesies dapat diselamatkan dari kepunahan yang akan terjadi,” tulis peneliti.
"Mungkin, dengan upaya untuk mempublikasikan krisis, para ilmuwan keanekaragaman hayati dapat mencapai beberapa keberhasilan, sehingga komponen penting dari keanekaragaman hayati global yang ada saat ini dapat dilestarikan di alam liar, dan banyak dari spesies yang akan hilang dari alam setidaknya dapat diselamatkan, dilestarikan di museum untuk dipelajari dan dikagumi oleh generasi mendatang."
ADVERTISEMENT