Gaza Laporkan Kasus Pertama Virus Corona COVID-19

24 Maret 2020 14:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Wabah virus corona menyebar begitu masif. Anggapan bahwa virus ini tidak bisa bertahan hidup di negara tropis macam Indonesia nyatanya hanya isapan jempol belaka. Karena sudah ratusan orang yang kini terbaring di bangsal rumah sakit Indonesia akibat COVID-19.
ADVERTISEMENT
Begitupun dengan klaim virus corona tidak bisa hidup di cuaca panas, itu juga belum tentu benar. Karena bagaimanapun, virus ini ternyata bisa hidup di berbagai kondisi cuaca, bahkan di negara beriklim panas sekalipun.
Di Gaza misalnya, kendati upaya penutupan dan pencegahan telah dilakukan, salah satunya dengan memberlakukan jam malam dan mengurangi aktivitas warga di luar ruangan, namun virus SARS-CoV-2 selalu memiliki cara untuk masuk ke area yang sulit sekalipun.
Pada Minggu (22/3), Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi dua kasus pertama virus corona. Dua orang yang dinyatakan terinfeksi corona merupakan warga Palestina yang baru saja melakukan perjalanan dari Pakistan melalui perbatasan Mesir.
Masker gas Warga Gaza. Foto: REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Akibatnya, sekitar 1.300 orang terpaksa dikarantina untuk mencegah penyebaran semakin meluas, begitupun dengan dua orang positif COVID-19, penyakit yang disebabkan SARS-CoV-2. Sebagian besar dari mereka ditempatkan di sekolah dan hotel kosong.
ADVERTISEMENT
Medhat Abbas, direktur jenderal perawatan primer Gaza, mengatakan orang-orang yang pernah kontak dengan pasien COVID-19 juga telah dikarantina. “Pada tahap ini, tidak perlu panik,” ujarnya.
“Kami dapat menangani kasus yang ada dengan jumlah terbatas, tetapi jika pandemi meningkat, seperti yang terjadi di beberapa negara, kami akan memerlukan bantuan internasional," ujarnya, dilansir The Guardian.
Para ahli sebelumnya telah memperingatkan bahwa pandemi di Gaza bisa menjadi bencana. Sebab tingkat kemiskinan yang tinggi, populasi yang padat, dan sistem kesehatan yang lemah bisa menempatkan warga Gaza dalam titik nadir kehidupan tatkala pandemi menyerang wilayahnya.
Gaza hanya memiliki 40 tempat tidur unit perawatan intensif, atau 100 dalam kondisi darurat, jauh lebih sedikit dari yang dibutuhkan dalam menghadapi sebuah pandemi.
ADVERTISEMENT
Selama hampir satu dekade, mereka hidup terkurung dalam wilayah konflik yang berkepanjangan. Penduduk di sana menyebutnya dengan istilah “pengepungan” di bawah kekuasaan Israel dan Mesir.
“Kami sudah terbiasa dengan isolasi,” ujar salah satu warga Gaza, Ahmad al-Madhoun (45), seperti diberitakan oleh The Guardian. “Akankah dunia memahami bahwa isolasi yang mereka lakukan selama 14 hari, sama dengan apa yang telah kita jalani selama 14 tahun?”
Isolasi yang terjadi selama bertahun-tahun di Gaza tidak hanya menghancurkan ekonomi, tetapi juga merusak setiap aspek kehidupan. Ditambah tiga perang dahsyat antara Israel dan Hamas, sebuah kelompok militan yang berkuasa di jalur Gaza, telah mengakar menjadi krisis, dan memicu terjadinya persaingan sengit antara fraksi-fraksi Palestina.
Aksi warga Gaza di perbatasan Israel Foto: Reuters/Amir Cohen
Baru-baru ini, serangan Israel terhadap masyarakat yang protes di dekat perbatasan telah menyebabkan ribuan orang menderita luka tembak, membuat rumah sakit kewalahan menangani pasien yang terluka parah.
ADVERTISEMENT
Michael Lynk, anggota PBB yang khusus melaporkan hak asasi manusia di wilayah Palestina mengatakan, sistem perawatan di Gaza telah runtuh sebelum pandemi masuk.
“Stok obat sangat rendah. Sumber daya alam seperti air sebagian besar terkontaminasi. Sistem kelistrikan menyediakan daya yang sporadis. Kemiskinan parah di tengah kondisi sosial-ekonomi yang mengerikan adalah hal yang lazim ditemukan di seluruh wilayah Gaza. Masyarakat Gaza juga merupakan populasi yang secara fisik lebih rentan,” ujarnya.
Untuk mencegah penyebaran COVID-19 meluas, pemerintah Gaza telah melakukan langkah dengan melarang semua acara pernikahan yang melibatkan orang banyak, melarang gelaran pasar mingguan, dan mengimbau seluruh masyarakat tinggal di dalam rumah.
Rakyat Gaza hidup kekurangan listrik Foto: AP Photo/ Khalil Hamra
Ibrahim Raida (31), seorang desainer grafis mempertanyakan apakah langkah ini cukup untuk menekan laju penyebaran virus? Mengingat wilayah Gaza yang sangat kecil dengan jumlah penduduk yang membeludak membuat virus jauh lebih mudah menyebar.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal ini, WHO telah mengirimkan bantuan berupa kit pengujian, peralatan pelindung diri, dan kacamata untuk para perawat. Namun, mereka juga mengatakan, itu mungkin tidak cukup tanpa adanya sumbangan dari dunia Internasional.
“Apa yang perlu kita lakukan sekarang adalah bergerak cepat untuk memperkuat kapasitas sistem kesehatan. Karena ada kekurangan di mana-mana,” kata pihak WHO.
Cogat, badan kementerian pertahanan yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan pemerintah Israel di wilayah Palestina, mengklaim telah menyediakan ratusan kit uji COVID-19 untuk Gaza, tanpa menyebut secara spesifik.
Saat ditanya apakah pemerintah Israel akan mengizinkan warga Palestina yang tertular virus corona masuk ke negaranya untuk menjalani perawatan, Cogat menjawab: “Ini masih dalam peninjauan.”
ADVERTISEMENT
===
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!