Gejala Anosmia Bisa Jadi Tanda Baik bagi Pasien Covid, Ini Penjelasannya

7 Juli 2021 11:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tak bisa mencium bau makanan Foto: Dok.Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tak bisa mencium bau makanan Foto: Dok.Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kehilangan indra penciuman telah menjadi gejala paling umum saat seseorang terinfeksi virus corona SARS-CoV-2. Para ahli tengah mempelajari bagaimana anosmia dapat memberi petunjuk ihwal apakah orang yang mengalaminya cenderung punya gejala parah atau ringan.
ADVERTISEMENT
Sekitar 86 persen pasien COVID-19 mengalami anosmia atau kehilangan sebagian atau seluruh indra penciuman dan perasa. Faktanya, menurut studi baru mayoritas pasien yang kehilangan indra penciuman (55 persen) punya bentuk gejala yang lebih ringan.
Para peneliti mengatakan, belum diketahui kenapa ini bisa terjadi. Kendati mereka menduga bahwa pasien dengan penyakit ringan memiliki tingkat antibodi tertentu yang lebih tinggi sehingga membatasi penyebaran COVID-19 ke hidung.
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
“Namun jawaban pastinya tetap sulit dijelaskan. Kita tahu bahwa kehilangan penciuman pada COVID-19 lebih dari mekanisme sederhana yang kita lihat dengan infeksi saluran pernapasan musiman, di mana gejala umum hidung tersumbat dan pilek mengakibatkan aliran udara yang buruk dan berkurangnya pengiriman bau ke daerah hidung,” ujar Dr. Jonathan Overdevest, asisten profesor rinologi dan bedah dasar tengkorak di Columbia University, seperti dikutip Healthline.
ADVERTISEMENT
Adapun studi baru kali ini menganalisis data laporan pasien dari 2.581 orang di 18 rumah sakit Eropa. Mereka menemukan hampir 55 persen pasien COVID-19 dengan gejala ringan mengalami anosmia dengan tingkat keparahan yang berbeda. Rata-rata hilangnya penciuman berlangsung sekitar 22 hari.
Hanya 37 persen pasien dengan gejala sedang hingga kritis yang kehilangan indra penciumannya, di mana pasien gejala parah dan kritis paling sedikit mengalami anosmia, sekitar 6,9 persen. Hampir 25 persen pasien anosmia mengaku penciumannya kembali setelah pulih dari COVID-19, bahkan ada pasien yang harus menunggu 60 hari sampai indra penciumannya kembali.
Ilustrasi makan es krim Foto: dok.Shutterstock
“Menurut penelitian, sebagian besar orang memulihkan indra penciumannya dalam waktu 3 minggu,” kata Dr. Robert Glatter, dokter darurat di Lenox Hill Hospital di New York, AS. “Tetapi mungkin diperlukan waktu hingga 2 bulan pada 15 persen pasien atau hingga 6 bulan pada 5 persen pasien.”
ADVERTISEMENT
Glatter menekankan, sejauh ini sebagian besar pasien yang sembuh dari COVID-19 tidak kehilangan indra penciuman secara permanen. Namun, ia memperingatkan agar petugas kesehatan perlu memantau pasien yang mengalami anosmia dalam jangka panjang atau tak kunjung sembuh.
"Orang biasanya pulih dengan cepat tanpa gangguan indera perasa atau penciuman jangka panjang," katanya. “itu biasanya terkait dengan hidung tersumbat sederhana atau pembengkakan saluran hidung, sebagai lawan dari cedera pada sel pendukung untuk sel saraf kritis, ini terlihat pada orang yang didiagnosis dengan COVID-19.”