GFN 2020: Bicara Tentang Sains Seputar Rokok Hingga COVID-19

30 Juli 2020 19:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
The Global Forum on Nicotine (GFN) Bahas Rokok Hingga Sains . Foto: Maharani Sagita/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
The Global Forum on Nicotine (GFN) Bahas Rokok Hingga Sains . Foto: Maharani Sagita/kumparan
Dengan setidaknya 1,1 miliar perokok di dunia saat ini, rokok kerap menjadi topik bahasan baik dalam penelitian, jurnal, seminar, hingga berbagai forum. Berbagai aspek pun ditelaah mulai dari kesehatan, ekonomi, hingga kebijakan publik.
Salah satu forum besar tingkat dunia yang membahas tentang rokok adalah The Global Forum on Nicotine (GFN). Acara tersebut diadakan pada 11-12 Juni 2020, namun dengan penyesuaian menjadi acara virtual karena pandemi COVID-19. Sebelumnya, GFN diadakan rutin setiap tahun di Warsaw, Polandia.
Forum tersebut mempertemukan berbagai kalangan, mulai dari ilmuwan, pemerintah, jurnalis, mahasiswa, dokter, dan lain-lain. Terdapat 30 pembicara yang membawakan topik beragam dalam 5 sesi. Selain itu terdapat pula sesi spesial Michael Russel Oration 2020 yang dibawakan oleh Louise Ross.
“Peserta delegasi dan pembicara di GFN berkesempatan untuk berinteraksi, membangun jaringan, atau sekadar menghabiskan waktu dengan rekan dan kolega dari berbagai belahan dunia,” ujar Gerry Stimson pada pembukaan di hari pertama acara.
Acara ini disiarkan secara live di website resmi GFN, namun video setiap sesi juga diunggah di YouTube sehingga Anda bisa menyaksikannya kapan saja walaupun tak sempat mengikuti livestream.

Beragam topik, dari sains merokok hingga COVID-19

The Global Forum on Nicotine (GFN) Hingga Sains. Foto: Maharani Sagita/kumparan
Ada banyak temuan dan insight menarik di GFN 2020. Salah satunya dari Marewa Glover, ilmuwan dari Selandia Baru. Menurutnya, kini sudah ada banyak riset mengenai rokok, vape, atau nikotin. Penelitian-penelitian tersebut dapat berguna untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat di masa mendatang.
“Menguji sebuah teori, memperdebatkan, dan mengkritik konsep dan klaim berdasarkan teori yang sebelumnya diajukan, merupakan prinsip dari sains, serta bagian dari proses kajian ilmiah,” ujar Marewa.
Dia juga menekankan pentingnya objektivitas untuk mencegah distorsi agar tidak memengaruhi hasil riset. Menurutnya, masih ada penelitian tentang nikotin yang tidak objektif.
“Bagaimana hasil penelitian bisa kredibel jika peneliti hanya mewawancarai orang yang mereka kenal, yang memiliki ideologi yang sama dengan mereka, (misalnya) bahwa nikotin sepenuhnya buruk dan harus dilarang secara menyeluruh?” tambah Marewa.
Sangat penting untuk diketahui bahwa dalam GFN pembicara maupun peserta memiliki pandangan berbeda-beda, sehingga dapat muncul diskusi pro-kontra yang sehat baik itu di sesi antar-pembicara maupun sesi tanya jawab.
Misalnya, Chimwemwe Ngoma, ilmuwan dari Malawi, menjelaskan bahwa produk nikotin alternatif bisa dijadikan pilihan bagi negara yang ekonominya dipengaruhi oleh tembakau.
“Hal ini dapat membantu memudahkan ketersediaan produk-produk nikotin yang lebih aman, menawarkan perokok kesempatan untuk memilih,” ujar Chimwemwe.
Sementara itu, terdapat pula sesi yang berfokus pada topik-topik seputar COVID-19 dan kaitannya dengan rokok.
Riccardo Polosa, profesor dari Italia, memberikan paparan beberapa penelitian tentang hubungan merokok dan pengaruhnya pada gejala virus corona. Dia mengatakan jelas bahwa vaping bukan merupakan faktor risiko dari COVID-19.
“Menurut hasil sebuah penelitian, terdapat 25 persen peningkatan risiko (gejala COVID-19) pada mantan perokok, dan 12 persen penurunan risiko pada perokok aktif. Namun, masih sangat belum jelas apa pengaruh merokok terhadap COVID-19. Apalagi jika kita gabungkan dengan hasil-hasil penelitian lainnya,” ungkap Riccardo.
Riccardo menyatakan bahwa penelitian tentang topik tersebut belum bisa dipastikan sepenuhnya. Ada berbagai faktor yang masih harus ditelaah mengingat temuan atas penyakit ini juga terus berkembang.
Bukan hanya ilmuwan, ada perwakilan dari pemerintah yang juga turut mengikuti GFN 2020. Misalnya, seorang anggota parlemen di Victorian Parliament's Legislative Council, Australia, bernama Fiona Patten. Fiona cukup aktif dalam membahas isu rokok dan harm-reduction agar bisa menghasilkan kebijakan yang lebih baik.
“Politisi seperti saya, yang menjalankan agenda politik, harus bergantung pada para ahli, peneliti, dokter, ahli layanan kesehatan, komunitas (rakyat) pada umumnya. Mereka memberikan saya data yang saya bawa ke parlemen,” tutur Fiona.
Dengan adanya acara ini, diharapkan profesional maupun masyarakat umum mendapatkan berbagai wawasan dan perspektif yang bermanfaat dari topik-topik yang dibawakan. Global Forum on Nicotine ini direncanakan akan kembali hadir tahun depan.