Gunung Es Raksasa 6 Kali Luas Jakarta Bakal Hantam Jutaan Penguin

13 Desember 2020 15:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penguin Foto: PollyDot via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penguin Foto: PollyDot via Pixabay
ADVERTISEMENT
Salah satu gunung es terbesar di dunia pecah dari Kutub Setalan pada 2017 lalu. Sekarang, gunung es tersebut tengah menuju Pulau Georgia Selatan yang merupakan rumah bagi koloni penguin terbesar di dunia dan jutaan satwa liar di sana.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah video singkat yang diunggah pada Jumat (11/12), Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA) mengatakan gunung es itu, yang disebut A68a, bergerak dengan bantuan arus laut Atlantik Setalan. Saat ini, gunung es A68a berada kurang dari 100 mil di lepas pantai Pulau Georgia Selatan.
Para ilmuwan memperkirakan tabrakan gunung es A68a dan Pulau Georgia Selatan dapat terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Dampaknya, ekosistem di pulau tersebut bisa terganggu.
Pulau Georgia Selatan merupakan rumah bagi 1,3 juta pasang penguin Chinstrap, salah satu koloni penguin terbesar di dunia. Pulau yang berada di bawah kekuasaan pemerintah Inggris itu juga merupakan habitat bagi sekitar 5 juta anjing laut dan 65 juta burung untuk berkembang biak.
ADVERTISEMENT
Jika gunung es itu menabrak pulau, rute satwa liar setempat untuk mencari makan akan terblokir. Pada akhirnya, mereka akan sangat sulit untuk menemukan makanan.
Penguin di Antartika. Foto: Johan Ordonez
"Saat Anda berbicara tentang penguin dan anjing laut selama periode yang sangat penting bagi mereka, selama membesarkan anak, jarak sebenarnya yang harus mereka tempuh untuk mencari makanan (ikan dan krill) sangat penting," kata Geraint Tarling, seorang ahli ekologi di British Antarctic Survey, dalam keteragan resminya bulan lalu.
"Jika mereka harus melakukan jalan memutar yang jauh, itu berarti mereka tidak akan kembali ke masa mudanya untuk mencegah mereka mati kelaparan untuk sementara waktu."
Tarling menambahkan, ekosistem di Pulau Georgia Selatan memang dapat bangkit kembali. Masalahnya, gunung es tersebut bisa tertancap di pulau itu selama 10 tahun.
ADVERTISEMENT
"Gunung es memiliki implikasi besar di mana predator darat mungkin bisa mencari makan," kata dia.
Selain kehidupan satwa di pulau, tabrakan gunung es juga mengancam kehidupan di dasar laut, seperti koral, plankton, dan spons.
Tarling menjelaskan, lebih banyak manfaat yang didapatkan jika gunung es tetap di laut. Sebab, ia akan membantu menyuburkan plankton laut, yang mengalir ke rantai makanan di bawah laut. Gunung es juga bisa menarik karbon dari atmosfer, yang diharapkan dapat mengimbangi emisi CO2 manusia.
Pergerakan gunung es A68a dari 7 September 2017 hingga 13 November 2020: Foto: NASA Earth Observatory
Gunung es A68a sendiri merupakan salah satu gunung es terbesar di dunia. Menurut catatan Angkatan Udara Kerajaan Inggris, ia sekarang punya luas 4.200 km persegi. Luasnya itu 6 kali lebih besar daripada Jakarta.
ADVERTISEMENT
Ketika A68a patah dari lapisan es Larsen C di Kutub Selatan pada Juli 2017, ia sebenarnya punya luas 5.800 meter persegi dengan berat 1 triliun ton.
Para ilmuwan awalnya memperkirakan gunung es itu akan pecah dengan cukup cepat. Sebab, gunung es biasanya akan pecah jika masuk ke perairan yang lebih hangat seperti di wilayah Pulau Georgia Selatan.
Sayangnya, ternyata tubuh gunung es A68a yang sangat besar membuat ukurannya bisa bertahan lama.
"Besarnya ukuran gunung es A68a tidak memungkinkan untuk menangkap keseluruhan (gambarnya) dalam satu tembakan (foto),” kata pejabat Inggris dalam sebuah pernyataan, dikutip The Independent.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Tarling mengatakan sulit bagi para ilmuwan untuk memprediksi pergerakan gunung es itu dalam beberapa hari mendatang. Sebab, pergerakannya ditentukan oleh perubahan arus laut dan badai.
ADVERTISEMENT
Namun, gunung es itu sudah terlampau dekat dengan Pulau Georgia Selatan.
Gunung es A68a hanya berjarak kurang dari 500 km dari Pulau Georgia Selatan pada 5 november 2020. Foto: NASA Earth Observatory
Angkatan Udara Kerajaan Inggris dan para ilmuwan pun mengatakan kalau tabrakan itu tak bisa dihindari. Mereka saat ini tengah melacak setiap pergerakan gunung es A68a, bersama dengan arus dan angin yang mengarahkannya.
"(Arus) masih memiliki kekuatan untuk membawa gunung es ini ke satu arah atau yang lain menjauh dari Georgia Selatan," kata Tarling kepada Reuters.
"Tapi itu sangat, sangat dekat, kurang dari 50 kilometer (31 mil) dari tepi selatan. Itu semakin dekat sehingga hampir tak terhindarkan."
Risiko hantaman gunung es A68a yang bakal merugikan jutaan satwa liar mungkin bukan jadi kasus terakhir yang akan kita lihat.
Menurut laporan CBS News, semenanjung Kutub Selatan adalah salah satu tempat dengan pemanasan tercepat di Bumi. Pada Februari 2020, tempat itu mencatat rekor suhu tertinggi hampir 70 derajat Fahrenheit (sekitar 21 derajat Celcius). Pencairan dan keruntuhan es di wilayah tersebut pasti akan menyebabkan permukaan laut yang lebih tinggi dan bencana di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT