Gunung Es Terbesar di Dunia Seukuran Pulau Lombok Pecah di Antartika

23 Mei 2021 9:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bongkahan es raksasa yang terbentuk dari sisi barat Rak Es Ronne di Antartika.  Foto:  European Space Agency (ESA)
zoom-in-whitePerbesar
Bongkahan es raksasa yang terbentuk dari sisi barat Rak Es Ronne di Antartika. Foto: European Space Agency (ESA)
ADVERTISEMENT
Gunung es terbesar di dunia seukuran dengan Pulau Lombok dilaporkan terlepas dari salah satu gletser di Antartika. Bongkahan es berbentuk jari dengan panjang sekitar 170 kilometer dan lebar 25 kilometer itu tertangkap satelit saat terbentuk di sisi barat Rak Es Ronne Antartika.
ADVERTISEMENT
Menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), gunung es yang sekarang disebut A-76 tengah mengambang di Laut Weddel, sebuah teluk besar di Antartika barat tempat penjelajah Ernest Shackleton tewas.
A-76 punya luas 4.320 kilometer persegi hampir setara Pulau Lombok di Indonesia. Ia pertama kali terlihat di kuadran Antartika dan berhasil ditangkap oleh Copernicus Sentinel dari Uni Eropa, sebuah konstelasi dua satelit yang mengorbit di kutub Bumi. Satelit itu mengkonfirmasi pengamatan yang sebelumnya dilakukan Survei Antartika Inggris.
Menurut National Snow and Ice Data Center (NSIDC), karena lapisan es tempat terbentuknya gunung sudah mengapung di atas air, kejadian tersebut tidak akan berdampak langsung pada permukaan laut. Namun, rak es bisa membantu memperlambat aliran gletser dan aliran es ke laut. Dengan begitu, secara tidak langsung hilangnya sebagian lapisan es ini bisa berdampak pada naiknya air laut.
Gunung es ancam desa di greenland. Foto: Ritzau Scanpix/Magnus Kristensen/ via REUTERS
Lebih lanjut, NSIDC mengatakan bahwa benua Antartika yang memanas lebih cepat ketimbang bagian Bumi lain, menampung cukup banyak air beku untuk menaikkan permukaan laut global hingga 60 meter. Kendati begitu, para ilmuwan tidak menghubungkan perubahan iklim dengan terciptanya A-76 atau gunung es sebelumnya, A-74.
ADVERTISEMENT
"A76 dan A74 hanyalah bagian dari siklus alami di rak es yang tidak menghasilkan sesuatu yang besar selama beberapa dekade," tulis Laura Gerrish, seorang peneliti di British Antarctic Survey, di Twitter. "Penting untuk memantau frekuensi semua pembentukan gunung es.”
Satelit akan terus memantau pergerakan A-76, seperti yang ia lakukan pada gunung es A-68A, pemegang gelar sebelumnya sebagai es terbesar di dunia. Setelah melepaskan diri dari lapisan es Antartika pada 2017, A-68A tersapu oleh arus laut pada 2020 dan nyaris bertabrakan dengan Pulau Georgia Selatan, tempat berkembang biak anjing laut dan penguin. Beruntung, A-68A pecah menjadi beberapa bagian sebelum bertabrakan dengan Pulau Georgia.
Kini, lapisan Es Ronne yang melahirkan gunung es A-76 sebagian besar terhindar dari air hangat yang dapat mengganggu siklus alami pembentukan kembali es di Antartika. Diberitakan sebelumnya, Gletser Thwaites atau Gletser Kiamat tengah mengalami pencairan yang lebih cepat. Hal ini disebabkan oleh arus air hangat dari timur mengikis bagian bawah Gletser.
ADVERTISEMENT