Hati-hati, Long Covid Bisa Bikin Penis Sulit Ereksi

9 Juli 2021 8:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi memegang penis.  Foto: derneuemann via pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi memegang penis. Foto: derneuemann via pixabay
ADVERTISEMENT
Sejumlah riset menunjukkan bahwa mantan pasien corona bisa mengalami gejala disfungsi ereksi sebagai gejala Long Covid. Temuan ini pun menggarisbawahi risiko kesehatan jangka panjang yang dihadirkan virus corona bagi penyintasnya.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah artikel ilmiah yang diterbitkan di Journal of Endocrinological Investigation pada 13 Juli 2020, sekelompok peneliti Italia mengatakan bahwa disfungsi ereksi adalah salah satu gangguan bagi penyintas COVID-19.
“Meskipun menjadi masalah sepele bagi pasien di unit perawatan intensif (ICU), disfungsi ereksi (DE) kemungkinan merupakan konsekuensi COVID-19 bagi para penyintas, dan mengingat tingginya penularan infeksi dan tingkat penularan yang lebih tinggi di antara pria lanjut usia, masalah yang mengkhawatirkan fenomena untuk sebagian besar pasien yang terkena,” tulis para ilmuwan dalam laporannya.
Studi tersebut, yang menggunakan metode literatur guna mencari mekanisme yang terlibat dalam kasus disfungsi ereksi pada penderita COVID-19, menyebut bahwa penelitian tambahan diperlukan untuk memperkuat hipotesis mereka.
Kemudian penelitian yang terbit dalam World Journal of Men's Health pada 7 Mei 2021 menyebutkan, ada perbedaan komposisi jaringan penis antara mantan pasien corona dan orang yang belum terinfeksi.
ilustrasi penis. Foto: Shutterstock
"Dalam studi percontohan kami, kami menemukan bahwa pria yang sebelumnya tidak mengeluhkan disfungsi ereksi berkembang menjadi disfungsi ereksi yang cukup parah setelah awal infeksi COVID-19,” kata pemimpin studi tersebut sekaligus profesor urologi dari University of Miami Miller School of Medicine, Ranjith Ramasamy, dalam keterangan resminya.
ADVERTISEMENT
Ramasamy dan timnya mengeklaim studi mereka sebagai yang pertama menunjukkan keberadaan virus corona di penis dalam durasi lama setelah infeksi virus awal.
Dalam risetnya, peneliti mengumpulkan jaringan penis dari dua pria penyintas COVID-19 yang menjalani operasi prostesis penis untuk mengatasi disfungsi ereksi. Salah satu pria dirawat di rumah sakit karena COVID-19, sementara pasien lainnya hanya mengalami gejala ringan saat tertular virus. Keduanya telah terinfeksi corona masing-masing enam dan delapan bulan.
Para peneliti juga mengumpulkan jaringan penis dari dua pria tambahan yang tak punya riwayat infeksi COVID-19 yang menjalani operasi yang sama untuk disfungsi ereksi. Mereka kemudian menganalisis sampel jaringan penis relawan.
Setelah dibandingkan, peneliti menemukan virus corona di jaringan penis kedua pria yang telah terinfeksi, tetapi tidak pada pria yang tidak memiliki riwayat virus. Dua relawan penyintas corona juga memiliki bukti disfungsi endotel, sedangkan pria yang telah bebas dari virus tidak.
ADVERTISEMENT
"Ini menunjukkan bahwa pria yang mengembangkan infeksi COVID-19 harus menyadari bahwa disfungsi ereksi dapat menjadi efek buruk dari virus, dan mereka harus pergi ke dokter jika mereka mengalami gejala DE," ungkap Ramasamy.

Bagaimana bisa COVID-19 pengaruhi gangguan ereksi penis?

Ramasamy dan tim penelitiannya menduga bahwa disfungsi endotel menjadi penyebab disfungsi ereksi.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa COVID-19 dapat menyebabkan disfungsi endotel yang meluas pada sistem organ di luar paru-paru dan ginjal. Disfungsi endotel yang mendasari yang terjadi karena COVID-19 dapat memasuki sel endotel dan memengaruhi banyak organ, termasuk penis," jelas Ramasamy.
Wujud asli virus corona SARS-CoV-2. Foto: Nanographics
Endotel sendiri merujuk pada sel yang melapisi seluruh sistem vaskuler dan terletak di bagian intima pembuluh darah. Bukti dari penelitian sebelumnya menunjukkan, sel ini merupakan bagian tubuh yang jadi sasaran infeksi SARS-CoV-2. Sebab, enzim ACE2, yang jadi gerbang masuk virus corona ke sel manusia, hadir dalam sel endotel di arteri dan vena.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, hipotesis yang disampaikan tim penelitian Ramasamy terganjal oleh ukuran sampel yang minim.
“Keterbatasan utama dari penelitian ini adalah ukuran sampel (n=2) dan kurangnya kuantifikasi objektif fungsi ereksi sebelum dan sesudah infeksi untuk pasien dan kontrol. Untuk saat ini, riwayat COVID-19 harus dimasukkan dalam pemeriksaan UGD dan temuan positif harus diselidiki. Pasien harus mewaspadai potensi komplikasi ED pasca-COVID-19,” kata para peneliti.
Senada dengan Ramasamy, para peneliti Italia juga menduga bahwa disfungsi endotel jadi salah satu penyebab disfungsi ereksi pada penyintas corona.
“Bukti kuat yang terakumulasi dalam dekade terakhir mendukung gagasan bahwa fungsi ereksi adalah penanda pengganti yang sangat baik dari kesehatan sistemik secara umum, dan kinerja vaskular pada khususnya, berbagi banyak faktor risiko dengan penyakit kardiovaskular. Hal ini dijelaskan oleh persamaan ED = ED (disfungsi endotel sama dengan disfungsi ereksi, dan sebaliknya),” ujar peneliti.
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
Tidak seperti beberapa mamalia lain yang memiliki tulang di penis untuk ereksi, ereksi pada manusia semata-mata dihasilkan melalui aliran darah. Ketika manusia ereksi, pelebaran arteri akan membawa lebih banyak aliran darah ke penis daripada yang bisa keluar.
ADVERTISEMENT
Menurut Ryan Berglund, ahli urologi di Cleveland Clinic yang tak terlibat dengan dua studi tersebut, gangguan pembuluh darah memang dapat menyebabkan gangguan ereksi.
"Jadi apa pun yang dapat mempengaruhi kemampuan arteri untuk secara efektif memberikan suplai darah yang cukup untuk membuat ereksi dapat menyebabkan disfungsi ereksi," katanya kepada The Los Angeles Times.
Cleveland Clinic mengatakan, setidaknya ada tiga faktor yang dapat menjelaskan hubungan antara virus corona dan disfungsi ereksi. Ketiganya adalah masalah kardiovaskular, seperti suplai darah yang terganggu; masalah kesehatan mental yang dipicu oleh stres atau kecemasan terkait COVID-19; dan kesehatan umum yang buruk yang membuat orang lebih mudah terpapar COVID-19 dan gejala terkaitnya.

Bukti tambahan diperlukan

Berglund mengatakan bahwa beberapa pria penyintas COVID-19 memang datang ke kantor dokter dan mengeluhkan disfungsi ereksi setelah sembuh dari virus corona. Namun, "kami tidak tahu skala masalahnya pada saat ini,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Berglund menekankan, hingga saat ini belum terbukti bahwa COVID-19 menyebabkan disfungsi ereksi. Selain studi observasional, Berglund menekankan perlunya studi yang mempelajari pria dalam kelompok usia yang sama dengan status kesehatan yang sama untuk melihat apakah tingkat disfungsi ereksi berbeda tergantung pada apakah mereka memiliki virus corona.
"Waktu dan lebih banyak penelitian diperlukan sampai kita memiliki pemahaman yang lebih baik," pungkasnya dalam situs resmi Cleveland Clinic.