Hati-hati, Siklus Menstruasi Tidak Teratur Berkaitan dengan Kematian Prematur

9 Oktober 2020 10:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi posisi tidur ketika menstruasi  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi posisi tidur ketika menstruasi Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Waktu dan kualitas siklus menstruasi dapat menjadi indikator penting dalam menentukan kesehatan seorang wanita. Penelitian terbaru mengungkap hubungan siklus menstruasi yang tidak teratur dengan kematian prematur pada wanita.
ADVERTISEMENT
Riset selama 24 tahun yang melibatkan 80 ribu perawat di Amerika Serikat akhirnya berhasil menemukan bukti atas hipotesis tersebut. Penelitian tersebut telah berjalan sejak tahun 1989.
Peneliti menemukan bahwa wanita muda dan dewasa yang memiliki siklus menstruasi panjang dan tidak teratur lebih mungkin meninggal sebelum usia 70 tahun. Hubungan ini ditemukan lebih tinggi pada kematian akibat penyakit kardiovaskular.
“Apa yang riset ini harapkan untuk capai adalah kesadaran tentang ketidakteraturan menstruasi, meningkatkan edukasi, dan mendorong wanita dan dokter untuk menganggap siklus menstruasi ketika menilai kondisi kesehatan,” ujar ahli fisiologi dari King’s Collage, Kim Jonas.
“Namun, penelitian ini tidak berarti bahwa semua wanita yang mengalami siklus menstruasi tidak teratur harus khawatir,” lanjut Jonas. “Ada lebih banyak riset yang harus dilakukan pada bidang ini dan banyak faktor yang kemungkinan berperan.”
Ilustrasi nyeri saat menstruasi. Foto: Shutter Stock
Menurut penelitian lain dari Columbia University, menstruasi dapat disebut sebagai tanda vital kelima. Menstruasi—bersama dengan temperatur, nadi, pernapasan, dan tekanan darah—dihubungkan dengan faktor kesehatan lain.
ADVERTISEMENT
Beberapa faktor kesehatan yang biasanya dihubungkan terdiri dari penyakit seksual dan reproduksi, penyakit jantung dan tulang, kanker, kesehatan mental, hingga penyakit kronik lainnya.
Namun, ilmuwan menyatakan, bahwa ini tidak berarti ketidakteraturan menstruasi menjadi penyebab gangguan kesehatan tersebut. Menstruasi lebih dikaitkan dengan kesehatan yang lebih baik atau buruk secara keseluruhan.
Riset ini menggambarkan bagaimana siklus menstruasi berhubungan kuat dengan kesehatan, dan akhirnya kematian. Namun, penyelenggara kesehatan masih sering mengabaikan siklus menstruasi dalam menilai kesehatan kardiovaskular seseorang.
Ilustrasi menstruasi. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Peneliti mengakui bahwa menginvestigasi hubungan menstruasi dan kesehatan tidak mudah. Data dalam jumlah besar dibutuhkan. Namun sayangnya, data ini memiliki banyak batasan.
Biasanya, data hanya dapat diperoleh dari laporan narasumber dan dari aplikasi jadwal menstruasi. Tentu data ini memiliki banyak batasan dan ketidakuratan yang perlu dipertimbangkan.
ADVERTISEMENT
Namun pada riset ini, peneliti menggunakan data dari perawat di AS berusia mulai dari 25 hingga 42 tahun. Kuesioner ihwal siklus menstruasi dikumpulkan setiap dua tahun sekali untuk memperoleh data gaya hidup, makanan, hingga data medis para perawat.
Pada tahun 1989, perawat akan memberikan data mengenai siklus menstruasi saat remaja (usia 14 hingga 17 tahun) dan dewasa (usia 18 hingga 22 tahun). Pada tahun 1993, pertanyaan sama diberikan untuk siklus menstruasi pada usia 29 hingga 46 tahun.
“Kami menemukan bahwa risiko kematian prematur menjadi lebih tinggi pada wanita yang melaporkan siklus (menstruasi) yang panjang dan tidak teratur semasa hidupnya,” tulis peneliti pada jurnal Gynecological Cancer.
“Interaksi ini perlu diinterpretasikan secara hati-hati mengingat signifikannya statistik marjinal pada pengujian ini,” tulis para peneliti.
ADVERTISEMENT
Selain itu, peneliti juga mengingatkan bahwa penelitian dilakukan hanya terhadap perawat berkulit putih. Perawat juga memiliki jam kerja yang ekstrem sehingga dapat berperan pada kesehatan mereka.
Penelitian lebih lanjut akan dibutuhkan untuk mengasosiasikan menstruasi dengan kondisi kesehatan yang bersifat fatal. Namun, penelitian terbaru ini telah memberikan indikasi yang kuat tentang hubungan siklus menstruasi yang tidak teratur dengan kesehatan yang buruk.
Peneliti menyampaikan bahwa, “hubungannya juga semakin kuat ketika siklus (menstruasi) yang panjang dan tidak teratur secara konsisten dialami selama remaja hingga dewasa.”
Ilustrasi menstruasi. Foto: Faisal Rahman/kumparan
Ahli ginekologi dari University of Edinburgh, Jacqueline Maybin, menyampaikan bahwa wanita dengan siklus menstruasi tidak teratur tidak perlu panik berlebihan.
“Penting untuk mengingat bahwa menstruasi tidak teratur adalah gejala dan bukan diagnosis,” ujarnya. “Maka, penyebab spesifik dari menstruasi tidak teratur dapat meningkatkan risiko kematian prematur, bukan pendarahan tidak teratur itu sendiri.”
ADVERTISEMENT
Penelitian ini justru lebih diarahkan bagi para tenaga kesehatan. Harapannya, pasien dapat ditanya ihwal siklus menstruasinya sebagai salah satu faktor penentu kondisi kesehatan pasien.
“Penelitian ini tidak seharusnya menjadi penyebab kekhawatiran untuk wanita muda dengan siklus menstruasi yang panjang dan tidak teratur karena banyak faktor lain yang berperan,” kata ilmuwan kehamilan dari Kings College London, Rachel Tribe.
“Namun, saya berharap informasi ini dapat meningkatkan pemahaman dan mendorong tenaga kesehatan (dan wanita) untuk menginvestigasi siklus menstruasi yang tidak teratur.”
“Pendekatan ini memiliki potensi untuk meningkatkan kesehatan reproduksi dan berhubungan dengan hasil jangka panjang,” tutupnya.
(EDR)