Heboh Cuaca Ekstrem Terjang Yogyakarta, Benarkah Akibat Aktivitas Merapi?

3 April 2022 16:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi musim hujan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi musim hujan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa hari terakhir, cuaca ekstrem berupa hujan deras disertai angin kencang dan petir menerjang wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Beberapa orang mengaitkan bencana ini dengan aktivitas gunung Merapi dan Semeru.
ADVERTISEMENT
Faktanya, cuaca ekstrem di DIY dan sekitarnya tidak ada hubungan sama sekali dengan aktivitas kegunungapian. Hal ini disampaikan oleh Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta, Warjono atau yang akrab disapa Jojo.
Jojo menjelaskan, cuaca ekstrem di daerah Jogja diakibatkan peralihan musim dari hujan ke panas atau yang sering disebut pancaroba. Selain itu, hujan deras dan angin kencang juga disebabkan oleh terbentuknya sel tunggal awan Cumulonimbus (CB) di atas langit DIY.
Posisi terbentuknya awan CB ini terjadi di celah atau lembah antara Gunung Merapi dan Semeru. Lembah ini menjadi semacam pusaran atau konvergensi sehingga membentuk awan-awan konvektif di daerah tersebut.
Pada siang menuju sore, awan-awan ini kemudian bergerak ke Sleman dan Yogyakarta karena tekanan udara di dua wilayah ini cenderung lebih rendah. Artinya suhu yang lebih hangat di kota dapat memicu terbentuknya awan-awan CB sel tunggal yang berdampak terjadinya hujan lebat disertai angin kencang, petir, bahkan es.
ADVERTISEMENT
“Ketika sudah muncul awan towering, kita harus bersiap-siap. Artinya harus lebih waspada karena bisa menjadi awan yang membawa sifatnya hujan lebat disertai angin kencang, bahkan ada es. Tapi sifatnya enggak lama, paling lama 2 jam. Kalau sudah angin kencang paling-paling 15 menit. Tapi dampaknya ya itu, pohon tumbang, plafon roboh, dan lain-lain,” kata Jojo saat dihubungi kumparanSAINS, Minggu (3/4).
Selain itu, dijelaskan oleh Prakirawan BMKG Yogyakarta, Romadi, peningkatan curah hujan beberapa hari belakang juga disebabkan adanya pola tekanan rendah di selatan Jawa di barat Australia, yang membentuk pola konvergensi (daerah pertemuan angin) di sepanjang Selatan Sumatera hingga di Jawa dan ini bertahan sampai sekarang.
Selain itu, ada peningkatan suhu muka laut di perairan selatan Jawa yang menambah suplai uap air sehingga menimbulkan pertumbuhan awan-awan hujan di Jawa dan DIY.
ADVERTISEMENT

Prediksi cuaca ekstrem hingga Mei 2022

Dengan kondisi tersebut, diperkuat kondisi ENSO pada La Nina lemah, anomali suhu muka laut di Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa & Laut Jawa umumnya di atas normal, serta profil vertikal kelembaban udara di atas wilayah DIY yang cukup tinggi, mampu meningkatkan pertumbuhan awan hujan terutama awan Cumulonimbus di wilayah Yogyakarta.
Adapun cuaca ekstrem ini diperkirakan akan terjadi hingga Mei 2022. Oleh karena itu, masyarakat dan Pemerintah Daerah diimbau agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, hujan es, angin kencang, dan angin puting beliung, terutama untuk masyarakat yang berada atau tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi.
ADVERTISEMENT