news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hewan Terbesar dan Terkecil di Dunia Terancam Punah

21 September 2017 21:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bangkai gajah. (Foto: Goran Tomasevic/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Bangkai gajah. (Foto: Goran Tomasevic/Reuters)
ADVERTISEMENT
Banyak ilmuwan percaya kepunahan massal keenam sedang berlangsung. Kepunahan massal ini menempatkan tiga perempat spesies di bumi berisiko mengalami “pemusnahan biologis”.
ADVERTISEMENT
Untuk menghindari masa depan yang mengerikan ini, satu-satunya harapan bisa jadi adalah dengan mempelajari spesies apa aja yang menghadapi ancaman kepunahan terbesar dan mengapa.
Dikutip dari Smithsonian, Rabu (20/9), sebuah tim peneliti internasional mencoba menjawab dua pertanyaan tersebut dengan menganalisis hubungan antara ancaman kepunahan dengan ukuran tubuh hewan. Sebagaimana dalam lansiran BBC, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa risiko kepunahan tertinggi dihadapi oleh hewan-hewan di dunia dengan ukuran tubuh terbesar dan terkecil.
Para peneliti menganalisis 27.647 spesies vertebrata dari 44.684 spesies yang masuk daftar Red List of Threatened Species oleh International Union for the Conservation of Nature. Hewan-hewan vertebrata yang dianalisis itu berjenis mamalia, burung, reptil, amfibi, ikan bertulang, dan ikan kartilagin seperti hiu dan rami.
ADVERTISEMENT
Dari 27.647 spesies tersebut, 4.000 di antaranya terancam punah.
Berdoa diatas Gajah mati  (Foto: Reuters/Anuwar Hazarika)
zoom-in-whitePerbesar
Berdoa diatas Gajah mati (Foto: Reuters/Anuwar Hazarika)
Hasil penelitian yang telah dipublikasikan di dalam Proceedings of the National Academy of Sciences itu menunjukkan bahwa hewan-hewan dengan massa tubuh terbesar dan terkecil menghadapi ancaman kepunahan lebih besar daripada hewan-hewan dalam “zona Goldilocks” atau hewan-hewan yang tidak terlalu besar maupun terlalu kecil.
Analisis lebih jauh menunjukkan, ancaman terbesar yang dihadapi oleh hewan-hewan vertebrata yang bertubuh besar adalah perburuan atau pembunuhan yang sengaja dilakukan oleh manusia.
“Perburuan terhadap hewan-hewan yang lebih besar ini terdiri dari berbagai bentuk, termasuk penangkapan ikan yang diatur dan tidak diatur, perburuan dan penjebakkan untuk mengonsumi dagingnya, penggunaan bagian-bagian tubuh sebagai obat, dan pembunuhan yang dilakukan secara tidak sengaja saat melakukan penangkapan,” tulis peneliti di dalam laporan tersebut.
ADVERTISEMENT
Adapun spesies-spesies yang lebih kecil sebagian besar terancam oleh degradasi habitat atau tempat tinggal, yang disebabkan oleh sejumlah faktor seperti penebangan, penggundulan hutan, pembangunan, dan polusi.
Ilustrasi penggundulan hutan. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penggundulan hutan. (Foto: Wikimedia Commons)
Mengutip lansiran Sydney Morning Herald, hewan-hewan kecil memiliki rentang wilayah geografis yang relatif terbatas sehingga degradasi atau berkurangnya habitat sering kali menghilangkan satu-satunya ekosistem yang dapat mereka tinggali.
Di antara makhluk kecil yang berisiko terhadap ancaman kepunahan ini, menurut siaran pers Oregon State University, adalah katak pisang Clarke, burung kolibri mengkilap, cicak abu-abu, kelelawar hidung babi, dan ikan gua pemanjat air terjun.
Hasil penelitian ini dianggap penting karena sejumlah alasan. Pertama, hewan-hewan besar cenderung lebih menarik perhatian dan sering menerima dana konservasi yang lebih banyak. Namun penelitian tersebut menunjukkan, hewan-hewan mungil di dunia rupanya juga sangat membutuhkan perlindungan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pendekatan konservasi yang berbeda diperlukan pada ujung-ujung spektrum yang berbeda. Untuk spesies besar, para peneliti menulis, sangat penting untuk mengekang praktik pembunuhan hewan-hewan tersebut dengan menerapkan program “toleransi komunitas”, mengendalikan pembunuhan hewan di daerah yang tak terlindungi, dan mengurangi jumlah daging liar yang dikonsumsi di seluruh dunia.
Adapun untuk melindungi spesies yang lebih kecil, para peneliti menyarankan sebaiknya dilakukan dengan penerapan kebijakan kawasan lindung yang dapat mencegah kerusakan habitat yang membuat mereka berisiko punah.