Hipertensi Bisa Sebabkan Kerusakan Organ, Berisiko Stroke dan Gagal Jantung

20 Februari 2020 17:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tes darah.  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tes darah. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hipertensi atau penyakit darah tinggi termasuk kondisi medis yang familiar di telinga masyarakat pada umumnya. Namun, fakta di lapangan menyebutkan bahwa sebagian besar penderita di Indonesia tak menyadari dirinya terserang penyakit yang bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh itu.
ADVERTISEMENT
Merujuk laporan Riset Kesehatan Dasar yang dirilis 2018, ada 63 juta orang atau 34,1 persen penduduk Indonesia menderita hipertensi. Dari populasi tersebut, hanya 8,8 persen terdiagnosis hipertensi dan hanya 54,4 persen dari yang terdiagnosis rutin meminum obat.
Selain menyasar organ tubuh seperti otak, jantung, mata, ginjal serta pembuluh darah, hipertensi yang tak dikendalikan dan ditangani dengan tepat juga berdampak pada kecacatan.
“Hipertensi menjadi sumber malapetaka dari semua organ yang mempunyai pembuluh darah, mulai dari pembuluh darah yang kecil sampai yang besar. Yang lebih fatal lagi, hipertensi menjadi penyebab stroke,” tutur dr. Tunggul D. Situmorang, Sp.PD-KGH, FINASIM, selaku Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) di Jakarta Pusat, Kamis (20/2).
Ilustrasi hipertensi. Foto: rawpixel via Pixabay
Tunggul tak menampik, hipertensi memang kerap dianggap remeh oleh sebagian orang sebab penyakit yang satu ini tidak bergejala sehingga dijuluki silent killer. Di negara yang maju sekalipun, kata dia, hipertensi menjadi penyebab kematian dan kesakitan yang utama.
ADVERTISEMENT
Secara lebih rinci, dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S (K), seorang dokter spesialis saraf dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, menjelaskan bahwa hipertensi bisa menyebabkan komplikasi kerusakan struktural dan fungsional pembuluh darah beserta organ-organ, seperti mata, otak, jantung, dan ginjal.
“Hal ini dikenal dengan istilah Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD),” paparnya.
HMOD biasanya akan bermuara pada kondisi medis seperti gagal jantung, sindrom koroner akut, stroke, demensia vaskuler atau pikun, gagal ginjal, dan gangguan penglihatan termasuk kebutaan. Amanda menekankan, HMOD termanifestasi pada kasus hipertensi berat dan kronis meski tak menutup kemungkinan ia juga muncul pada kasus hipertensi yang lebih ringan dan tanpa gejala atau disebut asimtomatik.
Dalam paparannya, Amanda juga menyebutkan bahwa hipertensi akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sampai dua kali lipat, sedangkan gagal jantung dan stroke sampai tiga kali lipat. Ia menambahkan, terjadinya HMOD berpotensi meningkatkan risiko timbulnya penyakit serebrokardiovaskular, terlebih ketika terjadi pula kerusakan sekaligus di beberapa organ.
dr. Amanda Tiksnadi, Sp.S (K), dokter spesialis saraf dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Foto: Farida Yulistiana/kumparan

Apa itu hipertensi?

Hipertensi berarti peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup tenang atau cukup istirahat.
ADVERTISEMENT
Tekanan darah sistolik merupakan tekanan terhadap dinding pembuluh darah yang diukur pada anggota tubuh, seperti tangan atau kaki, yang ditimbulkan aliran darah setelah jantung memompakan darahnya ke pembuluh darah. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan pada dinding pembuluh darah pada saat jantung berelaksasi atau beristirahat.
Faktor risiko hipertensi dimiliki oleh orang-orang dengan riwayat keluarga yang menderita penyakit tersebut. Pertambahan usia juga dikaitkan dengan penyakit tekanan darah tinggi. Selain itu, penyakit diabetes, obesitas, kebiasaan merokok, dan mengonsumsi alkohol memicu hipertensi.
Menurut Amanda, hanya 10 persen hipertensi yang dipicu oleh penyakit lainnya, seperti ginjal atau gangguan hormonal, sementara 90 persennya tidak teridentifikasi. Meski berjuluk silent killer karena muncul tanpa gejala, ada beberapa gejala klinis untuk menjelaskan seseorang menderita hipertensi. Gejala ini dapat bervariasi pada masing-masing individu. Gejalanya meliputi:
ADVERTISEMENT
Penyakit ini tergolong serius karena dampak yang ditimbulkan sangat luas, bahkan dapat berakhir pada kematian. Apabila terjadi peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten), maka dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke). Dibutuhkan deteksi secara dini untuk mendapatkan pengobatan yang memadai.