Ilmuwan Akhirnya Pecahkan Misteri Pembunuhan Seorang Pria 33.000 Tahun Lalu

19 November 2020 13:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemukulan. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemukulan. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
ADVERTISEMENT
Kasus pembunuhan seorang pria yang terjadi sekitar 33 ribu tahun lalu akhirnya berhasil dipecahkan oleh tim ilmuwan. Hasil riset menunjukkan bahwa pria tersebut tewas setelah mendapatkan pukulan benda tumpul sebanyak dua pukulan oleh orang lain bertangan kidal.
ADVERTISEMENT
Kasus kematian yang terjadi pada zaman Paleolitikum Muda dipecahkan oleh tim ilmuwan dari Universitas Tübigen di Jerman. Katerina Harvati, profesor paleontologi di universitas tersebut, mengungkapkan bahwa penelitian ini akhirnya menemukan penyebab kematian mayat tua itu.
“Sejauh mana cedera yang dideritanya akan menyebabkan kematian. Mengenai bagaimana atau mengapa ini terjadi, kita hanya bisa berspekulasi," kata Hervati, dilansir Live Science.
Sebenarnya, tengkorak korban pembunuhan ini juga telah ditemukan sejak puluhan tahun lalu. Tengkorak tersebut ditemukan oleh seorang penambang pada tahun 1941 di Gua Pestera Cioclovina, Transylvania Selatan, Rumania.
Tengkorak Cioclovina Calvaria. Foto: Kranioti, EF. et al. PLOS ONE. 2019
Tim ilmuwan dari Yunani, Rumania, dan Jerman akhirnya pergi ke gua tersebut untuk meneliti tengkorak langka tersebut. Hasilnya, mereka berhasil menentukan bahwa pemiliki tengkorak itu berjenis kelamin pria dan tewas sekitar 33 ribu tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Cioclovina sangat penting, karena ia adalah salah satu tengkorak paling awal dan relatif lengkap dari orang Eropa modern dari periode Paleolitikum Muda (periode yang dimulai pada sekitar 40.000 tahun lalu, ketika penyebaran besar manusia modern di Eropa terjadi),” ujar Hervati.
“Sisa-sisa manusia dari periode ini sangat langka dan sering kali sangat terpisah-pisah,” tambahnya.
Harvati dan timnya melakukan CT scan pada tengkorak itu untuk melihat secara rinci dua bagian yang fraktur di sana. Kemudian, mereka mengambil 12 bola tulang atau tengkorak sintetis dan membuat masing-masing tengkorak itu mengalami trauma yang berbeda, seperti menjatuhkannya dari ketinggian, memukulnya dengan batu, hingga memukulnya dengan pentungan.
“Hasil riset kami jelas menunjukkan bahwa pola fraktur yang diamati pada tengkorak ini tidak mungkin dibuat setelah kematiannya atau akibat jatuh dari ketinggian. Sebaliknya, kondisi dua fraktur di tengkorak ini sesuai dengan dugaan kami, yaitu trauma akibat benda tumpul di kepala.”
ADVERTISEMENT
Selain itu, lokasi cedera di tengkorak juga mengungkapkan petunjuk mengenai si pembunuh. Tampaknya, si pembunuh berhadap-hadapan dengan korban selama penyerangan dan kemungkinan ia adalah orang yang kidal, karena luka pada pria ini berada di sisi kanan tengkoraknya.
Laporan hasil riset yang telah dipublikasi di jurnal PLOS ONE ini menunjukkan bahwa manusia Zaman Paleolitikum Muda merupakan orang-orang yang kreatif.
Mereka mampu mengembangkan inovasi budaya dan teknologi, perilaku simbolik, dan ekspresi artistik. Namun, perilaku orang-orang di zaman ini juga penuh dengan kekerasan. “Penelitian kami menunjukkan bahwa mereka juga mampu membunuh,” kata Harvati.
(EDR)