Ilmuwan Keturunan Palestina dan Rekannya Raih Nobel Kimia Berkat Molekul 'Ajaib'
9 Oktober 2025 16:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
Ilmuwan Keturunan Palestina dan Rekannya Raih Nobel Kimia Berkat Molekul 'Ajaib'
Ilmuwan Palestina-Amerika, Profesor Omar Yaghi, bersama Susumu Kitagawa dari Jepang dan Richard Robson dari Australia, meraih penghargaan Nobel bidang Kimia 2025 berkat penemuan molekul 'ajaib'.kumparanSAINS

ADVERTISEMENT
Ilmuwan keturunan Palestina, Omar Yaghi, berhasil meraih Hadiah Nobel Kimia 2025. Penghargaan sains paling bergensi di dunia itu bersama dua rekan peneliti, Susumu Kitagawa dari Jepang dan Richard Robson dari Australia.
ADVERTISEMENT
Terobosan mereka dalam menciptakan arsitektur molekuler berpotensi besar menjawab tantangan terbesar umat manusia, seperti perubahan iklim dan krisis air bersih.
Ketiga ilmuwan itu dianugerahi Hadiah Nobel atas pengembangan metal-organic frameworks (MOF) atau kerangka logam-organik. Ini adalah material yang dirancang di tingkat molekuler, terdiri dari ion logam sebagai fondasi yang dihubungkan oleh molekul organik panjang, menciptakan struktur kristal dengan rongga-rongga yang sangat luas.
Molekul ‘Penjawab’ Krisis Global
Keajaiban MOF terletak pada ruang kosongnya yang sangat besar. Komite Nobel menggambarkannya memiliki "sifat yang belum pernah terdengar sebelumnya". Sebuah material MOF seukuran gula batu bisa memiliki luas permukaan setara dengan sebuah lapangan sepak bola.
"Sejumlah kecil bahan semacam ini bisa jadi seperti tas tangan Hermione di Harry Potter. Ia bisa menyimpan gas dalam jumlah besar di dalam volume yang sangat kecil," kata Olof Ramstrom, anggota Komite Nobel untuk Kimia, mengutip Reuters.
Potensi aplikasinya sangat luas dan relevan dengan isu global saat ini. MOF dapat digunakan untuk memanen air dari udara gurun, menawarkan solusi untuk krisis air bersih di daerah paling kering sekalipun.
ADVERTISEMENT
MOF diklaim dapat menangkap karbon dioksida (CO2). Salah satu aplikasi yang menjanjikan adalah di pabrik semen, industri yang menyumbang 7% emisi CO2 global. MOF sudah mulai digunakan untuk menangkap emisi sebelum dilepaskan ke atmosfer.
Material tersebut juga mampu menyimpan gas beracun, memberikan cara yang lebih aman untuk mengelola limbah berbahaya. MOF pun bisa membersihkan polutan. Para ilmuwan telah mengembangkan puluhan ribu jenis MOF yang dapat memisahkan bahan kimia beracun seperti PFAS (dikenal sebagai "bahan kimia abadi") dari air.
Perjalanan Omar Yaghi
Di balik penemuan revolusioner ini, tersimpan kisah hidup Omar Yaghi yang luar biasa. Ia lahir dari keluarga pengungsi Palestina di Yordania. Keluarganya tinggal di sebuah rumah satu kamar yang juga dihuni oleh ternak yang mereka pelihara. Orang tuanya bahkan hampir tidak bisa membaca atau menulis.
ADVERTISEMENT
Kecintaannya pada kimia dimulai pada usia 10 tahun ketika ia menemukan sebuah buku tentang molekul di perpustakaan. Kini, sebagai profesor di University of California, Berkeley, ia melihat penemuannya sebagai implementasi ilmu pengetahuan dasar yang memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.
Penemuan MOF sendiri merupakan hasil kerja bertahap. Robson memulai konsep ini pada 1989, tapi hasilnya belum stabil. Kemudian, secara terpisah antara 1992 dan 2003, Kitagawa dan Yaghi membuat serangkaian penemuan revolusioner.
Yaghi berhasil menciptakan MOF yang sangat stabil dan menunjukkan bahwa strukturnya dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan, membuka jalan bagi puluhan ribu variasi MOF yang ada saat ini. Para pemenang akan berbagi hadiah senilai 11 juta krona Swedia (sekitar Rp 19 miliar lebih).
ADVERTISEMENT
Namun, warisan terbesar mereka adalah sebuah teknologi yang, menurut Royal Swedish Academy of Sciences, dapat berkontribusi dalam memecahkan beberapa tantangan terbesar umat manusia.
