Ilmuwan Klaim Temukan Penyebab Utama Penyakit Sapi Gila

23 Desember 2019 9:04 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sapi penghasil susu. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sapi penghasil susu. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Masih ingat dengan penyakit sapi gila yang pernah melanda sejumlah negara di Amerika Serikat dan Eropa? Penyakit sapi gila atau bisa disebut bovine spongiform encephalopathy (BSE) adalah penyakit neurodegenerative yang menghancurkan otak dan sumsum tulang belakang sapi, hingga menyebabkan kematian.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, sebuah laporan mengungkapkan bahwa tim ilmuwan internasional telah berhasil mengidentifikasi asal mula penyakit sapi gila.
Penyakit sapi gila sendiri pertama kali ditemukan di Inggris pada tahun 1980-an. Sejak penemuan pertamanya, para peneliti telah mencoba mengidentifikasi bagaimana penyakit ini bisa muncul. Namun, hasilnya nihil.
Berbagai penelitian terus dilakukan. BSE kemudian diklasifikasikan dalam kelompok penyakit neurodegeneratif langka yang disebabkan oleh patogen infeksi misterius yang menyerang manusia dan hewan lainnya.
Dalam kasus yang jarang terjadi, penyakit sapi gila ini diketahui bisa memengaruhi manusia jika mengonsumsi otak atau sumsum tulang belakang sapi yang terinfeksi. Mereka akan mengalami penyakit yang disebut Creutzfeldt-Jakob, dan itu bisa berakibat fatal.
Ilustrasi Sapi Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, agen utama penyebab penyakit sapi gila mungkin berasal dari protein “prion” abnormal. Protein abnormal ini sebagian besar ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang hewan, serta bisa menyebar dari hewan satu ke hewan lainnya. Ketika hewan terkena protein prion, mereka akan menyebar dengan cepat, menimbulkan gejala-gejala aneh pada sapi hingga berakibat fatal.
ADVERTISEMENT
Prion juga dianggap bertanggung jawab atas penyakit Creutzfeldt-Jakob pada manusia, penyakit kronis pada rusa dan serangga, serta penyakit scrapie pada domba.
Adapun dalam penemuan kali ini, dipaparkan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences, tim ilmuwan dari French National Institute for Agronomic Research (INRA) menyelidiki asal-usul BSE dengan menyuntikkan varian penyakit scrapie pada tikus yang telah dimodifikasi secara genetik dengan DNA sapi.
Hasilnya, secara tak terduga injeksi scrapie pada tubuh tikus ternyata menghasilkan prion penyakit sapi gila yang lebih banyak. Prion ini muncul dalam bentuk alami dalam varian scrapie. Ini artinya, penyakit ini bisa ditularkan antara spesies yang berbeda.
“Tikus yang dimodifikasi genetik adalah model bagus untuk mengetahui apa yang akan terjadi jika seseorang mengekspos sapi ke prion tersebut,” ujar Olivier Andreoletti, penulis makalah dari French National Institute for Agronomic Research (INRA), kepada AFP.
Ilustrasi sapi. Foto: Shutter Stock
Ia menambahkan, hasil ini telah memberikan pengetahuan dan penjelasan secara eksperimental dalam mengungkap asal-usul munculnya penyakit sapi gila di Inggris pada 1980-an.
ADVERTISEMENT
Sejak kemunculannya, penyakit ini menyebar dengan masif menjangkit sapi-sapi yang ada di seluruh Eropa. Penyebarannya bahkan sampai Amerika Utara dan wilayah lain di dunia. Proses penyebaran semakin cepat saat sapi-sapi sehat diberikan pakan yang telah terpapar penyakit dari sapi yang terinfeksi.
Hal ini juga berdampak pada meningkatnya jumlah orang yang terinfeksi penyakit Creutzfeldt-Jakob karena diduga mengonsumsi daging sapi yang terkontaminasi penyakit tersebut.
Menanggapi maraknya penyebaran sapi gila, pada tahun 1990-an otoritas kesehatan Eropa memperkenalkan sejumlah langkah pencegahan untuk meminimalisir penyebaran penyakit, dan hingga saat ini langkah-langkah itu masih terus dilakukan agar BSE tidak muncul kembali.