Ilmuwan NASA Ditangkap Atas Tuduhan Terorisme di Turki

25 Januari 2018 20:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rakyat Turki rayakan penumpasan kudeta (Foto: REUTERS/Osman Orsal)
zoom-in-whitePerbesar
Rakyat Turki rayakan penumpasan kudeta (Foto: REUTERS/Osman Orsal)
ADVERTISEMENT
Seorang ilmuwan NASA bernama Serkan Golge kini tengah menanti keputusan atas nasibnya. Ia ditangkap pada Juli 2016 ketika ia dan keluarganya sedang berada di selatan Turki. Mereka berencana untuk pulang ke Houston, Texas.
ADVERTISEMENT
Malang bagi keluarga tersebut, sebelum istrinya selesai memasangkan sabuk pengaman di mobil pada kedua anaknya, polisi datang dan menangkap Golge.
Serkan Golge. (Foto: @cansuipek40TR/Twitter)
zoom-in-whitePerbesar
Serkan Golge. (Foto: @cansuipek40TR/Twitter)
Golge, ilmuwan keturunan Turki ini, ditangkap dengan tuduhan bahwa ia adalah mata-mata CIA. Setelah ditangkap, kemudian pada April 2017, ia didakwa dengan tuduhan terorisme.
“Kami semua kaget (mendengar kabar ini). Ini tidak masuk akal,” kata mantan kolega Golge di Old Dominion University di Virginia, Alicia Hofler, dilansir Science Magazine.
Keputusan terhadap kasus Golge akan diberikan pada 8 Februari 2018. Ia terancam hukuman 15 tahun penjara.
Golge bukan satu-satunya warga Amerika dan akademisi asal Turki yang ditangkap setelah adanya percobaan kudeta pada pemerintahan Recep Tayyip Erdogan pada Juli 2016. Beberapa ilmuwan sudah berada di penjara dan banyak lainnya telah kehilangan pekerjaan. Kebanyakan ilmuwan kini membutuhkan izin khusus jika ingin bepergian ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menganggap hal ini penting untuk keamanan nasional, yaitu untuk mengurangi akses bagi simpatisan Fethullah Gullen yang dianggap sebagai otak pemberontakan. Gullen kini berada di Pennsylvania, AS.
Penangkapan terhadap para ilmuwan di Turki dikhawatirkan dapat menghambat kemajuan ilmu pengetahuan di Turki.
Tayyip Erdogan (Foto: Reuters/Murat Cetinmuhurdar)
zoom-in-whitePerbesar
Tayyip Erdogan (Foto: Reuters/Murat Cetinmuhurdar)
“Sekarang ilmuwan dipenjara, dan orang tidak bisa berhubungan dengan orang lain di luar negeri,” kata Eugen Chudnovsky, fisikawan di City University of New York’s Lehman Colloge dan salah satu pimpinan di Committee of Concerned Scientists, lembaga swadaya masyarakat yang melindungi hak asasi para ilmuwan.
Ironisnya, sebelum terjadi kudeta, Erdogan sempat dianggap sebagai pelindung pada ilmuwan.
“(Dulu) banyak ilmuwan Turki yang mengatakan keadaan untuk para ilmuwan juga keadaan ekonomi mereka membaik, mereka juga bebas bepergian ke luar negeri,” kata Chudnovsky. “Sekarang, tentu saja para ilmuwan khawatir (pada keadaan mereka).”
ADVERTISEMENT
Setelah kudeta terjadi, pihak berwajib menggrebek Scientific and Technological Research Council of Turkey, pusat penelitian yang dibiayai oleh pemerintah Turki, dan menangkap belasan peneliti. Selain itu, sebanyak 5 ribu akademisi yang diduga memiliki ikatan dengan Gulen diusir atau dipaksa untuk mengundurkan diri.
Menurut Kubra, istri Golge, suaminya dilaporkan oleh seorang anggota keluarga yang sedang bermasalah dengan Golge karena warisan. Ia mengatakan Golge adalah mata-mata dan teroris.
Padahal, setelah ditanya, pelapor Golge mengatakan ia hanya yakin 1 persen atas laporannya. Tapi jaksa mengatakan bukti dari keterlibatan Golge adalah ilmuwan itu memiliki akun di bank yang dimiliki oleh pengikut Gulen dan ia belajar di universitas yang punya hubungan dengan Gulen.
Selain Golge, ada lagi Ismail Kul, ahli kimia di Widener University, Pennsylvania yang ditangkap ketika mengunjungi saudaranya di Turki tahun 2016.
Ismail Kul. (Foto: Widener University)
zoom-in-whitePerbesar
Ismail Kul. (Foto: Widener University)
Kubra merasa sangat khawatir karena ketidakpastian atas nasib suaminya.
ADVERTISEMENT
“Seluruh sel dalam tubuh saya terasa sakit karena jiwa saya tersakiti,” kata Kubra mengenang apa yang terjadi padanya di tiga bulan setelah suaminya ditangkap.
“Hidup dan keluarga saya hancur,” ujarnya.