Vaksin Corona di Rusia

Ilmuwan Ragukan Vaksin Corona Buatan Rusia dan China, Mengapa?

2 September 2020 13:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Sputnik V, vaksin virus corona dari Rusia. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sputnik V, vaksin virus corona dari Rusia. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan meragukan efektivitas vaksin corona buatan Rusia dan China. Sebabnya, vaksin tersebut dibuat dari flu biasa yang mana sudah banyak orang terpapar oleh virus tersebut.
ADVERTISEMENT
Baik vaksin corona Rusia dan China sama-sama didasari oleh adenovirus type 5 atau Ad5, menurut laporan Reuters. Kedua negara tersebut bahkan sudah memakai vaksin corona mereka masing-masing.
China, misalnya, sudah memakai vaksin yang didasari Ad5 itu untuk penggunaan militer mereka. Vaksin itu dibuat oleh CanSino Biologics'.
Adapun salah satu dosis vaksin corona dari Rusia yang dibuat oleh Gamaleya Institute, juga didasarkan oleh Ad5. Dosis lain yang dibuat oleh mereka didasari oleh Ad26, strain adenovirus yang lebih langka. Pada awal bulan ini, pemerintah Rusia sudah mengizinkan penggunaan vaksin tersebut, yang dinamai Sputnik V, meski belum memiliki uji klinis yang mencukupi.
Kendati sudah dipakai oleh kedua negara tersebut, para ilmuwan skeptis mengenai efektivitas vaksin corona berbasis Ad5.
Vaksin Corona di Rusia. Foto: REUTERS
"Ad5 mengkhawatirkan saya hanya karena banyak orang telah memiliki kekebalan," kata Anna Durbin, peneliti vaksin di Universitas Johns Hopkins, kepada Reuters.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak yakin apa strategi mereka. Mungkin (vaksin itu) tidak akan memiliki kemanjuran 70 persen. Mungkin memiliki kemanjuran 40 persen, dan itu lebih baik daripada tidak sama sekali, sampai sesuatu yang lain muncul," sambungnya.
CanSino Biologics' dan Gamaleya Institute enggan berkomentar mengenai keraguan yang disampaikan Durbin, menurut laporan Reuters.

Di mana letak masalahnya?

CanSino Biologics' dan Gamaleya Institute pada dasarnya sudah berpengalaman membuat vaksin yang didasari adenovirus type 5. Para peneliti telah bereksperimen dengan vaksin berbasis Ad5 untuk melawan berbagai infeksi selama beberapa dekade, tetapi sejauh ini belum ada yang digunakan secara luas.
Menurut laporan Reuters, peneliti menggunakan virus Ad5 sebagai "vektor" untuk membawa gen dari virus target, dalam hal ini adalah virus corona, ke dalam sel manusia.
Ilustrasi vaksin virus corona. Foto: kumparan
Vektor sendiri adalah bahan yang digunakan sebagai mekanisme untuk membawa informasi genetik dari virus target (dalam hal ini virus corona) ke dalam sel manusia. Tujuan akhirnya adalah untuk mendorong respons kekebalan tubuh untuk melawan virus corona.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, sudah banyak orang yang memiliki antibodi terhadap Ad5. Menurut catatan ahli kepada Reuters, 40 persen populasi di China dan AS sudah kebal dengan Ad5. Di Afrika bahkan 80 persen orang sudah kebal dengan virus tersebut.
Dampaknya, kekebalan itu membuat vaksin berbasis Ad5 justru dapat memicu sistem kekebalan untuk menyerang vektor (dalam hal ini Ad5 itu sendiri) alih-alih merespons virus corona. Dengan demikian, para ahli skeptis bahwa vaksin ini akan kurang efektif.
"Saya pikir mereka akan mendapatkan kekebalan yang baik pada orang yang tidak memiliki antibodi terhadap vaksin, tetapi banyak orang memilikinya (kekebalan pada Ad5)," kata Hildegund Ertl, direktur Pusat Vaksin Wistar Institute di Philadelphia, kepada Reuters.
Senada dengan Ertl, Zhou Xing dari Universitas McMaster di Kanada, juga skeptis dengan vaksin buatan CanSino. Dalam wawancara dengan Reuters, ia menyebut kalau vektor Ad5 dengan dosis tinggi dalam vaksin CanSino dapat menyebabkan demam.
Vaksin "Gam-COVID-Vac" yang dikembangkan oleh Gamaleya National Research Institute of Epidemiology and Microbiology dan Russian Direct Investment Fund (RDIF), di Binnopharm perusahaan farmasi di Zelenograd, Rusia. Foto: RDIF/Handout via REUTERS
Xing sendiri telah bekerja dengan CanSino dalam pengembangan vaksin pertama berbasis Ad5 untuk tuberkulosis, pada tahun 2011. Timnya sedang mengembangkan vaksin COVID-19 Ad5 yang dihirup. Menurutnya, cara tersebut dapat menghindari masalah kekebalan vaksin corona berbasis Ad5 jika disuntikkan.
ADVERTISEMENT
"Kandidat vaksin Oxford memiliki keuntungan yang cukup besar," kata Xing kepada Reuters, perihal vaksin corona buatan CanSino yang disuntikkan dengan yang dibuat oleh Universitas Oxford.
Bagaimanapun, tak semua pengembang vaksin menggunakan Ad5 sebagai vektor mereka. Beberapa peneliti lain lebih memilih adenovirus jenis lain sebagai mekanisme pengiriman informasi genetik virus corona ke tubuh manusia.
Universitas Oxford dan AstraZeneca, misalnya, mendasarkan vektor vaksin corona mereka pada adenovirus simpanse untuk menghindari masalah Ad5. Adapun vaksin corona buatan Johnson & Johnson menggunakan strain adenovirus type 26 atau Ad26 sebagai vektor-nya.

Tawarkan vaksin corona berbasis Ad5 ke negara berkembang

CanSino sendiri saat ini sedang menawarkan vaksin corona berbasis Ad5 buatan mereka ke negara-negara berkembang. Tujuannya adalah untuk uji klinis tahap akhir.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Wall Street Journal, Senior Vice President CanSino untuk bisnis internasional, Pierre Morgon, menyebut bahwa pihaknya sedang membuka negosiasi dengan beberapa negara berkembang, seperti Pakistan dan sejumlah negara Amerika Latin.
CanSino menjelaskan, kalau pemerintah negara berkembang itu menyetujui, mereka akan memberikan vaksin itu kepada petugas medis dan pekerja di garis depan. Namun, hingga saat ini CanSino belum mendapat izin apapun.
Sebelumnya, menurut laporan Global Times, CanSino sudah sepakat dengan pemerintah Meksiko untuk melakukan uji klinis tahap akhir vaksin berbasis Ad5 tersebut. Perusahaan vaksin yang bermarkas di Tianjin, China tersebut juga bekerja sama dengan Arab Saudi untuk merekrut 5.000 partisipan dalam uji klinis tahap akhir vaksin itu.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten