Ilmuwan Singapura Bikin Alat Rapid Test COVID-19, Hasil Keluar 5 Menit

26 Maret 2020 10:17 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Semakin bertambahnya kasus positif dan korban meninggal dunia akibat penyakit COVID-19, membuat semua ilmuwan bergerak. Mereka melakukan berbagai pengembangan, mulai dari vaksin hingga tes diagnostik dan skrinning virus corona.
ADVERTISEMENT
Profesor Jackie Ying seorang ilmuwan di Singapura, bersama timnya telah bekerja tanpa lelah selama sekitar enam minggu untuk melakukan tes cepat atau rapid test untuk mengetahui apakah seseorang telah positif COVID-19.
Menurut laporan The Straits Times, hasil pengembangan Prof. Ying dan timnya yang bekerja pada bagian NanoBio Lab di Agency for Science, Technology and Research (A*Star), Singapura menemukan metode rapid test yang bisa memberikan hasil hanya dalam waktu lima menit.
Metode tersebut masih membutuhkan persetujuan dalam waktu satu bulan untuk uji coba sebelum dapat digunakan secara massal. Cara kerja rapid test yang dikembangkan berbeda dengan alat yang ada sebelumnya. Tes ini mencari bahan genetik virus dalam sekresi atau lendir pasien yang dikumpulkan melalui swab.
Professor Jackie Ying bersama timnya di A*Star's NanoBio Lab, Singapura. Foto: NanoBio Lab/Facebook
Sampel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam perangkat portabel yang akan memberikan hasil dalam waktu sekitar lima hingga 10 menit, menggunakan metode amplifikasi yang sangat cepat yang mereka beri nama Cepat.
ADVERTISEMENT
"Kami telah melakukan beberapa validasi klinis awal di KK Women's and Children's Hospital menggunakan sampel pasien nyata, dan menemukan tes itu sangat sensitif dan akurat," kata Prof. Ying.
Setelah disetujui, metode tersebut akan dikembangkan dan dapat digunakan di rumah sakit dan akan diadaptasi untuk bisa dipakai di klinik dokter umum, kata Prof. Ying. Jika sudah menjadi alat dan diproduksi massal dan bisa digunakan akan menjadi metode rapid test virus corona tercepat yang pernah ada.
Prof. Ying sedikti menjelaskan cara kerja dan metode dari Rapid Test yang dikembangkannya. Ia bersama Muhammad Nadjad Abdul Rahim, seorang mahasiswa bergelar PhD mengembangkan metode baru untuk memperkuat DNA/RNA spesifik pada suhu tunggal.
Sama seperti metode tes menggunakan PCR (polymerase chain reaction), mereka dapat "fotokopi" materi genetik virus jutaan kali. Perbedaan dalam metode baru Prof. Ying adalah dapat mencapai tingkat jutaan salinan dalam satu menit.
ADVERTISEMENT
Perbedaan dengan tes PCR adalah pendekatan rapid test mereka tidak memerlukan pemanasan dan pendinginan antara setiap langkah amplifikasi. Hal tersebut diaktifkan oleh enzim khusus yang dikembangkan di laboratorium Prof. Ying. Sementara tes PCR membutuhkan waktu setidaknya dua hingga tiga jam untuk menunjukkan hasil dan menggunakan mesin khusus.
"Ini pada dasarnya adalah mesin fotokopi molekuler. PCR ditemukan pada tahun 1984, dan bahkan dalam mesin saat ini, sekitar 60 persen dari waktu dihabiskan menunggu mesin PCR memanas dan dingin," jelas Prof Ying.
Rapid test COVID-19 di RSHS Bandung. Foto: Dok. Pemprov Jabar
Saat ini pengujian massal dengan rapid test memang akan sangat membantu untuk menekan laju penyebaran virus corona. Beberapa negara sudah melakukannya, seperti Korea Selatan dan Indonesia yang sedang memulainya.
Di Indonesia, pemerintah menggunakan tes massal dengan rapid test yang dapat mengeluarkan hasil dalam waktu 15 menit. Meski hasilnya keluar secara instan, tes ini masih berbasis serologi, yakni pengidentifikasian virus berdasarkan antibodi yang terbentuk dalam tubuh setelah terinfeksi virus.
ADVERTISEMENT
Tes ini sebenarnya kurang akurat. Pada orang yang terinfeksi virus kurang dari seminggu, respons imun tubuh belum terbentuk. Untuk menyiasatinya, rapid test bakal kembali dilakukan 6 atau 7 hari kemudian setelah tes pertama dilakukan.
****
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!