Ilmuwan Temukan Metode Diagnosis Kesuburan Pria dengan Cepat

16 November 2019 16:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pria dan masalah kesuburuan. Foto: Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pria dan masalah kesuburuan. Foto: Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Tim medis membutuhkan waktu yang tak sebentar untuk diagnosis seorang pria mengalami infertilitas atau tidak. Namun, hasil riset terbaru dari ahli biologi AS mungkin bisa memangkas periode waktu pemeriksaan kesuburan ini dengan cepat.
ADVERTISEMENT
Penelitian baru ini dipimpin oleh Michael Skinner, seorang ahli biologi reproduksi dari Washington State University. Dari riset ini, ia dan tim ilmuwannya menemukan, pria yang terdiagnosis mandul memiliki pola yang teridentifikasi molekul epigenetik atau biomarker pada DNA sperma, yang tidak dimiliki oleh pria subur.
Epigenetik merupakan proses ketika modifikasi turunan fungsi gen terjadi tanpa menyebabkan perubahan rangkaian DNA.
Selain itu, peneliti juga mengidentifikasi keberadaan biomarker epigenetik ini pada pria mandul yang menjalani terapi hormon.
Penelitian ini dapat membantu dokter memberikan metode terbaik dalam memeriksa kesuburan pria, serta menentukan pengobatan yang cocok untuk pasien prianya.
Dengan begitu, pasangan dengan pria nya infertil akan sangat terbantu. Dokter juga bisa diagnosis dalam waktu singkat dan langsung merekomendasi spesialis yang tepat untuk penanganan medis reproduksi.
ilustrasi pasangan suami istri dengan masalah kesuburan atau mandul Foto: shutterstock
Sebelumnya, metode yang kerap digunakan untuk mengecek kesuburan pria hanya berdasarkan kuantitas dan motilitas sperma. Sejarah mencatat metode itu memiliki keberhasilan yang terbatas untuk mengklasifikasi seorang pria subur atau tidak.
ADVERTISEMENT
“Tingkat infertilitas pria meningkat di seluruh dunia dan punya pengaruh penting pada kesehatan reproduksi,” kata Skinner, seperti dikutip MedicalXpress. “Adanya diagnosa yang mengungkap secara langsung bahwa pasien pria tak subur dan pengobatan-pengobatan apa saja yang cocok akan berguna sekali baginya.”
Sekitar 20 persen pria yang menjalani fertilisasi in vitro atau bayi tabung (IVF) akan memiliki masalah-masalah infertilitas lain dengan sebab yang belum diketahui. Rata-rata, mereka harus diperiksa selama setahun atau lebih sebelum direkomendasi ikut program IVF.
Skinner dan tim ingin mengisi celah periode waktu yang cukup lama itu dengan metode diagnosis lain dari biasanya. Pada penelitian mereka sebelumnya memang sudah ada indikasi hubungan antara infertilitas pria dengan perubahan pada kelompok molekul metil bawaan DNA. Bagian DNA tersebut mengatur fungsi-fungsi gen tertentu.
ADVERTISEMENT
Saat ini, tim sedang dalam proses mengatur percobaan klinis lanjutan untuk potensi komersialisasi.
Kendati masih dalam tahap awal pengembangan, temuan ini menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa diagnosis yang didasarkan pada modifikasi eksternal tehadap DNA, atau epigenetik, nyatanya dapat digunakan untuk mencari keberadaan suatu penyakit dibarengi pengobatannya.
Dalam jangka panjang, penelitian mereka tidak hanya punya implikasi besar untuk pengobatan infertilitas, tapi juga untuk penyakit lainnya.