Kabut asap menyelimuti wilayah Kuching,  Malaysia.

Imbas Karhutla, Kuching Jadi Kota dengan Polusi Udara Terburuk Dunia

16 September 2019 18:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kabut asap menyelimuti wilayah Kuching,  Malaysia. Foto: Twitter/@KitakSarawakian
zoom-in-whitePerbesar
Kabut asap menyelimuti wilayah Kuching, Malaysia. Foto: Twitter/@KitakSarawakian
ADVERTISEMENT
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah titik di Sumatera dan Kalimantan tidak hanya mengganggu aktivitas masyarakat di beberapa kota di Indonesia. Asap karhutla juga telah merebak hingga negara tetangga Indonesia, salah satunya Malaysia.
ADVERTISEMENT
Tiupan angin menjadi alasan kenapa asap karhutla ini bisa tiba di sejumlah kota di negeri Jiran, seperti Kuching, Kota Samarahan, Sri Aman, Johan Setia, dan Putrajaya. Akibat kabut asap yang terus memburuk di Serawak barat daya, baru-baru ini Kota Kuching bahkan telah dinobatkan sebagai kota paling dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia berdasarkan pembacaan real-time Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index/AQI) dari situs web pemantau polusi udara AirVisual.
Dilaporkan New Straits Times, pada Senin 16 September 2019 sekitar pukul 11.00 waktu setempat, Kuching menempati posisi teratas daftar kota dengan tingkat polusi udara terburuk di dunia, dengan nilai AQI 247. Yang menyedihkan, ini bukanlah kali pertama kota di Malaysia menempati posisi teratas dalam daftar kota dengan tingkat polusi udara terburuk di dunia pada bulan September 2019 ini.
ADVERTISEMENT
Selain Kuching, Kuala Lumpur juga sempat menempati posisi pertama kota dengan kualitas udara terburuk secara global berdasarkan pemantauan AirVisual. Kuala Lumpur dinobatkan sebagai kota dengan kondisi udara paling tercemar pada Rabu 11 September 2019, dengan nilai AQI mencapai 165, yang artinya masuk kategori “tidak sehat untuk semua orang”.
Pada Senin 16 September 2019 sekitar pukul 11.00 ini, berdasarkan data dari AirVisual, Kuala Lumpur berada di posisi keempat, diikuti oleh kota Delhi di India dan Jakarta di Indonesia yang masing-masing menempati posisi kelima dan keenam. Di atas Kuala Lumpur, ada Kuching yang menempati posisi pertama, Lahore di Pakistan yang menempati posisi kedua dan Hanoi di Vietnam yang menempati posisi ketiga.
Nilai kualitas udara berdasarkan Air Quality Index. Foto: IQAir AirVisual
Menurut hasil pemantauan Departemen Lingkungan Malaysia terhadap Indeks Pencemaran Udara (IPU) pada Senin (16/9) pukul 11.00 pagi tadi, lima wilayah di Malaysia memang tercatat berada dalam kategori kualitas udara “sangat tidak sehat”. Kelimanya adalah Johan Setia, Putrajaya, Kuching, Samarahan, dan Sri Aman.
ADVERTISEMENT
Nilai IPU di Kuching tercatat sebagai yang tertinggi, yakni hingga 245. Kondisi buruk ini diikuti oleh Sri Aman dengan nilai IPU 220, dan Samarahan 216. Ketiganya masuk dalam kategori kualitas udara “sangat tidak sehat”.
Hal yang serupa terjadi di sejumlah koa di Semenanjung Malaysia, seperti Johan Setia dan Putrajaya. Keduanya memiliki pembacaan nilai IPU 202 atau “sangat tidak sehat”. Selain lima kota di atas yang masuk kategori “sangat tidak sehat”, 29 kota lainnya di Malaysia juga masuk kategori “tidak sehat”.
Seorang petugas pemadam kebakaran memadamkan api di lahan gambut dan hutan yang terbakar di taman nasional Sebangau pada tanggal 14 September 2019 di pinggiran kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Rentang nilai konsentrasi dan kualitas udara berdasarkan parameter IPU Malaysia adalah 0-50 mewakili kualitas udara “baik”, 51-100 dianggap “sedang”, 101-200 diklasifikasikan sebagai “tidak sehat”, 201-300 adalah “sangat tidak sehat”, dan di atas angka 300 masuk kategori “berbahaya”.
ADVERTISEMENT
Menurut Pusat Meteorologi Khusus ASEAN (ASEAN Specialized Meteorological Center/ASMC), kabut asap di Malaysia tak lain karena kondisi kering yang tengah terjadi di kawasan ASEAN bagian selatan pada hari Minggu (15/9). Kabut asap sedang hingga pekat terus menyebar dari titik api yang membakar hutan dan lahan di provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, dan sebagian daerah Kalimantan.
Angin yang kencang membawa kabut asap ke berbagai wilayah yang ada di sekitarnya sehingga memengaruhi bagian Semenanjung Malaysia dan Singapura. Kendati begitu, situasi kabut asap di Singapura telah berangsur membaik selama akhir pekan ini. ASMC memprediksikan, kondisi kabut di Malaysia akan terus berlanjut selama kebakaran di Sumatera dan Kalimantan masih terjadi.
Peta hotspot atau titik panas dan arah angin di Indonesia dan Malaysia. Foto: ASMC
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten