Ini Beda Cara Perempuan dan Laki-laki Hadapi Perselingkuhan

1 Agustus 2020 12:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi selingkuh Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi selingkuh Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perselingkuhan menjadi salah satu penyebab terbesar banyak pasangan memutuskan untuk berpisah. Tentu bukan hal yang mudah untuk menghadapi kenyataan bahwa pasangan yang berjanji akan setia, ternyata berkhianat.
ADVERTISEMENT
Perilaku tidak setia ini bisa dilakukan baik oleh perempuan ataupun laki-laki. Namun keduanya memiliki pandangan dan cara yang berbeda dalam menghadapi perselingkuhan.
Hal itu diungkap dari hasil penelitian psikolog yang melakukan riset terhadap 160 budaya yang berbeda di seluruh dunia. Lalu, bagaimana cara perempuan dan laki-laki, secara umum, memandang dan menghadapi perselingkuhan?
Kebanyakan laki-laki menganggap pasangannya telah selingkuh apabila mereka telah melakukan hubungan fisik atau seks dengan orang lain. Sementara perempuan menganggap pasangannya selingkuh apabila mereka menginisiasi hubungan yang sangat dekat dengan orang lain.
Meskipun memiliki pandangan yang beda soal perselingkuhan, namun perempuan dan laki-laki memiliki kemampuan yang sama untuk memaafkan perilaku itu. Selain itu, penelitian terbaru mengungkap kalau tingkat kemampuan memaafkan tidak terkait dengan bagaimana pasangannya selingkuh.
Ilustrasi selingkuh. Foto: Shutterstock
“Mengejutkan bahwa perbedaan antara kedua jenis kelamin tidak lebih besar. Mekanisme yang mendasari mereka untuk memaafkan kurang lebih identik antara jenis kelamin," kata Profesor Leif Edward Ottesen Kennair di Departemen Psikologi Norwegian University of Science and Technology (NTNU).
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian itu, Kennair melibatkan 92 pasangan untuk menjawab kuisioner soal skenario perselingkuhan. Satu skenario menggambarkan pasangan melakukan hubungan seks dengan orang lain namun tidak saling jatuh cinta, sementara skenario lain menggambarkan pasangannya jatuh cinta kepada orang lain tanpa berhubungan seksual.
Hasilnya, baik perempuan maupun laki-laki memproses tindakan selingkuh dengan cara yang sama. Kebanyakan dari mereka memiliki kencenderungan untuk tidak memaafkan perilaku perselingkuhan dalam bentuk apapun.
“Putus atau tidaknya sebuah pasangan akibat perselingkuhan tergantung seberapa mengancam hubungan perselingkuhan itu," kata penulis penelitan, Trond Viggo Grøntvedt, rekan pascadoktoral di Departemen Psikologi NTNU
Selain itu, kemampuan perempuan dan laki-laki untuk melanjutkan hubungan setelah mengetahui adanya perselingkuhan itu juga bergantung pada kemampuan mereka untuk memaafkan, termasuk tidak menjaga jarak kepada pasangannya setelah semua yang terjadi.
Ilustrasi selingkuh. Foto: Getty Images
Hal itu dipengaruhi oleh sikap dan kepribadian masing-masing individu. Orang bereaksi dengan cara yang berbeda terhadap perselingkuhan sesuai dengan karakteristik sifat dan keadaan mereka.
ADVERTISEMENT
"Banyak orang mungkin berpikir bahwa pasangan yang memiliki hubungan yang kuat akan lebih mampu mentolerir perselingkuhan, tetapi itu tidak ditunjukkan dalam penelitian kami," kata Profesor Mons Bendixen di Departemen Psikologi NTNU.
Di sisi lain, ada perselingkuhan emosional yang tidak melibatkan hubungan seks di mana dibutuhkan negosiasi dan pemahaman soal apa yang terjadi. Di kasus ini, salah satu pihak bisa jadi dituntut untuk memikul sebagian besar tanggung jawab untuk menjadi yang disalahkan.
Tingkat kesalahan yang harus ditanggung dikaitkan dengan pasangan terkait dengan kesediaan untuk memaafkan. Namun hal itu tidak berlaku ketika pasangan melakukan selingkuh secara fisik.
Sementara itu, apabila perselingkuhan dilakukan dengan cara berhubungan seks dengan orang lain selain pasangan, pihak yang selingkuh tidak bisa menganggap apakah kesalahan tersebut sebagian bukan berasal dari mereka. Namun, kemampuan untuk memaafkan kembali ke individu masing-masing.
ADVERTISEMENT