Ini Fosil 'Naga Kematian', Reptil Terbang Raksasa Ditemukan di Argentina

27 Mei 2022 8:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi 'Naga Kematian'. Foto: Dok. Leonardo D. Ortiz David
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi 'Naga Kematian'. Foto: Dok. Leonardo D. Ortiz David
ADVERTISEMENT
Gambaran tentang seekor naga – reptil raksasa yang memiliki kemampuan terbang – sering ditemukan di beberapa film. Tak sekadar di film, cerita rakyat berunsur mitos pun santer menceritakan keberadaan naga, terutama di wilayah negeri tirai bambu, China.
ADVERTISEMENT
Dua buah fosil di wilayah Mendoza, Argentina, mengungkap keberadaan fosil reptil raksasa itu. Oleh para ilmuwan fosil itu mendapat julukan ‘Naga Kematian’, yang merupakan spesies pterosaurus – reptil terbang.
Temuan yang telah dipublikasikan di Cretaceous Research, menjelaskan jika di masa lampau spesies itu menjadi pterosaurus terbesar yang pernah ditemukan di Amerika Selatan. Para ilmuwan menyebutkan, spesies ‘naga kematian’ memiliki lebar sayap berukuran sekitar 7 meter dengan lebar 9 meter.
Spesies itu termasuk famili Azdarchids yang hidup pada masa Kretaseus, sekitar 146 hingga 66 juta tahun lalu.

Alasan julukan ‘Naga Kematian’

Lenoardo D. Ortiz David, seorang ilmuwan di Laboratorium dan Museum Dinosaurus Argentina dikutip dari Live Science menjelaskan alasan fosil itu diklasifikasikan sebagai anggota Azdarchid. Menurutnya, berdasarkan pemeriksaan dari tengkorak fosil itu, memiliki ukuran sangat besar, melebihi ukuran tubuhnya. Selain itu, panjang leher spesies itu sangat panjang dengan tubuh yang cenderung lebih pendek.
Ilustrasi 'Naga Kematian'. Foto: Dok. Leonardo D. Ortiz David
Lebih terperinci, spesies itu dimasukkan ke dalam genus Thanatosdrakon, yang berarti ‘naga kematian’ dalam bahasa Yunani. Sedangkan untuk nama spesiesnya sendiri yang diberikan oleh para ilmuwan adalah Thanatosdrakon amaru.
ADVERTISEMENT
Nama ‘amaru’ berarti ‘ular terbang’ yang berasal dari bahasa Quechuan. Ilmuwan terinspirasi dari sosok Amaru, dewa Inca yang menurut mitologi memiliki kepala dua.
Para ilmuwan hingga saat ini belum bisa memastikan, apakah kedua fosil itu memiliki kekerabatan dalam satu induk yang sama.
“Tidak ada infikasi dalam sisa-sisa fosil (memiliki) tingkat hubungan orang tua. Namun dipastikan keduanya memiliki ukuran berbeda, dan mereka mati secara bersama lebih dari 86 juta tahun lalu,” jelas Ortiz.
Di wilayah yang sama, tim ilmuwan pernah menemukan dinosaurus lainnya. Salah satu penemuan luar biasa pada 2016. Ilmuwan berhasil menemukan fosil sauropoda – dinosaurus herbivora berleher panjang – yang disebut Notocolossus.
Fosil 'Naga Kematian'. Foto: Dok. Leonardo D. Ortiz David

Fosil dalam kondisi baik dan lengkap

Ortiz mengatakan, kedua fosil yang ditemukan dalam kondisi amat baik. Hal yang lebih mengejutkan, kerangka fosil ‘naga kematian’ itu terbilang cukup lengkap. Tentu kondisi itu bisa memberi gambaran secara utuh mengenai bentuk mereka di masa lampau.
ADVERTISEMENT
Saat ini, kedua fosil itu telah disimpan dengan baik di Laboratorium dan Museum Dinosaurus Universitas Nasional Cuyo. Hal itu dilakukan untuk mencegah kerusakan pada kedua fosil, mengingat tulang pterosaurus memiliki sifat relatif rapuh dibandingkan fosil dinosaurus lain.