Ini Manfaat Social Distance atau Jaga Jarak saat Wabah Virus Corona

16 Maret 2020 13:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerumunan warga Hong Kong saat antre untuk membeli masker. Foto: REUTERS/Tyrone Siu
zoom-in-whitePerbesar
Kerumunan warga Hong Kong saat antre untuk membeli masker. Foto: REUTERS/Tyrone Siu
ADVERTISEMENT
Kasus pasien positif virus corona di Indonesia makin tinggi. Pemerintah pusat maupun daerah mengimbau warga untuk mulai melakukan sejumlah upaya, salah satunya social distance atau menjaga jarak.
ADVERTISEMENT
"Semua warga Jakarta harus melakukan biasa yang disebut social distancing measure, yaitu menjaga jarak antar warga, mengurangi perjumpaan, menghindari kontak fisik, menjauhi tempat tempat berkumpul orang banyak," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam video yang dibagikan, Minggu (15/3).
Social distance juga merupakan salah satu rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Sederhananya, kata WHO, social distance berguna untuk mengurangi atau meminimalkan potensi seseorang tertular penyakit COVID-19. Lembaga kesehatan yang bermarkas di Jenewa, Swiss, itu bahkan menyarankan untuk menjaga jarak aman sekitar 1 meter dengan siapa pun, terutama mereka yang punya gejala demam, batuk, atau bersin.
Demam, batuk dan bersin-bersin merupakan tiga dari sekian gejala umum pada penderita COVID-19. Itu sebabnya menjaga jarak aman adalah hal yang diwajibkan WHO untuk mengurangi atau setidaknya memutus rantai penyebaran virus.
ADVERTISEMENT
"Ketika seseorang batuk atau bersin, mereka menyemprotkan tetesan cairan kecil dari hidung atau mulut mereka yang mungkin mengandung virus. Jika Anda terlalu dekat, Anda bisa menghirup tetesan air, termasuk virus (penyebab) COVID-19 jika orang yang batuk itu punya penyakit tersebut," tulis WHO dalam pedomannya.
Selain itu, social distance juga bermanfaat melindungi seseorang yang berisiko tinggi tertular virus corona SARS-CoV-2. Menurut para ahli kesehatan, mereka yang rentan tertular adalah lanjut usia dan punya penyakit penyerta macam diabetes, jantung, dan paru-paru.
Dengan COVID-19 yang tak jarang belum menunjukkan gejala-gejala seperti batuk dan pilek pada penderitanya, tak heran Anne Schuchat, wakil direktur utama Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS, menyarankan mereka yang berisiko tinggi ini untuk melakukan social distance dengan tetap berada di rumah dan menghindari tempat keramaian.
ADVERTISEMENT
"Sering kali bahkan sebelum orang tahu bahwa mereka sakit, mereka dapat menyebarkan virus. Dan itulah mungkin mengapa kita melihat penyebaran yang begitu cepat di seluruh dunia," kata Schuchat. "Intinya, menjaga jarak Anda dari orang lain membantu menjaga orang lain tetap sehat. Dan kami bisa sedikit fokus pada perlindungan yang rentan."
Simulasi penanganan pasien virus corona di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro. pada Jumat (06/3). Foto: Dok. Pemkab Bojonegoro
Social distance juga berlaku untuk mereka yang tengah merawat salah satu anggota keluarganya di rumah dengan gejala batuk dan pilek saat masih isolasi mandiri selama 14 hari di rumah. Benedetta Allegranzi, kepala teknis pencegahan dan pengendalian infeksi di WHO berkata, ada tambahan keamanan yang tak boleh dilupakan.
"Jika Anda perlu merawat orang yang mengalami demam, batuk, dan kesulitan bernapas, jangan lupa untuk memakai masker, dan khususnya mencuci tangan," ucap Allegranzi.
ADVERTISEMENT