Ini Virus yang Berpotensi Jadi Pandemi di Masa Depan

8 April 2021 6:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Virus corona SARS-CoV-2 adalah salah satu patogen baru yang menjadi pandemi, menular dari hewan ke manusia dan menyebar ke seluruh dunia. Namun, masih ada ratusan ribu virus lain yang bersembunyi di tubuh hewan dan dapat menimbulkan ancaman serupa.
ADVERTISEMENT
Sekarang, sebuah platform yang bisa diakses secara online telah memberikan daftar peringkat virus hewan yang berpotensi menular ke manusia dan menyebabkan pandemi. Platform yang disebut SpillOver ini pada dasarnya dirancang untuk membuat daftar pantauan dari virus hewan yang baru ditemukan dan bisa menimbulkan ancaman terbesar bagi kesehatan manusia.
"SARS-CoV-2 hanyalah satu contoh dari ribuan virus di luar sana yang berpotensi menyebar dari hewan ke manusia," ujar Zoë Grange yang memimpin pengembangan SpillOver sebagai peneliti pascadoktoral dengan One Health Institute di University of California, Davis (UC Davis), dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip Live Science.
"Kami tidak hanya perlu mengidentifikasi, tetapi juga memprioritaskan, ancaman virus dengan risiko limpahan terbesar sebelum pandemi dahsyat lainnya terjadi."
Kelelawar Lamotte roundleaf (Hipposideros lamottei). Foto: Wikimedia Commons
Sekitar 250 virus dikenal sebagai zoonosis, yakni virus yang bisa menyebar dari hewan ke manusia, dan diperkirakan lebih dari 500.000 virus memiliki potensi limpahan, tulis para peneliti dalam sebuah makalah tentang SpillOver yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Science, Senin (5/4).
ADVERTISEMENT
Namun, dari ratusan ribu virus yang ada, tidak semua virus berpotensi pindah dari hewan ke manusia. Jadi, para peneliti membuat daftar dengan menyematkan nilai atau skor virus mana yang paling berisiko menular ke manusia.
Untuk mendapatkan skor, SpillOver mempertimbangkan 32 faktor risiko pada virus dan inangnya, seperti seberapa banyak spesies hewan yang terinfeksi virus dan seberapa sering manusia berinteraksi dengan hewan liar di area tempat virus terdeteksi. Kemudian, para peneliti menggunakan SpillOver untuk memberi peringkat pada 887 virus satwa liar berdasarkan risiko limpahannya.
Didapat 12 virus zoonosis teratas dalam daftar tersebut, di mana virus Lassa menempati urutan pertama, SARS-CoV-2 kedua, dan Ebola ketiga. Inang utama virus Lassa adalah tikus dan inang Ebola diyakini kelelawar. Sementara inang SARS-CoV-2 belum diketahui, namun virus telah menginfeksi cerpelai, singa, dan harimau.
ADVERTISEMENT
Mengapa SARS-CoV-2 tidak berada di urutan pertama? Para peneliti mengatakan platform mereka memberi peringkat berdasarkan potensi menjadi pandemi di masa depan. Beberapa informasi penting tentang SARS-CoV-2 masih belum diketahui, termasuk jumlah spesies inang yang diidentifikasan. Tapi jika dipelajari lebih lanjut, bukan tidak mungkin SARS-CoV-2 berada di urutan teratas dan kembali menjadi pandemi.
Ilustrasi virus. Foto: pixabay
Sementara di antara virus yang belum dikategorikan zoonosis, peringkat paling atas diisi oleh virus corona 229E (strain kelelawar) yang termasuk dalam keluarga virus SARS-CoV-2 dan menginfeksi kelelawar di Afrika, menurut informasi dari SpillOver.
Virus yang masuk urutan teratas lainnya adalah virus PREDICT CoV-35, keluarga virus corona yang menginfeksi kelelawar di Afrika dan Asia Tenggara. Para penulis mencatat bahwa SpillOver adalah platform crowdsourcing yang memungkinkan peneliti lain untuk menyumbangkan data tentang virus yang sudah masuk dalam daftar atau menambah virus baru ke dalam daftar. Ini bisa saja mengubah peringkat yang sudah ada saat ini.
ADVERTISEMENT
"Alat ini dimaksudkan untuk memulai percakapan global yang akan memungkinkan kita untuk melampaui pemikiran kita tentang peringkat virus di masa lalu dan memungkinkan kolaborasi ilmiah nyata untuk mengidentifikasi ancaman baru lebih awal," ujar Jonna Mazet, rekan penulis studi yang merupakan seorang profesor Fakultas Kedokteran Hewan di UC Davis.
"SpillOver dapat membantu memajukan pemahaman kita tentang ancaman kesehatan virus dan memungkinkan kita bertindak untuk mengurangi risiko limpahan sebelum pandemi dapat menyebar."
Para peneliti berharap SpillOver bisa diakses oleh para ilmuwan lain, pembuat kebijakan, dan pejabat kesehatan masyarakat untuk melakukan studi lebih lanjut terhadap virus, termasuk kegiatan pengawasan dan pengurangan risiko, seperti mengembangkan vaksin atau pengobatan sebelum penyakit menyebar.