Ini Waktu Tepat untuk Memutuskan Hubungan Asmara Menurut Sains

23 Agustus 2020 10:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menjalin hubungan dengan bad boy. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menjalin hubungan dengan bad boy. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Jika kamu pernah menonton film atau serial TV drama romantis, kamu mungkin pernah melihat hubungan dua insan manusia yang rela bersama walaupun ada berbagai rintangan mengadang. Alasannya selalu sederhana: mereka sedang jatuh cinta.
ADVERTISEMENT
Tapi nyatanya, cinta tak semanis di layar kaca. Karena cinta mampu membuat orang berada dalam hubungan tidak sehat, tidak memuaskan, hingga berakhir luka. Perasaan senang saat jatuh cinta tak akan menjamin hubungan kamu langgeng dan berjalan mulus. Di sini, para ahli menjabarkan beberapa tanda suatu hubungan harus segera diakhiri. Berikut penjelasannya.

Kebutuhan tidak terpenuhi

Menurut Julie Wadley, pendiri sekaligus pemilik layanan perjodohan dan pelatihan Eli Simone, setiap pasangan bakal berkomitmen saat menjalin hubungan. Ada syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak. Kebutuhan ini biasanya bersifat emosional, seperti menginginkan waktu-waktu tertentu untuk bersama atau meminta pasangan untuk mengelola keuangan.
Ketika pasanganmu tidak memenuhi persyaratan, maka sangat penting untuk mengkomunikasikannya. Jika pasangan tidak mau berubah dan tetap tidak memenuhi kebutuhan itu, mungkin inilah waktu yang tepat untuk melepaskannya. Ingat, jangan takut jomblo dan berpikir tidak bakal mendapatkan yang lebih baik. Karena kamu akan jauh lebih tidak bahagia ketika hubungan tidak sehat dilanjutkan.
Ilustrasi putus cinta. Foto: Shutter Stock

Takut menuntut lebih banyak keinginan atau kebutuhan

Tak sedikit pasangan yang canggung atau takut berbicara tentang apa yang mereka butuh dan inginkan. Menurut Wadley, jika itu dibiarkan dan tidak dikomunikasikan, maka hal tersebut bisa menjadi masalah yang lebih besar. Jangan berpura-pura puas karena takut membebani pasangan sehingga menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Melanjutkan hubungan dengan perasaan yang tidak terpenuhi akan membuat kamu berada di dalam hubungan yang tidak bahagia. Jika kamu tidak bisa mengatasi rasa takut berkonfrontasi dengan pasanganmu, mungkin kamu bisa meminta bantuan kerabat atau teman untuk mengkomunikasikannya, atau mungkin berpisah.

Teman atau keluarga tidak mendukung hubungan

Menurut Lindsey Chrisler, pelatih hubungan dan kencan yang berbasis di New York, kamu harus mengetahui bagaimana tanggapan keluarga dan teman pada hubungan yang sedang dijalin. “Jika orang-orang di sekitarmu tidak mendukung hubungan, maka itu pertanda buruk,” kata Chrisler.
Jika orang-orang di sekitar menilai bahwa pasangan kamu tidak membuat bahagia, maka sebaiknya dengarkan mereka. Ketika kamu mulai tertutup pada teman dan keluarga demi menghindari kekhawatiran, ini pertanda bahwa hubungan sudah tidak baik dan saatnya melepaskan pasangan.
ADVERTISEMENT

Kamu tidak menyukai pasanganmu

Meski terdengar berlawanan dengan intuisi, namun menurut Chrisler seseorang bisa jatuh cinta dengan orang yang tidak disukai. Jika itu terjadi, kamu mungkin bisa melewati hari demi hari, tapi tidak ketika masa sulit tiba dan harus dijalani bersama.
Ilsutrasi permasahan dalam hubungan. Foto: Thinkstock
Semua pasangan pasti punya masalah, tapi mereka yang menjalaninya dengan baik punya pikiran bahwa pasangan adalah teman di mana setiap masalah harus diselesaikan layaknya dengan kawan. Kendati begitu, menanamkan pola pikir macam begitu tidaklah mudah. Chrisler mengatakan, yang paling penting adalah tetap berpikir logis ketimbang mengikuti ego dengan mengatasnamakan cinta.

Pasanganmu kasar

Berdasarkan survei yang dilakukan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) di Amerika Serikat, pada tahun 2015, satu dari empat wanita dan satu dari 10 pria telah menjadi korban kekerasan dalam hubungan atau rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Sementara studi yang dilakukan oleh Institut Kesehatan Mental Nasional AS (National Institute of Mental Health) pada 2010 menemukan bahwa lebih dari separuh wanita yang disurvei mendapatkan atau melihat pasangan mereka melakukan kekerasan.
Satu dari lima wanita yang disurvei mengatakan bahwa pria memiliki sifat positif, seperti penuh kasih sayang. Peneliti menemukan bahwa pandangan ini berkontribusi pada keputusan korban untuk mempertahankan hubungan yang penuh dengan kekerasan. “Sulit untuk keluar dari hubungan. Kamu harus benar-benar mencintai dirimu sendiri," kata Chirsler.